Jump to ratings and reviews
Rate this book

Harmoni

Rate this book
“Ketika menulis, kau harus memiliki tekad sekuat beton, juga ketenangan seteduh sakura di musim semi.”

***

Penulis teenlit best-seller dan tukang baca karya sastra yang ngotot ingin menyelesaikan masterpiece-nya bertemu. Parasandi dan Rafal. Keduanya mengawali perjumpaan mereka dengan saling sinis.


Paras berkutat dengan revisian novel ketiganya yang tersendat lantaran sang editor ingin karya Paras jadi the breathtaking one, nggak sama dengan novel sebelumnya. Rafal masih bergeming dengan tulisannya yang sebentar-sebentar dihapus, diedit, lalu frustrasi dan merasa nggak berbakat menulis.

Lalu, serangkaian kejadian di Writing Clinic yang pengisi materinya adalah Paras, hingga kepergian Rafal ke Polandia meletakkan keduanya di area yang berbeda.


Sampai sejauh apa sebenarnya rasa ini bisa berjalan?

240 pages, Paperback

First published April 1, 2016

4 people want to read

About the author

Heruka

9 books9 followers
An ambivert who loves and hates many things.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
3 (18%)
4 stars
4 (25%)
3 stars
7 (43%)
2 stars
2 (12%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 8 of 8 reviews
Profile Image for Frida.
201 reviews16 followers
March 6, 2017
Paras dan Rafal adalah teman kuliah di jurusan Arsitektur. Meski begitu, hubungan mereka hanya sejauh teman sekelas yang saling mengenal nama. Sekali ini, mereka satu kelompok dalam mengerjakan sebuah tugas. Baru sekali saja satu kelompok dengan Rafal, Paras sudah dibikin dongkol berkat kata-kata lelaki itu, setelah Rafal tahu bahwa Paras adalah seorang novelis teenlit.
“Aku nggak suka teenlit. Dan nggak minat.” (hlm. 18)

Kemudian, Rafal menyerang Paras dengan menanyainya seputar sastrawan klasik dunia, yang Paras sama sekali tak tahu.
“Sia-sia sekali aku membaca novel, yang bahkan penulisnya pun nggak tahu karya-karya hebat dari penulis dunia.” (hlm. 21)

Rafal, yang diam-diam juga suka menulis fiksi selain resensi yang ia pajang di blog bukunya, ternyata lolos seleksi untuk menjadi peserta Writing Clinic, bersama Rana (di hlm. 169 namanya berubah jadi Rena. Kenapa, ya? Wkwk), salah satu teman dari komunitas pecinta buku. Sialnya, pemateri sesi terakhir, tentang penulisan novel, yang seharusnya tak bisa hadir. Dan, tahu nggak, siapa yang menjadi penggantinya? Yaps, Paras! Rafal telah gagal kabur, malah tertangkap basah oleh Paras. Dalam sesi tanya jawab, Rafal menyerang Paras tentang idealisme versus realitas menjadi penulis. Penyerangan kali ini lebih keras dan pastinya lebih memalukan bagi Paras, karena dilihat oleh orang banyak.

Terlepas dari adu prinsip kedua orang tersebut, masing-masing memiliki masalah sendiri. Sejak editornya bukan lagi Mas Ellan, Paras jadi bermalas-malasan (awalnya). Editor yang baru, Mbak Prita, menuntut agar novel ketiganya ini jadi the breathtaking one. Revisi lagi, revisi lagi, revisi... Sebenarnya, Paras tak rela editornya diganti, karena ia akan jadi jarang bertemu dengan Mas Ellan, lelaki yang ia sukai itu. Akhirnya, ia membuat persepakatan dengan Mas Ellan, yang berbahaya jika diketahui oleh Mbak Prita. Sementara itu, Paras jadi patah hati sebelum mengutarakan perasaannya, mana kala beberapa kali ia melihat Mas Ellan nongkrong dengan seorang cewek yang tak ia kenal. Belum lagi, masalahnya dengan Irene akibat Firli (atau Firly? Namanya berubah jadi Firly di hlm. 225).

Setelah Dad dan Mom bercerai, Rafal tak pernah tahu alasan utamanya, karena sebelumnya mereka berdua terlihat baik-baik saja. Oleh karena itu, pada liburan semester, Rafal diam-diam pergi ke Polandia untuk membujuk Mom agar mau kembali bersama Dad. Namun, di sanalah, ia menemukan kenyataan pahit yang selama ini disembunyikan, tak hanya oleh Dad dan Mom, tapi juga oleh nenek dan kakeknya. Dalam liburan itu, Rafal juga berencana menemui Venus, gadis yang selama ini ada di hatinya, untuk menanyakan kejelasan status hubungan mereka.

Bagaimana nasib novel ketiga Paras? Bagaimana hubungannya dengan Mas Ellan, Irene, dan Rafal? Sementara itu, apakah Rafal akan mendapat kepastian dari Venus?

Selengkapnya, resensi bisa dibaca di sini.
Profile Image for Deasy.
51 reviews2 followers
May 6, 2016
Sebuah novel nyindir banget buat penulis yang kagak kelar-kelar ngerevisi naskah. Terutama kalau melihat sisi strungling dari Rafal untuk menyelesaikan naskah 'masterpiece'nya. Rasanya pengen bilang, I feel you, Raf . Dan hal itu perlu ya dipertegas oleh penulis sewaktu menandatangani buku ini? "Jangan niat aja kalau mau ngeotlen." I'm just too fond of reading to start writing.#Deziq

Well, okay ngelanturnya cukup sampai sini. Ini review seriusnya.

Pada dasarnya aku cukup suka dengan novel ini. Terutama pada bab-bab awalnya yang menurutku ada 'nyawa'nya. Tentang Paras si penulis best seller teenlit yang berjuang untuk membuat sesuatu yang berbeda dengan novel ketiganya, tentang Rafal punya idealisme yang terlalu tinggi tentang sebuah karya yang baik hingga meremehkan tulisan teenlit. Tentang kecintaan Daddy-nya Rafal dengan buku-buku sastra yang langka. Terasa banget penulis memasukkan jiwanya di sana.

Ada bab yang aku suka, bab ketika Paras dan Rafal bertemu dalam sebuah writing clinic. Suka dengan cara pandang Paras ketika menjabarkan sudut pandangnya mengenai sastra dan novel popular. Di sini terlihat sekali premis novel ini.

Namun sayang, premis itu menjadi berkurang maknanya ketika memasuki bab-bab akhir yang kalau menurutku sih dimulai dari ketika Irene melakukan sesuatu untuk memanipulasi hubungan Paras dan Rafal. Mulai dari titik tersebut, rasanya konflik menjadi njelimet sendiri. Banyak banget yang mau diungkap, tapi pada akhirnya hanya berakhir begitu saja, ada pula yang tidak terselesaikan, seperti konflik Paras dan novel ketiganya. Masalah Paras itu kesannya diselesaikan dengan separuh hati.

Dari sisi penulisan, untuk dialog, rasanya cukup natural, hanya saja aku merasa sedikit terganggu dengan selipan Bahasa Inggris yang terlalu banyak. Dan mengenai narasi beberapa masih terasa janggal, tapi tidak begitu menganggu.
Pada bagian dialog ini:

"Maaf, aku sudah begitu saja percaya Irene. Sejak awal aku sudah meragukan kata-katanya." Rafal mengulum senyum, lalu mengendurkannya dan menunjukkan wajah bersalah. "Waktu itu aku begitu bodoh termakan rasa kesal." - Hal 229

Kayaknya Rafal galau. Sudah begitu saja percaya tapi kok sejak awal raguin kata-kata itu.

Overall, untuk separuh bagian awal novel aku kasih angka 3. Untuk separuh bagian akhir, nilainya... uhmmmm.... begitulah. :)

Penulis cukup jeli untuk mengangkat tema nyastra dan pop dan harmonisasi antara kedua kubu pencintanya. That's great.
Profile Image for Dhamala Shobita.
Author 7 books15 followers
April 29, 2016
Rafal dan Paras, teman kuliah di jurusan arsitektur yang juga sama-sama penulis. Yang membedakan mereka adalah apa yang ditulisnya. Paras, perempuan yang menulis novel remaja, sementara Rafal adalah seorang idealis yang selalu membaca karya-karya sastra. Dari awal, pembaca sudah disuguhkan pada pemikiran dua karakter yang berbeda. Tema yang menarik sekali untuk dibahas.

Dari keseluruhan isi novel, satu hal yang bisa saya simpulkan adalah, mengapa banyak sekali konflik di dalam buku ini? Konflik Rafal-Paras, Rafal-Venus, Rafal-ibunya, Rafal-ayahnya, Paras-Irene-Firly, Paras-Irene-Rafal. Konflik-konflik yang banyak tersebut terasa begitu memadati isi novel sehingga konflik utama yang disuguhkan seperti terasa kurang kuat. Di bab-bab terakhir, seperti diburu konflik yang harus segera diselesaikan, semua konflik terasa sangat cepat menuju akhir penyelesaian.

Dalam novel Harmoni, saya suka cara penulis menggambarkan tokoh Paras. Paras memang terlihat seperti seorang penulis polos yang tak tahu apa-apa (yang sebenarnya agak aneh karena penulis bestseller sepertinya tidak mengenal Hemmingway). Sementara, saya kurang menyukai karakter Rafal dalam novel ini. Selain kadang terlihat menyebalkan dengan kata-katanya, Rafal terkesan seperti memiliki dua kepribadian yang dua-duanya sama-sama menyebalkan. Di beberapa scene, Rafal terlihat begitu mudah luluh, juga begitu lembek, membuat kepribadian menyebalkannya seolah hanya tempelan belaka. Beberapa karakter lain tidak perlu saya bahas karena sifatnya hanya sambil lalu. Terima kasih pada mereka yang mempermanis kisah Harmoni.
Ah, seperti yang saya bilang sebelumnya, seolah seperti harus menyelesaikan novel dengan cepat, beberapa bab memiliki perpindahan scene yang kurang mulus. Terasa sekali lompatan kisahnya jauh dan terlalu kasar. Seperti yang saya rasakan ketika membaca bab 13, Trouble.
Selebihnya, senang sekali karena penulis mampu mengangkat tema yang berasal dari perdebatan antara sastra dan teenlit. Kata-kata favorit tentang menulis dalam novel ini dapat ditemukan di hal. 108 – 112)

Ah, satu yang hampir terlewat! Saya suka cover novelnya, warna-warni. :)
Profile Image for Asmira Fhea.
Author 7 books31 followers
June 2, 2016
Cerita dalam novel ini dihidupkan oleh dua karakter utama, plus karakter-karakter extras yang menggemaskan. Paras si penulis best seller yang ngerasa 'high' jadi penginnya bekerja sama dengan Spectrum sesuai maunya dia, dan Rafal yang ngerasa dirinya juga 'high' karena udah banyak melahap buku sastra dan yakin tulisannya bakalan lebih dari penulis teenlit. Keduanya dipertemukan, lalu berdebat (saya suka perdebatannya di sini, karena mewakili sebagian banyak paradigma para pembaca sastra vs pop tentang mana yang lebih baik).
Poin plus novel ini selain yang saya sebutkan di atas adalah memberi beberapa gambaran baru tentang dunia kepenulisan terutama buat calon penulis, lewat cerita Paras, kita akan mendapat gambaran sepak terjang penulis yang nggak mudah.
Meski sebenarnya, mungkin much better kalau beberapa dialog--terutama pada konflik--itu dibuat lebih luwes, jadi berasa gregetnya. Kayak pas Rafal marah sama Paras karena disangka manfaatin, pas Rafal marah sama ibunya, Paras marah sama Irene, dan beberapa scene lain. Dan oh ya, terjadi juga selingkung pada dialog antara Rafal dan ayahnya. Sebutan awalnya Dad-kau, jadi Dad-kamu.
Untuk soal typo, yes, there is. :D Rana jadi Rena, Karla jadi Klara, Firli jadi Firly... dll.
Btw, saya suka sama semangatnya Rafal. Dalam hal cinta juga dalam hal cita-cita.

-AF :)
Profile Image for Arintya Widodo.
60 reviews31 followers
April 27, 2016
Pop versus sastra.

Dua hal dalam literasi yang bagi saya tidaklah ‘sopan’ untuk dibanding-bandingkan. Pop punya ciri khasnya sendiri, begitu pula dengan sastra yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi penikmatnya.

Pilihan penulis dalam mengangkat ‘Pop vs Sastra’ menurut saya ciamik! Perbandingan yang menurut saya nggak sopan tersebut, ditulis dengan halus dan membuat saya jadi memahami bagaimana pandangan pelahap sastra mengenai karya populer. Saya, sebagai pelahap karya pop, jujur saja terkadang nggak paham ketika membaca buks yang ‘nyastra banget’.

Begitu pula dengan Rafal, penyuka sastra yang memandang rendah karya pop, seperti salah satu novel teenlit best seller A Symphony of Love in Vienna karya Parassandi. Pun juga dengan Paras, sebagai penulis novel pop, ia mempunyai argumennya sendiri. Ia bahkan terlibat adu pendapat dengan Rafal saat Writing Clinic.

Review selengkapnya silakan berkunjung ke : https://arintyawidodo.wordpress.com/2...

Xoxo,
Arintya

Profile Image for Wardah.
925 reviews171 followers
April 8, 2016
Harmoni bercerita tentang Paras dan Rafal. Kedua orang yang punya prefensi membaca berbeda. Paras dengan karya-karya populer dan Rafal dengan karya sastra.

Sebagai penikmat keduanya, isu yang diangkat menjadi latar belakang dalam Harmoni ini menarik. Bagaimana karakter Rafal yang arogan dibuat sadar dengan keberadaan karya populer. Juga bagaimana Paras yang buta sastra mulai memperhatikan karya-karya sastra (meski rasanya aneh banget kalau Paras nggak pernah dengar nama Hemingway, Oscar Wilde, atau Murakami (h. 19), sebagai penulis yang udah best-seller rasanya terlalu mustahil buat sebuta itu dalam dunia sastra).

Yang lebih menarik, penulis memilih kedua karakternya sebagai penulis. Pada akhirnya, penulis tidak memihak mana pun dan lebih menekankan soal kegiatan 'menulis' itu sendiri. Semua ini disampaikan ketika Writing Clinic sedang berlangsung.

"Bukan berarti membaur sama dengan menyerahkan hasrat kita demi pekerjaan. Bukan lho. Intinya itu kan menulis itu sendiri." (h. 111)


Di separuh akhir, ketika keduanya mencapai pemahaman, isu sastra-bukan sastra ini langsung hangus dan digantikan konflik percintaan. Ah, nggak cuma di separuh akhir sih, sedari awal pun kisah romance sudah mengisi Harmoni.

Ketika membaca Harmoni, mau nggak mau saya membatin, ini kok banyak banget sih konfliknya. Banyak yang akhirnya nggak diselesaikan lagi (misal kemunculan Firli). Bukan cuma nggak diselesaikan, penulis juga tidak memberi ruang buat konflik-konflik dan kisah-kisah cinta lain itu berkembang.

Secara keseluruhan, Harmoni merupakan bacaan yang ringan dengan isu yang menarik. Sayang eksekusinya kurang baik dan terlalu banyak konflik yang coba dimasukkan penulis. Juga berisi pelajaran soal menjadi kebahagiaan dalam hubungan antara manusia.

“Ini bukan rumus matematika. Bukan satu tambah satu jadi dua. Bukan Dad bersatu dengan ibumu, lalu jadi bahagia.” (h. 150)


Review lengkap bisa dibaca di sini.
Profile Image for Ratnani El Ratna Mida).
Author 11 books14 followers
September 7, 2016
Setiap orang sudah pasti memiliki selera bacaan masing-masing sehingga dalam menyikapinya tidak perlu adanya penghakiman bahkan penghinaan. Sebagaimana diketahui setiap genre tulisan—baik sastra atau pop—sudah pasti memiliki pasar masing-masing. Perbedaan yang ada harusnya disikapi dengan saling menghormati.

Novel ini mengisahkan tentang Rafal yang maniak sastra dan selalu memandang rendah pada penulis atau bahkan penikmat buku-buku bergenre pop. Rafal beranggapan bahwa novel berjenis teenlit dan metropop adalah hal yang menggelikan. Buku-buku tersebut hanya menjual tema cinta dan drama. Sangat lucu baginya membaca buku yang isinya hanya mennyajikan sekelumit kisah tanpa hal-hal baru yang bisa membuatnya berpikir.(hal. 33)

http://tulisanelratnakazuhana.blogspo...
Profile Image for Heruka Heruka.
Author 9 books9 followers
April 16, 2016
Karena saya yang nulis, jadi bebas dong mau ngasih rate 5. >_<. Novel debut, dan silahkan dibantai ....
Displaying 1 - 8 of 8 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.