Ada kalanya ketika saya membaca buku, seakan-akan tak mau cepat-cepat menyelesaikan buku tersebut. Saya resapi kata demi kata saking senengnya denganAda kalanya ketika saya membaca buku, seakan-akan tak mau cepat-cepat menyelesaikan buku tersebut. Saya resapi kata demi kata saking senengnya dengan cerita yang disajikan oleh penulis, terlepas itu adalah buku fiksi atau non fiksi.
Di kesempatan lain, saya merasa ingin cepat menyelesaikan membaca salah satu buku, bahkan kadang melompat beberapa paragraf dan halaman, dan ingin sekali beralih ke buku yang lain.
Hal ini lah yang terjadi ketika saya baca buku "Suksesnya Tahajud Kayanya Dhuha" yang ditulis oleh Yusuf Abdussalam. Buku ini tidak sesuai dengan persepsi awal yang dibaca dalam resensi cover belakang buku. Dan lebih dodolnya lagi sangat jauuuuuh.... dari judul yang ditawarkan.
Intinya sih, penulis menyuruh kita shalat. Karena cuma shalat yang merupakan kunci dan syarat datangnya pertolongan Allah.
udah gitu, kalimatnya cuma itu-itu aja, saat saya baca kayak dejavu gitu, jangan-jangan saya balik lagi ke halaman yang sudah saya baca. Tapi ternyata tidak. Emang kalimatnya jalan di tempat. Bete kagak seeeeeeeeh :(
Referensi mengenai ayat al-qur'an dan hadist saja bisa diulang 10 kali berturut-turut sebanyak 4 halaman berturut-turut. Udah gitu diulang lagi di halaman lain yang berturut-turut pula. Nah capek gak tuh bacanya.
Pantesan sampai hari ini aku add buku ini di goodreads, pas aku googling untuk ambil covernya gak nemu tuh buku itu di mana pun, bahkan di penerbitnya sendiri. Wedeeeewwwww....!!!!!! ...more
Well, buku ini berawal dari kisah seorang pelajar Indonesia bernama Hadi yang sekolah kedokteran di Jerman. Kemudian Hadi ini bukannya belajar yang beWell, buku ini berawal dari kisah seorang pelajar Indonesia bernama Hadi yang sekolah kedokteran di Jerman. Kemudian Hadi ini bukannya belajar yang bener, tapi malah foya-foya menghabiskan uang warisan dari bapaknya. Alhasil disuruhlah pulang sama ibunya ke Indonesia.
Gak mau menanggung malu dan berani untuk mengakui bahwa uang warisannya telah habis, maka sebelum pulang ke Indonesia dia singgah dahulu di India. Di mana Syaiful, teman karibnya tinggal dan menjadi salah satu pengajar di pesantren.
Syaiful inilah yang memperkenalkan dirinya dengan seorang Syaikh. Syaikh ini punya perpustakaan yang lengkap. Hadi datang setiap hari ke sana dan Syaikh memperkenalkannya pada akhlak Nabi Muhammad saw setiap hari.
So, buku ini berhasil mengulas kembali ingatan saya tentang ketauladanan Beliau. Tapi hanya mengingatkan saja. tidak lebih. tidak ada hal baru di buku ini....more
penonton kuciwa. gak ada riuh tepuk tangan saat selesai baca novel sejarah ini.
Nabi Muhammad saw yang kukenal dari buku-buku dan ceramah adalah seorangpenonton kuciwa. gak ada riuh tepuk tangan saat selesai baca novel sejarah ini.
Nabi Muhammad saw yang kukenal dari buku-buku dan ceramah adalah seorang rasul yang sangat gagah berani dan lembut hati (bukan lebay cenderung feminim seperti yang digambarkan buku ini).
Beliau seorang jagoan perang, bukan komandan berada di barisan paling belakang atau berdiam diri di tenda dan membutuhkan orang lain untuk melindungi dari tebasan pedang para musuh.
Muhammad saw yang kutahu menikah dengan janda-janda perang tua renta, bukan janda-janda cantik nan ranum.
Dari awal buku ini menyiratkan permusuhan antara Siti Aisyah dan Ali Bin Abu Thalib. Juga percekcokan gak penting antara istri - istri nabi.
Juga pemberontakan (dalam hati) para istri ketika munculnya ayat-ayat Al-qur'an tentang jilbab.
Errrrrgghhh.... sekelas Nabi dan keluarga seharusnya levelnya sudah "Kami mendengar dan Kami taat".
Bukan buku yang akan kurekomendasikan kepada siapa pun. Terutama yang ingin mengenal Islam lebih dekat.
Berapa bintang? Minus! Geram sama penulis bukunya. Sumpah!...more
Dari buku ini aku dapat ilmu baru. Bukan cuma bahwa Sabar dan Syukur adalah 2 kunci kebahagiaan. Bukan juga bahwa kebalikan sabar adalah putus asa. BukaDari buku ini aku dapat ilmu baru. Bukan cuma bahwa Sabar dan Syukur adalah 2 kunci kebahagiaan. Bukan juga bahwa kebalikan sabar adalah putus asa. Bukan pula kebalikan syukur adalah kufur nikmat. Tapi kebalikan dari sifat syukur yang sesungguhnya dan gak pernah kita sadari padahal harus kita mawasi adalah "Merasa Aman dari Tipu Daya Allah." Oh My God!
Satu lagi kutipan yang ngena banget buat aku: "Persoalan hidup bukanlah apa yang mengenai diri kita. Permasalahan hidup bukanlah kesenangan atau musibah yang mengenai diri kita. Persoalan hidup yang sesungguhnya adalah ketika kita gagal memilih sikap yang tepat terhadap apa-apa yang kita alami. Persoalan yang sesungguhnya adalah ketika kita menjadi sombong dan lupa diri saat mendapat nikmat, atau mengeluh dan berputus asa saat menerima musibah."...more
Sore Kamis itu, sesampainya di Tobucil, saya kecewa berat karena ternyata kelas dibatalkan tanpa pemberitahuan. Jadi aku melunglai pergi dari situ. BeSore Kamis itu, sesampainya di Tobucil, saya kecewa berat karena ternyata kelas dibatalkan tanpa pemberitahuan. Jadi aku melunglai pergi dari situ. Bete langsung menyeruak begitu saja. Maklum punya sifat moody tingkat akut. Salah satu hal yang bisa mengurangi "bete barometerku" adalah pergi ke toku buku. Memborong buku. Jadi kayaknya aku lebih pantas disebut sebagai bookshopholic ketimbang kutu buku.
Kembali menyoal buku ini, sebetulnya buku Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! pernah menjadi perhatianku sejak penerbitannya yang pertama kali. Karena judulnya yang unik dan kontroversial. Tapi niat pembelian buku ini selalu urung dengan alasan, "Mau jadi Pelacur kok minta izin Tuhan?" Kenapa harus minta izin? Gak konsisten!
Di sisi lain, aku memiliki sebuah analisa, bahwa setiap manusia di dunia ini, kemungkinan besar pernah berada di titik-titik kritis menuju pendewasaan agama.
Titik kritis pertama adalah : Pencarian Terhadap Tuhannya. Siapakah aku, untuk apa aku ada di dunia ini, sudah betulkah agama yang kuanut ini, de el el. Dan ketika pencarian ini menemukan titik temu, bisa dipastikan manusia ini akan menjadi lebih dekat kepada Tuhan. Karena ibadah apapun yang dilakukannya selama ini memiliki dasar yang lebih kuat. Karena kepercayaan yang dimiliki bukan lagi berupa catatan di KTP. Tapi sudah tercatat di dalam hati. Akhir dari tahapan proses ini, si manusia akan mencurahkan seluruh jiwa dan raganya hanya untuk Yang Terkasih, Sang Penguasa Alam.
Titik Kritis kedua akan terjadi ketika, manusia ini sudah "merasa" melakukan apapun demi Dia, kemudian Dia mengecewakannya dengan cara yang paling tidak dimengertinya. Hal ini lah yang dialami oleh Kiran, tokoh cerita Memoar Luka Seorang Muslimah. Dan luka ini semakin menganga ketika tak ada seorang pun yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terus muncul dalam hatinya. Tidak juga jawaban dari Tuhan.
Saya tadinya berharap, dengan membeli buku ini, semua jawaban penyelesaian masalah yang di hadapi oleh Kiran bisa didapat. Tapi saya lupa, buku ini adalah sebuah memoar yang di campur fiksi. Dan bukan tidak mungkin, sampai saat ini bukunya saya baca pun, seorang Kiran masih ada dalam dunianya tanpa jawaban.
Bahkan, saya masih tetap berharap penulis bisa memberikan surat penutup atas kedahagaan saya. Tapi ternyata tidak ada juga :(
Ada sedikit kritikan yang ingin saya sampaikan terhadap buku ini, di beberapa pengadegan cerita, latar belakang kurang terceritakan dengan kuat sehingga, saya sering bertanya-tanya, apakah kekecewaan ini bisa membuat seorang manusia cukup marah kepada Tuhannya. Apakah kekecewaaan ini bisa membuat seorang manusia cukup beralasan untuk berontak dan menjadi pelacur? Apakah...? Apakah..? Dst, dst.
Paling salut dengan satu hal, penulis begitu berani untuk menuliskan kemarahan-kemarahan Kiran dengan sangat gamblang. Tidak semua orang sanggup dan bisa melakukan hal itu. Padahal salah satu modal penulis adalah "Jujur". Dan kejujuran itulah yang saya temui di sini. Tanpa merasa takut dikecam atau dicemoohkan.
Ada kutipan dari penulis di akhir buku yang saya sangat setuju banget : "Iman yang tak digoncangkan, sepengetahuan saya adalah Iman yang rapuh, Iman yang menipu. Hati-Hati!"
ini bukan review, sekedar catatan aja. tadinya aku mau kasih bintang satu tapi karena buku ini ngasih tau lebih tentang istambul dan kehidupannya yangini bukan review, sekedar catatan aja. tadinya aku mau kasih bintang satu tapi karena buku ini ngasih tau lebih tentang istambul dan kehidupannya yang begitu nyata aku kasih lagi tambahan bintang satu biji. Dan karena sad ending. itu yang ku suka. meski cerita nya gak kemana2....more
**spoiler alert** Well, saya belum pernah membaca buku Laskar Pelangi, jadi saya tidak bisa membandingkannya seperti dalam review orang lain.
Saya haru**spoiler alert** Well, saya belum pernah membaca buku Laskar Pelangi, jadi saya tidak bisa membandingkannya seperti dalam review orang lain.
Saya harus jujur mengakui bahwa saya sedikit kecewa dengan buku ini, diluar dari kalimat motivator yang diselipkan.
Buku ini menurut saya kurang ada konflik. jika pun ada, si penulis dengan sangat terburu-buru untuk menyelesaikannya sendirian. tanpa melibatkan si tokoh. hmm... maksud saya, penyelesaian masalah tidak berdasakan sifat atau karakter dari si tokoh yang dimaksud tapi lebih karena si penulislah yang memiliki karakter demikian, sehingga tokoh itu akan menyelesaikan permasalahannya sesuai dengan karakter si Penulis.
Sepanjang perjalanan saya membaca buku ini, dan alhamdulilah dengan tertatih-tatih berhasil memaksakan diri menyelesaikannya, saya tidak cukup mengenal karakter Alif, Atang, Dulmajid, Said, Raja, dan Baso. Bahkan, kadang saya harus mengernyitkan dahi ketika salah satu tokoh muncul dan berusaha keras mengingat-ingat, Said tuh siapa ya? Atau... duh Dulmajid tuh yang mana ya? Atau cerita bagian mana yang bisa mengingatkan saya akan tokoh Atang? Karakter Baso yang mana yang menonjol sehingga saya bisa bilang "Baso tuh orangnya begini loh"!
Apa karena penulisnya adalah seorang wartawan, yang terbiasa memaparkan data? sehingga lupa untuk memberikan "jiwa" pada untaian kalimatnya?
Ok, hal lain yang sangat mengganggu saya, adalah judul yang sangat tidak ada kolerasinya dengan cerita. mungkin "Sahibul Menara PM" masih lebih cocok dibandingkan dengan negeri 5 menara. karena penjelasan dari 5 menaranya sendiri kurang kuat dijelaskan dalam buku ini. Dan sedikit dipaksakan.
Hmm... satu lagi yang paling mengecewakan adalah : let we say, bahwa konflik utama adalah keraguan Alif untuk bersekolah di pesantren karena dia ingin menjadi seorang Habibie. Bahkan hingga menjelang ujian kelulusan keinginan untuk berhenti dari pesantren juga mendera. Meskipun di sesi yang lain dia bersyukur kemudian di sesi lain dia tetap dan keukeuh ingin sekolah di SMU, kemudian dia bersyukur lagi dan kemudian dia "menyesal". Begitu seterusnya. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk tetap melanjutkan hingga lulus, gara-gara di "motivasi" oleh salah seorang guru BP.
Seharusnya apa yang disampaikan oleh guru tersebut dan bagaimana Alif tetap di pesantren menjadi kunci penyelesaian konflik "hati" Alif. Tapi tentu saja ini tidak ditampilkan. Jadi dimanakan letak esensi penyelesaian masalahnya? Selain Man Jada Wajada?
Ada lagi yang terlupa. Di awal cerita, penulis menampilkan tokoh Alif yang sudah sukses menjadi jurnalis di London. tentu saja saya sebagai pembaca diarahkan untuk bertanya "Bagaimana seorang lulusan pesantren bisa menceng ke arah jurnalistik?" Tapi lagi-lagi ini tidak terjawab sama sekali.
jadi demikian unek-unek saya, atas perhatian dan kerjasama yang diberikan, saya mengucapkan terima kasih....
*yang gak tertarik utk nerusin baca or beli buku terusannya* *sigh* ...more
Setiap kali selesai membaca buku Andi Bombang (terutama Kun Fayakun & Dan, Dialah Dia) seakan-akan segala permasalahan saya raib! Hilang entah kemSetiap kali selesai membaca buku Andi Bombang (terutama Kun Fayakun & Dan, Dialah Dia) seakan-akan segala permasalahan saya raib! Hilang entah kemana.
Saya juga merasa tidak pantas untuk menilai buku ini. Karena isinya yang maha dasyat. Sangat terbaca bahwa si penulis sudah naik tingkat pemahamannya akan "Dia" dibanding ketika memaparkan "Dia" dibuku Kun Fayakun.
Meski alur cerita yang dibahas sangat singkat-singkat, penulis ingin memasukkan banyak hal dan kejadian ke dalam buku ini. Namun tidak mengurangi pelajaran yang disampaikan oleh tokoh utama Pamungkas. Jika saja tak ada batasan dari penerbit mungkin Abang (panggilan akrab Andi Bombang) akan menuliskannya lebih dari 1000 halaman.
Nyatanya buku ke-3 dari Abang semakin membuat saya ingin dan penasaran untuk bertemu langsung dan bertatap muka dengan penulisnya. Bukan ingin meminta tanda tangan atau foto bersama, melainkan ingin mencari jawaban atas beribu pertanyaan (sekarang sudah berkurang karena dijawab dalam buku "Dan, Dialah Dia") yang muncul selama kurang lebih 10 tahun terakir dalam hidup saya.
Apakah Abang adalah Haji Imran yang sebenarnya? Hope so. Karena dengan begitu mungkin saya akan berguru kepadanya....more
Warji menikah dengan Warsih, Warsih berselingkuh dengan Rusman. Menikahlah mereka dan memiliki seorang putri yang bernama Desi. Warsih janda Warji jugaWarji menikah dengan Warsih, Warsih berselingkuh dengan Rusman. Menikahlah mereka dan memiliki seorang putri yang bernama Desi. Warsih janda Warji juga memiliki seorang putri bernama Ratih.
Cerita dimulai dengan alur masa kini, ketika Rusman menikahi putri tirinya yang bernama Ratih, dan lahirlah Febi. Febi si anak haram, merasa tak pantas hidup di muka bumi. Halal keluar dari Halal, Haram keluar dari Haram. Anak haram akan tetap selamanya menjadi haram dan tak pantas bersanding dengan - Nya di surga. Kekecewaan terhadap-Nya dia alihkan hidupnya sebagai gadis panggilan yang terkenal seantero Bandung. Jalan hidup yang dia tempuh membuatnya berharap untuk mendapatkan kebahagiaan dunia yang dia cari. Karena sudah tentu kebahagian akhirat sudah tertutup rapat untuk seorang anak yang terlahir dari sebuah hubungan haram ayah tiri dan anak.
Buku yang tebalnya kurang lebih 500 halaman ini, tetap menarik lembar demi lembar ketika aku membacanya. Mungkin karena pilihan kalimat yang begitu mengalir adanya, membuat novel ini tetap hidup hingga tetes terakhir.
Aku kasih bintang 4 karena novel ini dibawah satu bintang dengan novel Andi Bombang terdahulu yang berjudul "Kun Fayakun" yang lebih sarat perjalanan ruhani sang preman Hardi Kobra. Meski di novel kedua ini, tokoh Hardi Kobra muncul sebagai tokoh yang menuntun Febi kembali kejalan Tuhan-Nya....more
Buku yang menceritakan seorang gadis yang merupakan anak tunggal keluarga pesantren yang sangat religius. Penuturannya yang sangat lugas tapi tidak teBuku yang menceritakan seorang gadis yang merupakan anak tunggal keluarga pesantren yang sangat religius. Penuturannya yang sangat lugas tapi tidak terkesan porno, membuat buku ini sangat menarik untuk disimak. Begitu juga kebencian-kebencian dia terhadap agama dan yang melatarbelakanginya. Dan yang membuat saya tetap bertahan untuk menyelesaikannya sampai halaman terakhir adalah ceritanya yang tidak biasa dan ending dari tokoh utama. Sungguh mencengangkan!!!
Penulisnya seorang wanita muda kelahiran tahun 1983. Sungguh berani dan sangat out of the box!...more
huehehehee.. baca buku ini gak kelar-kelar deh, bukan berarti buku ini gak menarik, tapi bacanya pake diselang-seling nonton serial dvd smallville.
ovehuehehehee.. baca buku ini gak kelar-kelar deh, bukan berarti buku ini gak menarik, tapi bacanya pake diselang-seling nonton serial dvd smallville.
over all aku suka buku ini, karena di beberapa cuplikan kalimat percakapannya ada dalam al-qur'an. Trus aku suka banget ketika penulis menggambarkan kemegahan kerajaan Nabi Sulaeman. Wuiiiihhh kayak surga banget deh kayaknya.
Cuma kalo menurut aku, buku ini kurang mendalam. Mungkin juga karena si penulis terlalu banyak yang ingin disampaikan jadi ya gitu deh. Mungkin buku ini baru awal dari buku-buku lain yang akan aku cari dan baca tentang Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis selanjutnya.
Eh tapi beneran gak ya? Kalo Ratu Bilqis itu istri yang ke-60 dari Raja Sulaiman? Kok aku baru denger ya?...more
agak menyayangkan, karena isi buku pernah saya dapat dari buku lain. Tapi ada beberapa yang baru sih, cuma.... mungkin sekarang tinggal ngisi buku nyaagak menyayangkan, karena isi buku pernah saya dapat dari buku lain. Tapi ada beberapa yang baru sih, cuma.... mungkin sekarang tinggal ngisi buku nya saja, jangan cuma dibaca....more
Sebaik-baiknya do’a adalah do’a yang berasal dari Al-Qur’an dan Al Hadist yang shahih. Bersyukurlah kita karena Allah mengabadikan do’a - do’a para naSebaik-baiknya do’a adalah do’a yang berasal dari Al-Qur’an dan Al Hadist yang shahih. Bersyukurlah kita karena Allah mengabadikan do’a - do’a para nabi dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist untuk kita imani dan contoh.
Jangan pernah berhenti dan berputus asa dalam berdoa. Karena ternyata doanya nabi Adam pun baru dikabulkan selama 1000 tahun. Nah kita yang bukan nabi jangan mengeluh jika doa belum terkabul.
Menurut kaca mata manusia bisa saja doa kita belum terkabul, tapi menurut kaca mata ghaib Allah, ternyata doa kita sudah dikabulkan, kitanya saja yang belum mengetahui atau memahami. ...more