Rethinking Geopolitics argues that the concept of geopolitics needs to be conceptualised anew as the twenty-first century approaches. Challenging conventional geopolitical assumptions, contributors * theories of post-modern geopolitics * historical formulations of states and cold wars * the geopolitics of the Holocaust * the gendered dimension of Kurdish insurgency * the cold war world * political cartoons concerning Bosnia * Time magazine representations of the Persian Gulf * the Zapatistas and the Chiapas revolt * the new cyber politics * conflict simulations in the US military * the emergence of a new geopolitics of global security. Exploring how popular cultural assumptions about geography and politics constitute the discourses of contemporary violence and political economy, Rethinking Geopolitics shows that we must rethink the struggle for knowledge, space and power.
Buku dibeli dah lama. Sapa bilang berakhirnya perang dingin mengakhiri geopolitic? Siapa bilang berakhirnya perang dingin akan digantikan geo-ekonomi?
Itu kenapa kemaren saya mesem ketika sempat berdiskusi kecil dengan dosen saya yang mengajarkan geo-politic di kampus. Dosen yang sekaligus dosen wali saya di kampus, yang perbincangan di antara kami bukan saja semata soal akademis, tapi soal susu anti jerawat dan rambut gondrong, bahkan persoalan ijazah dan ijabzah. :D Ah si bapak meuni bisa.
Namun, kali kemarin saya menanyakan mata kuliah yang pernah diajarnya, saya berbeda pendapat. Saya berbeda pendapat karena pernah merasa men-skimming buku ini. Buku yang mengatakan "garis" itu belum punah. Pendekatan kritis dan postmodern yang diintrodusir dalam kajian geopolitik menegaskan itu. Saya pun mengamini bila melihat persoalan "garis" kultural yang irisannya tidak sama persis dengan gris politik (negara) di Eropa pasca-Runtuhnya Tembok Berlin. Bagaimana bangsa-bangsa berbahasa Jerman yang membentuk enclave merupakan bagian dari kenyataan, "garis" itu belum terhapus. Ia layak dikaji dengan sudut pandang yang lebih tepat. Berbeda dengan sudut pandang pada era Perang Dingin.
Buku bagus, harganya murah. Cuma males bacanya. :D