Jump to ratings and reviews
Rate this book

Jerusalem 33: Imperium Romanum, Kota Para Nabi, dan Tragedi di Tanah Suci

Rate this book
Imperium Romanum atau Kekaisaran Romawi mencapai zaman keemasan pada masa pemerintahan Kaisar Agustus (21 SM - 14 M). Itulah masa di mana segenap warganya menikmati hidup yang sejahtera, aman, dan damai. Kaisar Agustus, karenanya, sering disebut-sebut sebagai "Pangeran Perdamaian".

Namun, kedamaian ternyata tak pernah sampai di Jerusalem, yang waktu itu jadi bagian daerah taklukan Romawi di Timur Tengah. Di sana, para penguasa Roma memerintah dengan otoriter, bahkan kejam. Tak sedikit pun rasa damai di kota para nabi itu.

Bagi warga Jerusalem, perjalanan sejarah bersama Imperium Romanum justru meninggalakan luka yang dalam, terutama setelah peristiwa konspirasi triumvirat Pontius Pilatus, Raja Herodes Antipas, serta Imam Agung Hanas dan Kayafas, yang berujung pada penyaliban Nabi Isa, Yesus. Buku ini secara khusus mengupas tentang Jerusalem pada tahun 33, termasuk peristiwa-peristiwa historis lain yang terjadi waktu itu. Juga tentang tokoh-tokoh lain yang ikut terlibat dalam persekongkolan keji itu.

Dalam karyanya ini, Trias Kuncahyono, penulis buku laris Jerusalem: Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir menggali lebih dalam sejarah Tanah Kanaan yang kini disebut Palestina, sejarah yang dimulai sejak Nabi Ibrahim (Abraham) meninggalkan kampung halaman di Mesopotamia untuk memenuhi panggilan Tuhan pergi ke tanah yang dijanjikan; sampai ke sejarah konflik Israel-Palestina tang tak kunjung usai hingga hari ini.

330 pages, Paperback

First published April 1, 2011

6 people are currently reading
55 people want to read

About the author

Trias Kuncahyono

10 books6 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
10 (21%)
4 stars
18 (39%)
3 stars
14 (30%)
2 stars
2 (4%)
1 star
2 (4%)
Displaying 1 - 6 of 6 reviews
Profile Image for Nana.
405 reviews27 followers
December 7, 2016
Bagus banget.

Gue gak ngerti mau ngomong apa, yang pasti banyak yang bisa dipelajari.
Buku ini menggali sejarah kematian Yesus dari sisi sejarah, bener-bener sejarah. Latar belakangnya, cara berpikir orang-orangnya... dan yang pasti relevan banget sampai saat ini.


Profile Image for Aliza Izet Hidayat.
128 reviews1 follower
February 1, 2022
Bukunya bagus. Menceritakan apa yang terjadi di tahun 33 di jerusalem. Kota suci dengan 3 agama besar yg masing masing punya kisahnyanya masing masing. Di buku ini lebih spesifik membahas khususnya bagi umat kristiani tentang penyaliban yesus dan segala konflik yg ada pada tahun segitu dengan menyandingkan apa yg terjadi saat ini. Cukup menambah wawasan.
Profile Image for Muhammad.
72 reviews33 followers
April 23, 2012
Setelah membaca buku ini saya setuju dengan pernyataan Romo Mudji Sutrisno yang beliau sampaikan dalam salah satu prolog buku ini, yaitu Trias Kuncahyono mampu berkisah tentang Jerusalem lewat—bahkan melampaui—empat model mata. Keempat mata atau cara melihat itu adalah: pertama, mata seorang wisatawan, di mana ia datang dan melihat; kedua, mata peziarah yang mengunjungi Jerusalem dengan motivasi mencari oasis spiritual untuk penyegaran rohani; ketiga, mata seorang pengelana yang setelah mendapatkan peta Jerusalem lalu memakai peta tersebut untuk berkelana sendirian; dan keempat, mata seorang wartawan dengan sudut pandang humanisnya.

Melalui buku ini kita akan dibawa Trias Kuncahyono berkeliling dan menelusuri sejarah Jerusalem (dan Palestina) yang sudah terkenal sebagai tempat suci bagi tiga agama samawi—Yahudi, Kristen, dan Islam. Seakan-akan kita memang melancong, berkelana, dan berziarah ke sana. Di tempat ini pula nabi-nabi besar ketiga agama tersebut dilahirkan dan menyebarkan ajarannya. Sehingga tidak salah jika Jerusalem disebut sebagai “Tanah Para Nabi”.

Dalam buku ini pula kita akan diajak Trias Kuncahyono mengikuti diskusi yang dia lakukan bersama salah satu sahabatnya di Jerusalem dan salah satu ahli sejarah Yahudi. Dari diskusi-diskusi tersebut kita akan mengetahui sejarah Jerusalem yang sangat detail, mulai dari zaman Abraham (Ibrahim) hingga zaman di mana salah satu tragedi terbesar dalam sejarah umat manusia terjadi, yaitu penyaliban Yesus Kristus.

Secara umum Trias Kuncahyono juga mengulas sejarah negeri Palestina—negeri di mana Jerusalem berada—secara mendetail. Mulai sejarah perubahan nama negeri tersebut yang pada zaman Ibrahim disebut negeri Kanaan hingga menjadi Palestina. Dan sekarang oleh bangsa Yahudi disebut negeri Israel. Pemaparan kondisi alam negeri tersebut juga dijelaskan secara apik. Kemudian kita diajak mempelajari sejarah para nabi dan keturunan-keturunannya di negeri tersebut. Lalu kita akan diajak menuju masa ketika negeri tersebut diperintah oleh Imperium Romawi. Bagaimana sejarah masyarakat dan kondisi sosial budaya di negeri tersebut dari zaman Ibrahim sampai Yesus. Hingga mengapa sampai sekarang negeri tersebut penuh dengan konflik yang berlatar belakang agama.

Di bagian-bagian terakhir buku inilah kita akan diajak mempelajari sejarah bagaimana Yesus sampai disalib. Berbagai kepentingan politik dan agama—hingga disebut perselingkuhan agama dan politik dalam buku ini—mampu dijelaskan dengan baik oleh Trias Kuncahyono. Tidak hanya itu, kita juga akan diberi suguhan sejarah berbagai macam jenis hukuman yang diterapkan pada zaman itu—cambuk, rajam, dibakar hidup-hidup, penggal kepala, dan salib. Hingga kita diajak untuk menguak sebuah misteri, pada tanggal berapakah sebenarnya Yesus disalibkan?

Buku ini menurut saya sendiri adalah sebuah buku sejarah. Buku ini benar-benar kaya akan detail dan fakta sejarah. Sejarah Imperium Romawi pun dijelaskan secara detail, meskipun cukup singkat. Tidak seperti buku sejarah pada umumnya—yang cenderung membosankan dan bikin ngantuk, buku ini justru disajikan dengan gaya bahasa yang lancar dan mudah dipahami. Namun, banyaknya detail dan fakta sejarah tersebut terkadang membuat saya kebingungan. Sehingga butuh waktu lebih untuk menyelesaikan dan memahami buku ini. Buku ini memang menitikberatkan pada sejarah Yahudi dan Kristen, tapi saya dapat memastikan orang yang awam terhadap sejarah Yahudi dan Kristen pun dapat dengan mudah mengikuti buku ini. Meski saya sendiri agak kesulitan mengikuti sejarah bangsa Yahudi yang dipaparkan dalam buku ini karena banyaknya silsilah dan suku dalam bangsa Yahudi. Tapi, hal tersebut tidak terlalu menghambat untuk mengikuti dan memahami buku ini. Salut untuk Trias Kuncahyono atas karyanya ini!
Profile Image for Vidi.
97 reviews
December 24, 2011
Seperti Trias Kuncahyono, saya pun masih teringat film The Passions of the Christ (2004) karya Mel Gibson. Sebuah film kontroversial yang pernah dikritik Goenawan Mohamad sebagai pornografi iman karena banyak menampilkan adegan penderitaan Yesus secara close-up. Tapi bukan itu yang membangkitkan penasaran saya. Pada saat itu saya sangat penasaran bagaimana mungkin Yesus yang saat itu sangat populer di kalangan masyarakat Yahudi, beberapa hari kemudian dihinakan oleh masyarakat Yerusalem? Bagaimana mungkin Yesus yang dielu-elukan bak seorang raja dengan lambaian daun palem ketika memasuki gerbang Yerusalem, dicemooh oleh masyarakat Yerusalem di sepanjang Via Dolorosa? Paling tidak itu yang terlihat dalam film itu. Bahkan massa di Yerusalem lebih memilih untuk membebaskan Barabas yang notabene seorang penjahat daripada Sang Guru dari Galilea. Apa yang sebenarnya terjadi di Yerusalem di tahun 33?

Dengan gaya khas jurnalistiknya, Trias Kuncahyono berusaha menjawab pertanyaan itu. Penggalian Trias mencakup latar belakang budaya dan politik pada saat itu. Riset Trias dalam buku ini cukup mengagumkan. Aliran cerita tanpa terasa akan membawa kita ke Yerusalem tahun 33. Paparan Trias membuat kita lebih memahami akar permasalahan pertikaian tiada akhir di tanah Palestina.

Pemaparan Trias tentang bagaimana ajaran-ajaran Yesus dalam konteks politik dan doktrin agama Yahudi pada waktu itu amat menarik. Trias menjelaskan bagaimana ajaran cinta kasih Yesus dapat disalah-artikan secara politik.

Kembali ke pertanyaan saya di paragraf awal. Jawaban yang didapatkan ternyata cukup singkat yaitu tindakan memperalat agama sebagai legitimasi politik membuat terjadinya pembunuhan terhadap Yesus. Dengan kata lain Yesus adalah korban dari perselingkuhan agama dan politik. Konspirasi antara pemimpin politik Romawi (Pontius Pilatus), pemimpin politik boneka Yahudi (Herodes Antipas) dan pemimpin agama Yahudi (Imam Agung Hanas dan Kayafas) membunuh Yesus secara kejam.

Power tends to corrupt. Try to replace the word ‘power’ with ‘religion’. Religion corrupts like hell while keeps its heavenly face. That’s what happened in Jerusalem in 33.

Profile Image for Sigit Yunanto.
29 reviews
January 26, 2014
Sebuah kota para nabi. Lahirlah sebuah "Plot" sejarah manusia yang penuh kedamaian dan kebencian yang dibungkus dalam penindasan Politik, eksploitasi Ekonomi dan legitimasi Agama.

Agama Samawi(Yahudi=Musa,Kristen=Isa, Islam=Muhammad) yang mengajarkan kedamaian, memanusiakan manusia, meng-Esa-kan Tuhan, bahkan telah ditelanjangi oleh manusia itu sendiri menjadi sebuah pembenaran yang arogan. Penghakiman dan penghukuman telah merasuk kedalam jiwanya yang kadang sempit dan penuh kepentingan pribadinya.

Agama samawi yang semuanya mengaku sebagai keturunan, penerus dan ahli waris ajaran dan tradisi IBRAHIM, saking sering konflik, maka mendapat lebel sinis sebagai "rumpun agama ibrahim yang senang bertengkar" (Komarudin Hidayat, Prof, Dr)
Perdamaian adalah sebuah nilai dan kewajiban universal (Yohanes Paulus II)

Trias Kuncahyono, akan membawa anda bagaimana sejarah 2000 tahun yang lalu sebagai sebuah realita.
Profile Image for Dominggus Oktavianus.
16 reviews3 followers
October 18, 2012
Kelanjutan dari buku Trias Kuncahyono sebelumnya. Buku ini mengisahkan sejarah kota tua nan bersejarah ini, terutama di masa-masa kehidupan Yesus, yang saat itu berada di bawah kuasa imperium Romawi. Tercatat sejumlah dialog dengan seorang arkeolog Yahudi dan sejarawan yang memperkaya informasi; mulai dari geografis, suku-suku, sampai dengan aliran keyakinan sebelum dan saat kehidupan Yesus. Ada kesan ingin meyakinkan pembaca bahwa Yesus benar pernah hidup dan menjadi legenda bagi orang Yahudi di zaman itu. Pesan lain yang ingin disampaikan adalah tentang keterkaitan tiga agama; Yahudi, Kristen, dan Islam, dengan kota ini, sehingga tidak seharusnya penganut tiga agama tersebut saling memerangi.
Displaying 1 - 6 of 6 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.