Dua ratus juta penutur Bahasa Melayu mendapatkan kekuatannya dari sejarah Bahasa Melayu selama 1300 tahun sebagai bahasa tulis sedangkan bahasa lisan yang digunakan nenek moyang pengarung samudra berusia lebih tua. Bahasa Melayu telah menyebar ke seluruh Asia Tenggara dengan komunitas penutur Bahasa Melayu di Belanda, Australia, dan Sri Lanka.
Buku ini berusaha memberikan gambaran singkat perkembangan Bahasa Melayu dari tempat asalnya pada masa prasejarah di Kalimantan Barat hingga menyebar dengan cepat ke Sumatra, Semenanjung Malaya, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian utara dan timur, Filipina barat serta Indonesia bagian timur. Dokumen yang ditemukan berkaitan dengan budaya India, Persia, dan Arab serta berhubungan dengan unsur Cina, Jawa, dan Khmer. Unsur-unsur ini telah menghasilkan sebuah kekuatan dan kegunaan bahasa.
Bahasa Melayu telah mampu bertahan dengan bahasa kolonial dengan menghadapi milenium baru dengan kesetiaan terbaru dari banyak penutur bahasa ini. Studi ini merepresentasikan langkah awal pengenalan kepada pembaca umum dengan beberapa masa dan dokumen dalam sejarah Bahasa Melayu yang kompleks.
Sebuah buku yang boleh dibilang komprehensif dan lengkap tentang bahasa Melayu. Meski singkat dan ringkas, pembaca bisa tahu bahwa bahasa Melayu itu bukanlah berasal dari Semenanjung Malaya seperti yang selama ini dijadikkan pegangan seperti diungkapkan Kern. Tetapi berasal dari Kalimantan Barat yang kemudian menyebar ke seluruh Nusantara. Di dalam buku ini dituliskan perihal perkembangan bahasa Melayu, termasuk bahasa Melayu di Indonesia yang kemudian menjadi bahasa Indonesia. VOC menggunakan bahasa ini untuk propagandanya serta untuk pengantar dan penerjemahan di alkitab.Dengan berpegang pada teori Nothofer, buku ini setidaknya membuka kembali pandangan tentang bahasa Melayu.
An overview of the history of Malay Language in a global context. Concisely written. Stress is put on the high noon period of the Malay Language which is the 16th and 17th century. The author glossed over the divergence of Bahasa Melayu/Indonesia during the early part of 20th century. This Indonesia-translated version which I read is quite insufferable. Pretty sure that I’ll be giving this book 5 stars if I had read the original work in English.
اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ ۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِ ذْنِهٖ ۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ ۚ وَلَا يَــئُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ۚ وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ allohu laaa ilaaha illaa huw, al-hayyul-qoyyuum, laa ta`khuzuhuu sinatuw wa laa na`uum, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardh, man zallazii yasyfa'u 'indahuuu illaa bi`iznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai`im min 'ilmihiii illaa bimaa syaaa`, wasi'a kursiyyuhus-samaawaati wal-ardh, wa laa ya`uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal-'aliyyul-'azhiim
"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 255)
Sebuah karya akademik hasil penelitian pada dialek Bahasa Melayu dengan penulisan yg mudah dicerna, sehingga bisa menyesuaikan dengan segenap lapisan masyarakat.