,

Sejarah Quotes

Quotes tagged as "sejarah" Showing 1-30 of 55
Pramoedya Ananta Toer
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”
Pramoedya Ananta Toer, House of Glass

Goenawan Mohamad
“Hanya mereka yang mengenal trauma, mereka yang pernah dicakar sejarah, tahu benar bagaimana menerima kedahsyatan dan keterbatasan yang bernama manusia”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 4

Y.B. Mangunwijaya
“Namun itu berarti bahwa telah tumbuhlah benih-benih pengakuan, bahwa yang benar-benar penting dalam sejarah justru adalah hidup sehari-hari, yang normal yang biasa, dan bukan pertama-tama kehidupan serba luar biasa dari kaum ekstravagan serba mewah tapi kosong konsumtif. Dengan kata lain, kita mulai belajar, bahwa tokoh sejarah dan pahlawan sejati harus kita temukan kembali di antara kaum rakyat biasa yang sehari-hari, yang barangkali kecil dalam harta maupun kuasa, namun besar dalam kesetiaannya demi kehidupan.
Y.B. Mangunwijaya, Impian dari Yogyakarta: Kumpulan Esai Masalah Pendidikan

Dee Lestari
“Sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia, tapi tidak lagi melekat utuh pada realitas. Sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tapi ketika disentuh menjadi embun yang rampuh.”
Dee

Goenawan Mohamad
“Keprihatinan, seperti halnya kebanggaan, juga kecemasan, seperti halnya optimisme—semua itu adalah pertanda rasa ikut memiliki. Atau rasa terpanggil. Barangkali karena tanah air memang bukan cuma sepotong geografi dan selintas sejarah. Barangkali karena tanah air adalah juga sebuah panggilan”
Goenawan Mohamad

Faisal Tehrani
“Janganlah tuan-tuan percaya kalau sejarah itu dikatakan satu sahaja, jangan-jangan ada lain perkara di sebaliknya (Ketupat Cinta Musim Pertama)”
Faisal Tehrani

Goenawan Mohamad
“Sejarah terbentuk dari siklus. Riwayat berputar seperti roda gerobak sapi. Masa baik datang, tapi nanti masa buruk menggantikan. Bila itu terjadi, bagaimana pun baiknya manusia, malapetaka tak akan terelakkan .”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 1

Pramoedya Ananta Toer
“..babak sinthesis sedang di ambang pintu. Yang jelas, semua yang telah terjadi akan abadi dalam ingatan bangsa ini dan umat manusia sepanjang abad, tak peduli orang suka atau tidak. Para pengarang akan menghidupkannya lebih jelas dalam karya-karyanya. Para pembunuh dan terbunuh akan menjadi abadi di dalamnya daripada sebagai pelaku sejarah saja. Topeng dan jubah suci akan berserakan.”
Pramoedya Ananta Toer

Goenawan Mohamad
“Tapi barangkali sejarah memang terdiri dari penemuan-penemuan separuh benar, atau separuh salah, hingga kemajuan terjadi”
Goenawan Mohamad

Rizki Ridyasmara
“Sejarah adalah suatu proses yang hidup, saling berbenturan, saling berinteraksi, saling mengembangkan diri, tidak saja antara daerah satu dengan daerah lain namun lingkupnya sangat luas. Hasil interaksi antara satu peristiwa lain, yang juga akan terus berinteraksi dan berkembang, bagai rangkaian benturan atom yang tak pernah berakhir, demikian terus tidak kenal kata henti sampai dunia ini berakhir dalam kepunahan (kiamat).”
Rizki Ridyasmara, The Jacatra Secret

Goenawan Mohamad
“Selalu ada yang bisa mengerikan dalam hubungan kita dengan sejarah. Tapi pada saat yang sama, selalu ada yang membuat masa lalu berharga justru dalam kerapuhan manusia.”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 5

Goenawan Mohamad
“Sejarah sebenarnya tak mampu menyusun peta waktu, sebagaimana geografi tak bisa menyusun peta bumi dan penghuni.”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 7

Goenawan Mohamad
“Tapi manusia bukan cetakan tunggal mumi adam diatas bumi, yang ditaruh dalam gelas, tanpa sejarah, tanpa keterlanjutan kebudayaan.”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 2

Leila S. Chudori
“Siapakah pemilik sejarah? Siapa yang menentukan siapa yang jadi pahlawan dan siapa yang penjahat? Siapa pula yang menentukan akurasi setiap peristiwa?”
Leila S. Chudori, Pulang

Stebby Julionatan
“Sejarah manusia adalah sejarah sepatu. Sejarah tentang tempat dimana ia pernah berpijak dan menjejak.”
Stebby Julionatan

Kuntowijoyo
“Dengan sejarah, kita belajar jatuh cinta.”
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah

Goenawan Mohamad
“Dan Sejarah pun seakan akan menggunjal nafas, capek dan gaek, dihadapan kini. Kini itu tak kunjung berhenti. Yang terpeluk oleh Sejarah hanya segala yang telah lewat, reruntuhan.”
Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 7

Asma Nadia
“Sejarah tak mencatat para pecundang bahkan, walaupun bumi melahirkannya. (53)”
Asma Nadia, Assalamualaikum, Beijing!

Safiur Rahman Mubarakpuri
“Sabda-sabda beliau bukanlah sekedar syair-syair maupun kata-kata hikmah sehingga tidak ada penyair dan pujangga yang bisa menyamainya. Perkataan yang terlontar mengandung makna yang sampai pada hakikatnya, karena keluar dari bibir yang di belakangnya ada pikiran, yang di belakangnya ada hati, yang di belakangnya ada iman, dan yang di belakangnya ada Allah. Itulah perkataan yang tiada tercecer dan mubadzir, tidak ada pertentangan dan penyimpangan, karena semuanya mengandung faidah dan sesuai dengan fitrah kita.”
Safiur-Rahman Al-Mubarakpuri, الرحيق المختوم

“.
di hamparan dunia yang penuh perdebatan ini.
tuhan menjanjikan akhir zaman untuk sepasang mata.
dan cucu adam menciptakan resah,gelap dan kerusuhan saja. .
.

mungkin kita hanya debu atau sebuah sejarah,
yang berjalan di bawah samudera.
atau dengan ke tidak berdayaan ini.
berambisi menembus firmament
~Andra dobing”
andra dobing

Lucia Priandarini
“Melawan lupa adalah menolak melupakan apa yang sudah terjadi. Lupa melawan adalah ketika seseorang dihadapkan dengan segala fasilitas dan kemudahan, kemudian ia memilih berhenti melawan.”
Lucia Priandarini, Episode Hujan

Seno Gumira Ajidarma
“Sebuah bisikan betapa pun lemahnya tiada akan hilang bukan?”
Seno Gumira Ajidarma, Sepotong Senja untuk Pacarku

“Dalam sejarah Indonesia, Pulau Buru tahun 1969–1979 bukan hanya sebuah lokasi terjadinya kerja paksa, hinaan, siksaan, dan kematian yang dipaksakan oleh anak-anak bangsa terhadap sesama anak bangsa. Ia juga tempat jiwa-jiwa sekuat baja digembleng untuk mampu bertahan hidup di tengah kerja paksa, hinaan, siksaan dan kematian yang dipaksakan itu. Goresan-goresan sketsa Pak Greg dalam buku ini, berikut catatan-catatan yang mengiringinya, ialah saksinya.
Mencermati serpihan kisah-kisah menarik dan personal yang terungkap dalam buku ini, kita tidak hanya diajak untuk “berziarah” ke pulau penuh kenangan duka itu. Kita juga dipanggil untuk bersama-sama bertanya: sejauh kita belum berani meratapi dan merefleksikan masa lalu kelam kita, layakkah kita melangkah dan menatap masa depan dengan mata berbinar penuh harapan?”
Baskara T. Wardaya, Tiada Jalan Bertabur Bunga: Memoar Pulau Buru dalam Sketsa

“Semua kerendahan dan kejahatan peradaban kita dapat diukur dengan sebuah aksioma bodoh bahwa bangsa yang bahagia tidak punya sejarah.”
Albert Camus, Mati Bahagia

“Walaupun pada kenyataannya, sebagian besar penduduk kota Jakarta masih jauh dari kerta atau makmur”
Rachmat Ruhiat

Ahmad Fuadi
“History is not nostalgic art, but history is ibrah, lessons, that we can pull to the present, to prepare for a better future,” -105”
Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

Seno Gumira Ajidarma
“Siapa yang tidak suka merasa nyaman dan tenang di dunia ini Sukab, di sebuah dunia yang sudah miskin masih bersimbah darah pula?”
Seno Gumira Ajidarma, Sepotong Senja untuk Pacarku

“Penyakit yang Menghambat Dunia Islam :

Pertama, mewabahnya keputusasaan
yang faktor pemicunya ada dalam diri kita sendiri

Kedua, matinya kejujuran dalam kehidupan sosial dan politik

Ketiga, suka kepada permusuhan

Empat, mengabaikan tali cahaya yang menyatukan sesama orang mukmin

Kelima, penindasan yang menyebar seumpama penyakit menular

Keenam, perhatian yang hanya tertuju pada kepentingan pribadi.

( Badiuzzaman Said Nursi dalam Novel Api Tauhid)”
Habiburrahman El Shirazy

Zaen Kasturi
“tak perlu tanda tanya
kerana kita adalah buku rahsia yang telah lama terbuka
sejak kata pertama jatuh mencari makna,” bisik benih kepada tanah
yang menumbuh dan menyuburkannya

(siapa di antara sela rerumputan)”
Zaen Kasturi, Fajar Lingkung Lembayung

Zaen Kasturi
“jangan bicara di sini
diam atau tidur saja
kerana suara adalah kaca
yang hanya mencipta luka demi luka
— semata luka

(kerana suara adalah kaca)”
Zaen Kasturi, Fajar Lingkung Lembayung

« previous 1