Kalau tidak butuh uang untuk menghidupi keluarganya, Caleya tidak sudi menjadi wartawan di beritakan. com. Apalagi, Bimo si redaktur tukang modus itu sering merecokinya untuk liputan gosip artis. Najis!
Impian Caleya adalah menjadi penulis novel, bukan berita, apalagi gosip. Sayangnya, menjadi penulis novel tidak menjanjikan secara finansial. Terlebih ketika naskah yang dikirimnya tak kunjung mendapatkan balasan dari editor.
Namanya Ashton, tetapi lebih dikenal sebagai Ash, seorang editor di Pustakata. Saking kesalnya, Caleya lebih suka mengumpatinya sebagai Ashhole Syaiton. Apa sih, susahnya mengirim sepatah kalimat penolakan naskah daripada menggantungkan naskah tanpa kejelasan?
Bukan Caleya namanya kalau mudah menyerah. Jadi, dia bersumpah akan meneror Ash hingga cowok itu membalas e-mail dan Caleya mendapatkan apa yang diinginkannya!
3.5 ⭐️ Selesaiiiiii! Chapter-chapter awal nggak sesuai ekspektasiku tapi makin ke belakang aku mulai menikmatinya. Ceritanya ringan, manis dan lumayan bikin gregetan. Setiap baca Ash begini begitu aku selalu terbayang-bayang seseorang 🤭.
Editor’s Block Cover lucu? Check! Judul catchy? Check. Penulis yang sering seliweran dengan respons positif? Check. Jadi, mari berkenalan dengan Kak Aya (yang produktif banget, gila! Angkat topi gue).
Kisah editor dan penulis bukan hal baru ya. Dulu banget, ada novel Writer Vs Editor (apa kebalik?), Metropop gitu. Pernah juga baca chicklit luar, lupa judul. Emang banyak sih yang bisa diulik dari hubungan profesional yang kemudian nyerempet ke personal.
First of all, i can see myself di Caleya. Jurnalis yang curi-curi waktu jadi penulis? Yes, that’s me. Meski gue enggak pernah jadi wartawan lapangan (wartawan goody bag can’t relate sama anak lapangan haha), tapi paham banget gedegnya Caleya sama media online yang clickbait (apalagi kalo bos lo yang mimpin T****N, amsyong).
Berhubung ini perkenalan pertama, gue meraba-raba gaya menulisnya Aya sekaligus mencari kecocokan dengan selera gue. I can say I like it, 75% lah. Cerita yang rapi, fun tapi at the same time juga ada sisi bitter yang bikin nyes. Karakternya menarik, meski Ash masih terasa ngambang. Penggambaran dia udah cukup, sih, cuma dunno kenapa sepanjang baca gue ngambang aja sama dia. Apalagi ditandemin sama Caleya yang lebih menonjol, jadi Ash berasa makin ngambang. Jadi, Editor’s Block keseluruhan juga terasa bagus, but that’s it.
Ada yang sedikit mengganggu, baca novel ini kerasa kurang luwes. Terutama di bagian narasi. Sedikit kaku, jadi kurang enjoy bacanya. Di beberapa bagian satu paragraf kayaknya sengaja dibikin berima ya. Jadinya ada kesan mendayu-dayu yang bikin bosan.
Nah, beda sama dialognya. Suka banget. Sekalipun Ash dan Caleya pakai bahasa formal, tapi kerasa lepas. Dialog yang asyik, jadi keganggu ketika baca narasi yang kurang luwes.
Satu lagi, adegan-adegannya tuh juara ya. Salut sama Aya yang bisa bikin adegan lucu buat numbuhin chemistry. Ya adegan khas chicklit sih, tapi bisa bikin giggling—meski kurang total, karena ada ganjalan di bagian penulisan tadi.
Aduh, aku lega banget habis baca ini. Asli lega karena kekosongan dari buku terakhir yang aku baca dan karena buku ini tuntas. Well, kubilang tuntas karena sebelumnya baca MM yang supernanggung dan belum bisa kenalan lebih jauh gimana sosok Pak Aldrich kalo bucin, tuh, wkwkwk.
Aku puas karena bisa lihat sisi lain dari Ashyton Nirrajim—eh, canda, Pak, maksud saya Ash si Editor Ganteng Tiada Tara (tapi galak 🤪).
Jika dibanding dari Failure Tale dan Monster Minister yang lebih dulu aku baca, karakter2 dari Kak Aya ini hampir serupa; cowoknya bikin tekanan darah tinggi naik dan ceweknya tahan banting. Nggak terkecuali Caleya ini. Faktor dia ada trust issue juga nggak dilupain gitu aja, sih. I love cara penulis bikin interaksi dua karakter utamanya nggak menye2, tapi tetap bikin fluttering. Hah, nemu editor kayak Ash di mana, ya ....
Isu keluarga Ash dan Caleya juga diringkas dengan baik. Yah, nggak banyak babibu dan emang bisa diselesaikan dalam sekali jalan. Kayaknya memang sengaja nggak diperpanjang. Yang pasti, aku seneng banget bisa namatin ini. Huuu, bener2 moodbooster buat baca lintas genre, nih. 🥺
Pengin kasih full star sebenarnya, tapi entah kenapa tulisan Kak Aya, tuh, banyak banget mendadak pindah kepala di satu tulisan, alih2 nunggu ganti bab gitu. Atau mungkin ini style-nya? Entahlah, yang pasti aku sendiri kurang nyaman dengan itu. Jadi, empat bintang buat pasangan galak bf tangguh gf—Calash! 🙌🏻
Dari awal udah cocok sama gaya penulisannya kak Aya, nyaman banget di baca. Editors Block ini juga menarik, gak cuma fokus ke romansa tapi banyak bumbu cerita occupation tokoh-tokohnya. Paling gak nyangka ternyata ini tuh tokohnya nyambung sama novel Starsrtruck Syndrome. Kakaknya si ML di novel SS. Kaget banget pas baca salah satu scene, kok kayak pernah baca.. ternyata waktu ngubek2 rak buku, bener di novel SS. WKWKWK seru banget deh pokoknya.
Pembaca dikasih wawasan baru terkait penerbitan buku novel di cerita ini.
Dari Editor's Block, aku bisa mengintip dunia penerbitan buku sekaligus nyicipin pahit manis (walau aku ragu si Ash ada manisnya kalo ngurusin naskah) saat berurusan sama editor. Dan secara nggak langsung, aku ngerasa kesindir sama kritikan dan koreksi yang dikasih Ash ke Caleya waktu proses editing. Hehe.
Karya Kak Aya emang nggak pernah mengecewakan, sih. Apa pun genrenya, seberat/seringan apa pun konfliknya, aku selalu suka cara beliau bercerita.