"Kenapa kau tak terbuka seperti dulu? Dei yang selalu ceria dan cerita banyak hal padaku. Kenapa kita tak bisa sedekat dulu?"" Lim berkata penuh emosi. Kali ini, dia tak berhasil mempertahankan ketenangannya.
"Semua sudah berakhir, Lim." Suaraku tertahan. "Kenapa kau menuntut banyak hal, sedangkan kau sendiri yang pergi? Setelah bertahun - tahun tak saling berkirim kabar, sekarang kau menuntut sebagai orang yang paling mengerti aku?"
Lim membeku. Ia seperti tak siap dengan ucapanku. Baginya, aku Dei yang sama. Dei yang perli ia lindungi. Dei yang membutuhkan perhatian penuh darinya.
Buku ini bahasanya baku tapi aku tetep suka cara penulis merangkai narasi yang membangkitkan emosi, jadinya tetep enjoyable dan berasa banget gimana kompleksnya hubungan antara Dei sama Lim.
Kalo biasanya friendzone tu dialami sama salah satunya, nah kalo di buku ini dua-duanya mengalami itu wkwk unik banget sih tapi masuk akal. Bikin gemes juga.
Pertama kali tertarik dengan Madeira karena pada bagian awal udah kelihatan kalau settingnya adalah sebuah bakery atau toko kue kecil di Surabaya. Toko kue itu bernama Madeira --sama seperti judul novel ini, yang juga merupakan nama pemilik sekaligus tokoh utama novelnya.
Madeira atau Dei adalah perempuan jelang usia 30 tahunan yang hidup sendirian di Surabaya, setelah kedua orangtuanya meninggal. Ia memilih memisahkan diri dengan ibu tirinya dari kota Bandung, dan kembali ke kampung halamannya di Surabaya untuk menghidupkan kembali Madeira --toko kue milik sang ibu, yang sempat tutup beberapa waktu.
Toko kue itu berkembang pesat dan kembali cerah. Dei menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja. Bekerja, melayani pelanggan, beraktivitas. Sampai suatu hari, seorang pemuda bernama Lim datang ke Madeira. Seorang sahabat dari masa lalu, dan kisah mereka yang belum bisa dilupakan Dei.
Well, aku memang sedang butuh bacaan ringan akhir-akhir ini dan ternyata Madeira cocok dengan yang kuinginkan. Novel setebal 234 halaman ini cukup ringan untuk dibaca dalam sekali duduk. Meski konfliknya terbilang lumayan, tapi penulis menceritakannya dengan mengalir dan berhasil membuatku terus penasaran bagaimana kelanjutannya. Alurnya maju-mundur dan menggunakan 2 POV (sebenarnya aku nggak suka bagian alur maju-mundur, tapi di kasus Madeira, hal ini lumayan bikin ceritanya jadi seru, karena pembaca akan terus dibuat penasaran dengan kisah Lim dan Dei).
Ada beberapa bagian yang masih terasa kurang, tentu saja, sebab tidak ada karya yang seribu persen sempurna. Menurutku ada tokoh yang seharusnya bisa di-eksplor lebih seperti Barito, seorang pegawai di bakery Madeira. Tokoh Barito menarik tetapi hanya kebagian porsi yang kecil dalam cerita. Itu pun, ia lebih sering diceritakan dari sudut pandang Lim. Padahal, aku penasaran bagaimana pandangan Dei tentang Barito.
Meski demikian, hal tersebut nggak terlalu ganggu dan aku masih bisa menikmati Madeira sampai lembar terakhirnya. Aku berikan nilai plus untuk karakternya yang kuat (dan Lim yang bikin emosi itu), serta pemilihan setting toko kuenya.
Rasanya aku bisa membayangkan bagaimana kue-kue dan pastri enak itu ditata di balik etalase toko, dan bagaimana riuhnya dentang lonceng ketika pintu Madeira dibuka.
Kalau sedang butuh bacaan ringan tapi manis, novel ini cukup oke~
*
"Tapi kenangan merupakan pembunuh yang mematikan. Saat kau mengenang masa indah itu, tanpa terasa kau akan terjerat ke dalamnya." - hal. 38
Novel dengan trope best friends to lovers di ceritakan dari 2 sudut pandang yaitu Dei dan Harlim dengan alur maju mundur.
Bercerita tentang pertemuan kembali Antara Dei dan Harlim sahabat masa remajanya semasa tinggal Di Bandung setelah 6 tahun keduanya Lost kontak.
Harlim pun memutuskan untuk pindah kerja dari Bandung ke Surabaya agar bisa dekat kembali dengan Dei.
Siapa sangka ternyata keduanya sama² punya luka masa lalu tentang persahabatan mereka. Sama² memendam perasaan sayang karena takut kehilangan.
Benar apa yang dikatakan orang² bahwa tidak ada persahabatan murni antara pria dan wanita dewasa. Itulah yang terjadi dengan Dei dan Harlim.
Secara keseluruhan aku suka sama alur cerita dan gaya penulis dalam bercerita. Penggambaran suasana toko kue 'Madeira Bakeri' yang ada dalam bayanganku toko kue nya tu kek homey banget. Cuman kurang sreg aja sama hubungan Dei dan Nick.
❝Ingatan selalu punya cara untuk berputar ulang, seperti seseorang dari masa lalu yang tiba-tiba datang, kemudian menawarkan harapan❞ hlm 7
This entire review has been hidden because of spoilers.
It's a simple plot but written very nicely. You can feel the deep, strong emotions in some of the sentences. My first book in Indonesian language - there were words that I've never heard of but after the first 20% of the book, I couldn't be bothered to look up the words anymore. I have always thought that the way Indonesians speak emphasise the feelings and emotions within (it's a compliment!) so I tried reading it in spoken intonation - based on Indonesian movies that I watched- which greatly increased my appreciation of the book.
Not a bad attempt for an author of a first published book. Will consider reading more from her in the future.
And may I say, what a cute book cover!
(Lastly, the book is easy to read. Could've easily finished it earlier but I didn't have the time as my daughter demanded attention lol)
Tipikal novel ringan yang diringkas cantik. Sama-sama saling suka tapi ngga sadar. Banyak bagian yang relate dengan kehidupan cinta di realita, contohnya Lim nolak Dei sewaktu remaja, karena belum siap kehilangan tapi enggan melepaskan. Tata bahasa yang rapih dan pemilihan diksi yang pas menjadi poin plus dari buku ini. Sebetulnya konflik dari hubungan mereka berdua berputar-putar terus, tapi penulis merangkai semuanya dengan sangat sangat kereeeen! Sepenggal kalimat yang sangat membekas itu "Bukankah setiap manusia itu sama? Mencari perlindungan dari manusia lainnya, meskipun tahu dia akan menemukan kekecewaan." Bagiku, benar adanya seperti itu, kita sangat menginginkan cinta, meski tau akhirnya akan sakit juga. Sayang banget buku ini kurang dikenal t___t.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Cerita tentang penyesalan karena cinta yang tak bersambut di masa lalu tetap menjadi ide yang menarik untuk dikembangkan. Dua sahabat yang memendam lama rasa sayang itu, pada akhirnya harus mengakui bahwa harus ada sesal dahulu untuk kemudian saling memperbaiki.
Awal cerita yang dibuka dengan suasana toko roti benar-benar menimbulkan daya tarik untuk terus dibaca. Tokoh Dei dan Lim sangat kuat karakternya dan latar kota antara Bandung, Semarang dan Surabaya menjadi penghubung kisah yang erat.
Dengan 2 POV dan alur yang agak maju mundur, ceritanya mengalir lancar. Apalagi desain sampul bukunya yang manis menjadikan novel ini bisa jadi bacaan ringan di siang yang terik.
Cerita memakai POV 1 dua tokoh, Dei & Lim, yg dibedakan menggunakan ilustrasi. Walaupun satu bab bisa ganti berkali”, aku gak bingung karena basicly suara mereka berdua sama aja, gak bisa dibedakan. Alurnya maju mundur, tp penceritaannya ngalir dan gak bikin bingung. Aku cukup suka momen manis yg diciptakan tokoh”nya jd paham kenapa mereka bisa gamon. Tapi, aku kurang suka rangkaian plotnya yg seolah menormalkan ‘hubungan’ di luar nikah dan meromantisisasi perselingkuhan. Meski tokohnya tau itu ‘salah’, kesannya berlindung di balik kata “aku emang gini” yg gak ada ganjaran atau pesan baik di baliknya. Tokoh”nya jg gak loveable jd aku kurang simpati. Aku pribadi prefer ending-nya pisah aja.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Nggak tau kenapa awal ngiranya buku ini tuh temanya berat gitu lho, padahal sama sekali enggak, ringan malah, tentang friendzone gitu. Cerita yang manis tanpa harus membuat pembacanya mikir berat. Cuma yang aku sayangkan di buku ini adalah scene Bunda Ira yang kurang banyak, kayak walaupun dia cuma muncul beberapa kali, dan itupun nggak secara langsung, tapi aku tetap bisa merasakan sedihnya jadi Bunda Ira bjir, kayak ya Allah... nggak kebayang sesedih apa dia. Terus penyesalannya Dei tuh kayak menurutku, kurang menyesal, kurang bersalah, dan kurang ngena.
lumayan.. nambah reading challenge ku dan mengisi waktuku di Makassar :D ringan, berasa kembali baca teenlit hahaha... aku dikasih sama Nabila Ayu (penulis Kalanea terbitan Gradien). teman Wulan Kenanga juga pastinya. good job, keep it up, Wulan!
AKKKK dibikin acak2 emosiku baca ini WKKWK gemes sama dei dan lim HHHAA, greget sih sama dei yang mertahanin hubungan sama Nik, kek woy lu tuh selingkuhannya :") mana udah bohong sama lim wkwkkw mertahanin ego juga haha tapi suka banget alurnya!! romance seruuu happy ending pula <3