Jump to ratings and reviews
Rate this book

Perahu Kertas

Rate this book
Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu.

...

Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya, mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah bertemu manusia seajaib itu.

...

Dan kini mereka berhadapan di antara hamparan misteri dan rintangan. Akankah dongeng dan lukisan itu bersatu?

Akankah hati dan impian mereka bertemu?

542 pages, Paperback

First published January 1, 2004

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Dee Lestari

25 books5,317 followers
Dee Lestari, is one of the bestselling and critically acclaimed writers in Indonesia.
Born in January 20, 1976, she began her debut with a serial novel: Supernova in 2001. Supernova’s first episode, Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (The Knight, The Princess, and The Falling Star), was sold phenomenally, achieving a cult status among Indonesian young readers. She has published four other episodes: Akar (The Root), Petir (The Lightning), Partikel(The Particle), and Gelombang (The Wave).
Aside of the Supernova series, Dee has also published a novel titled Perahu Kertas (Paper Boat), and three anthologies: Filosofi Kopi (Coffee’s Philosophy), Madre, and Rectoverso — a unique hybrid of music and literature.
Dee also has an extensive music career, producing four albums with her former vocal trio, and two solo albums. She has been writing songs for renowned Indonesian artists.
Perahu Kertas (Paper Boat) was turned into a movie in 2009, marking Dee’s debut as a screenplay writer. The movie became one of the national's block busters. Following the same path, Madre, Filosofi Kopi, Madre, and Supernova KPBJ, were made into movies.
In February 2016, Dee released the final episode of Supernova, Inteligensi Embun Pagi (Intelligence of the Morning Dew). All Dee’s books are published by Bentang Pustaka.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
6,388 (35%)
4 stars
6,565 (36%)
3 stars
3,887 (21%)
2 stars
941 (5%)
1 star
294 (1%)
Displaying 1 - 30 of 1,716 reviews
Profile Image for Pandasurya.
177 reviews105 followers
October 20, 2009
Surat Neptunus Buat Dewi ‘Dee’ Lestari
(Review Perahu Kertas)


Hai Dee yang baik,

Perkenalkan, saya salah seorang pembaca Perahu Kertas (PK). Kita memang belum pernah kenal sebelumnya. Tapi pastinya saya sudah tau seorang Dewi “Dee’ Lestari karena kamu penulis dan penyanyi terkenal di negeri ini.

Kalau boleh, Dee, izinkan saya menulis surat ini. Anggaplah ini sekadar kesan-kesan saya setelah membaca PK. Tapi mungkin saya nggak akan menghanyutkannya surat ini di sungai, kali, apalagi lautan.

Baiklah, saya mulai ya.
Pastinya kita semua tau, Dee, manusia tak pernah lahir dari batu atau jatuh dari langit. Manusia adalah produk lingkungannya. Ia terbentuk dari pengalaman-pengalaman hidup tempat di mana ia lahir, tumbuh, dan mati. Termasuk di dalamnya pengalaman membaca seseorang.

Pernah suatu kali di malam yang sepi, sambil memegang sebuah buku, saya merenungkan sebuah pertanyaan iseng: bisakah kita membaca sebuah buku tanpa membawa serta pengalaman membaca kita sebelumnya? Atau lebih jauh lagi, bisakah kita membaca sebuah buku tanpa mengikutsertakan pengalaman hidup kita selama ini yang terkait dengan buku, musik, atau film misalnya? Dalam bahasa sederhana: bisakah kita mengosongkan dahulu semua panca indera kita, segala pikiran dan hati kita ketika akan membaca sebuah buku?

Seperti ajaran Zen yang terkenal itu, cangkir haruslah kosong sebelum kita menuangkan air ke dalamnya. Tapi bisakah kita seperti itu, Dee? Tiap kali saya mengingat pertanyaan itu, tiap kali itu pula saya teringat kalimat sakti yang satu itu, “manusia tak pernah lahir dari batu.”

Pengalaman kita membaca akan mempengaruhi cara kita mengapresiasi sebuah buku. Artinya, tiap kali kita membaca sebuah buku maka mau tidak mau kita akan mengingat pengalaman membaca kita sebelumnya. Seperti itulah yang saya rasakan ketika membaca PK ini, Dee.

Terus terang saja saya tidak banyak membaca novel kisah cinta sebelumnya. Dan dari pengalaman membaca saya yang masih pendek ini, saya hanya teringat beberapa kisah yang menjadi favorit saya. Di antaranya kisah cinta Minke-Annelies dalam Bumi Manusia (BM)-nya Pramoedya, Rasus-Srintil di Ronggeng Dukuh Paruk (RDP)-nya Ahmad Tohari dan kisah cinta Teto-Atik di Burung-burung Manyar (BBM)-nya Mangunwijaya. Dan apa boleh buat, ketiga kisah cinta itu tidaklah berakhir happy-ending.

Bahkan kita semua sudah tau, Dee, kisah cinta legendaris yang tragis seperti Siti Nurbaya atau Romeo dan Juliet. Atau Jack dan Rose di film fenomenal Titanic. Dan baru-baru ini kita juga tau, kisah cinta Anang-Krisdayanti pun sudah berakhir di layar infotainment.

Satu-satunya kisah cinta happy-ending yang saya ingat hanyalah dongeng indah Cinderela. Well, sekarang tambah satu lagi, Keenan dan Kugy di PK ini.

Dee yang ramah,

Kata orang, tak ada yang benar-benar baru di bawah langit yang sama. Dan rasanya sudah tak terhitung lagi berapa banyak kisah cinta yang pernah ditulis manusia. Ada yang penuh konflik, warna-warni. Tapi ada juga yang sederhana tapi bersahaja dan penuh makna. Tema cinta menjadi sesuatu yang biasa dan klise. Tapi sepanjangan peradaban manusia tetap saja banyak orang sangat menyukainya. Mengapa? Karena meski tema cinta adalah tema yang standar dan biasa namun setiap kisah cinta yang menarik pasti punya kemasan yang menggetarkan dan berbeda dari biasanya.

Konon, seorang penulis baru disebut penulis bukan karena apa yang ditulisnya melainkan bagaimana cara dia menuliskannya. Sartre yang mengatakan itu, Dee. Maaf, bukan maksud hati menggurui. Saya hanya ingin berbagi. Seorang Dee juga pasti tau betul soal ini.

Maka dari pengalaman membaca ketiga novel tadi itulah (BM, RDP, BBM) mau tidak mau saya membandingkan kisah cinta di PK ini. Maafkan saya, Dee, jika perbandingan ini tidaklah pantas atau terlalu “kejam” karena memang hanya ketiga novel favorit saya itulah yang jadi kitab pegangan dan patokan saya selama ini.

Jadi, inilah yang ingin saya katakan tentang PK, Dee.
Pertama, saya membacanya karena dipinjamkan seorang teman. Kamu harus baca novel ini, katanya. Ceritanya indah mengharukan. So sweet, katanya lagi. Maka jadilah saya menunda bacaan lain demi membaca novel yang di lembar pertamanya ada tanda tangan kamu Dee.

Kedua, desain sampul bukunya bagus. Membuat mata orang langsung tertarik untuk meraih buku ini dan mengetahui isinya. Kredo “Don’t judge a book by its cover” tak berlaku di sini karena memang cover PK ini cukup bagus. Dengan kata lain, dari sisi strategi pemasaran covernya sudah cukup berhasil. Terus terang saja, cover BM, RDP, dan BBM tadi masih kalah menarik dengan PK ini.

Yang ketiga, maaf, bagi saya ceritanya kok lebih mirip sinetron atau film TV ya. Pelem bangetlah. Pasti saya bukan satu-satunya yang berpendapat begini. Bahkan menurut saya, novel ini sangat potensial untuk bisa diadaptasi menjadi skenario sinetron, FTV atau film layar lebar. Hampir pasti menjual dan sangat komersil. Tipikal kisah cinta di mana 3 kata sakti “aku cinta padamu” seolah wajib diucapkan.

Alur ceritanya memang mudah ditebak. A ketemu B, jatuh cinta. Sebelumnya B sudah pacaran dengan C. A & B memendam perasaan masing-masing. Lalu A ketemu D, B ketemu E. dst. Dan endingnya sepertinya memang harus memuaskan hati sang penulis dan pembaca (di sinilah sisi komersil nge-popnya) bahwa akhirnya A memang jadi dengan B. Sementara C, D, & E entah bagaimana nasibnya.

Jodoh boleh di tangan Tuhan, kata orang. Tapi maaf saja, dalam hal PK ini jodoh di tangan sang penulis (inilah enaknya menjadi penulis ya, Dee, kita bisa menjelma jadi tuhan meski hanya dengan “t” kecil). Dan untunglah di novel ini tak ada kisah “cinta ditolak, dukun bertindak”. Jika itu terjadi tentu konflik akan lebih panjang dan menambah tebal jumlah halaman. Ujung-ujungnya menambah ongkos cetak dan harga buku. Banyak pembaca tentu akan keberatan karena mereka pastinya mengharapkan harga diskon selalu.

Yup, begitulah plot ceritanya. Memang terlalu kentara dirancang sedemikian rupa, dengan sejumlah “kebetulan-kebetulan” yang ada. Mungkin memang sengaja dirancang menjadi bagian dari kisah kebetulan “radar Neptunus”.

“Kebetulan” Kugy harus ikut ke stasiun menjemput Keenan (h. 18). “Kebetulan” Kugy dan Keenan berzodiak Aquarius (h.33). “Kebetulan” Kugy dan Keenan bertemu lagi di sebuah warung di Stasiun KA Citatah dalam perjalanan ke Jakarta (h.60). “Kebetulan” Keenan diminta menjadi guru menggambar di Sakola Alit tempat Kugy mengajar (h. 105). “Kebetulan” Remi adalah penggemar lukisan Keenan (h. 210). “Kebetulan” Kugy bekerja di tempat Remi (h.250). “Kebetulan” Pak Wayan adalah cinta sejati ibunya Keenan (h. 298). “Kebetulan” Luhde juga senang menulis cerita dongeng anak-anak seperti Kugy (h. 376). Dan akhirnya “kebetulan” Keenan dan Kugy bertemu lagi di Pantai Ranca Buaya (h. 432). And they live happily ever after..

Ternyata di novel ini hidup adalah rangkaian sederet “kebetulan”.

Dengan bangunan cerita yang seperti itu, tak heran jika saya menamatkan novel 444 halaman ini dalam waktu yang cukup singkat. Kurang lebih hanya 2 hari. Saya adalah pembaca yang lambat, Dee, tapi satu-satunya alasan kenapa saya menamatkan novel ini cukup cepat adalah karena terus terang saja banyak sejumlah kalimat, paragraf, dan halaman yang saya lewati karena semata-mata saya sudah tau bakal seperti apa ujungnya. Dan dugaan saya ternyata memang tidak meleset.

Yang keempat, menurut saya gaya bahasa novel ini cukup ringan, tipikal seorang Dee (saya hanya pernah membaca Supernova), lebih nge-pop dan sekaligus menjadikan novel ini bergenre novel pop. Pilihan kata dan kalimatnya pun bagi saya tidak terlalu istimewa. Puitis? Hmm..yah puitis yang begitulah. Puitis yang standar, umum. Meski begitu, harus saya akui, ada beberapa kutipan yang juga saya sukai.

Mengharukan? Membuat pembaca bisa berurai air mata? Teman saya yang meminjamkan buku ini pasti menjawab iya. Di malam yang sepi itu dia mengaku sampai berlinang air mata terutama ketika membaca surat pendek Kugy di h. 312.

Kondisi dan suasana alur ceritanya rupanya memang dirancang untuk membuat pembaca terharu hingga berurai air mata. Bukan seperti kisah yang bisa membuat pembaca terharu tanpa diminta, tanpa dikondisikan, tanpa jelas-jelas dirancang.

Tapi bagaimana pun juga, melalui novel ini kamu sudah berhasil membuat sejumlah orang meneteskan air mata, Dee.

Kalau saja gaya bahasa dan plot ceritanya bisa lebih dimaksimalkan, dibuat lebih dahsyat, mungkin jadinya akan lebih berkesan dan menggetarkan. Entahlah.

Dee yang cantik,

Rasanya memang benar kata orang, pada akhirnya kita tak bisa berdebat soal selera. Itulah kalimat pamungkas yang biasa dikatakan orang jika mereka berbeda pendapat soal buku, lagu, film atau makanan.

Maka bicara soal selera terpaksa saya harus mengatakan bahwa saya jauh lebih menyukai dan mengagumi BM, RDP dan BBM ketimbang PK ini. Bagi saya ketiga novel favorit itu sangat berkesan, membekas dalam, dan masih terngiang-ngiang hingga kini. Alur dan bangunan cerita, setting, gaya bahasa, dan penokohannya masih lebih kaya dan berkarakter kuat. Apa boleh buat, akhirnya bagi saya novel PK ini rasanya tidak dibaca pun tidak apa-apa. Maaf.

Oh ya, setelah menamatkan novel ini ada satu hal yang ingin saya tanyakan, Dee. Seperti yang Keenan ingat di h. 46, Kugy pernah bilang, terkadang kita harus menjadi sesuatu yang bukan diri kita dulu untuk kemudian menjadi diri kita yang asli. Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi.

Jadi, apakah selama ini, ya selama ini, seorang Dewi ‘Dee’ Lestari sebenarnya ingin menjadi penulis dongeng, bukan penyanyi atau penulis novel?

Maaf, Dee, seperti yang kamu tulis di h. 430, mungkin semua ini terlalu getir. Namun, inilah kejujuran…

By the way, saya jelas bukan Dewa Neptunus yang tinggal di lautan. Saya hanya seorang Pandasurya, yang bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.

Mungkin benar kata orang, terkadang untuk mencapai sesuatu, kita memang harus melepaskan segalanya, termasuk impian kita yang paling dalam…


(Bandung, Oktober’09)
Profile Image for Thesunan.
54 reviews17 followers
January 16, 2010
ngejar setoran.. hohoho.. akhirnya bisa baca buku ini juga.. :D

ini dia review dari saya :

Hati tidak pernah memilih, hati dipilih. ia selalu tau kemana harus berlabuh.. hal 430

ini pertama kalinya saya menulis review tentang buku.. makanya saya bingung harus mulai dari mana nulis ini. kata orang, selalu ada yg pertama buat segala hal, mudah2an ini gak jadi yg terakhir..

Sebuah karya pertama dari Dee yang saya baca dengan serius (baca: sampai selesai dan berulang2 ), buku-buku Dee yang lain sebelumnya hanya menghiasi rak buku dan beberapa masih dibungkus plastik dan tidak ada keinginan untuk membaca dan membuka bungkus plastiknya. Membuka plastik buku-buku itu selain kerena takut bukunya rusak juga karena bagaikan membuka kenangan lama dari sang pemberi buku (baru mulai aja udah curcol. ahahha).

Buku yg sangat ringan dan menyenangkan untuk dibaca, sekali mulai susah untuk berhenti. Apalagi kalo dibaca di pinggir kolam ikan (empang tetangga juga boleh klo gak punya), dibawah langit yg mendung2 horny mendung2 gloomy, ditemani suara kicauan burung dan bunyi gemericik air yg suaranya lebih merdu daripada suara omelan ibu kos waktu nagih uang kos yg telat 2 bulan. Apalagi kalo sambil hujan rintik2, ahh bau wangi tanah yg baru kena hujan.. ditambah lagi dengan segelas besar beer atau secangkir kopi dan Pisang gorengggg!! (Kugy loves it)


Keenan dan Kugy, dua orang tokoh sentral dalam novel ini, dua orang yg dipertemukan oleh takdir. Sebuah ketertarikan instan klo kata Ceuceu mah, atau seperti kata pujangga "cinta datang tidak terburu2 atau terlalu cepat, cinta datang tepat pada waktunya".

Saya pernah mempunyai seorang (atau setidaknya saya anggap) 'Kugy' di hidup saya, dan mungkin Kugy saya itu menganggap saya 'Keenan'nya atau malah dia menganggap orang lain sebagai 'Keenan'nya. Setiap orang bebas memilih dan beranggapan bahwa seseorang lainnya adalah sebagai seorang Kugy atau Keenan-nya masing2, ini masalah perasaan. Mungkin saja wanita yg dianggap Kugy oleh kita menganggap kita sebagai Keenan-nya, begitupun sebaliknya. Siapa yg tau alias who knows..?
Nah yang jadi masalah apabila keadaannya berbeda seperti Remy Ojos Luhde dan Wanda. Yang co menganggap si ce itu 'Kugy'nya sementara yg ce malah menganggap co lain sebagai 'Keenan'-nya, jadinya seperti lagu Doel Sumbang,


Kuring bogoh ka Entin
Entin bogoh ka Rustam
Rustam bogoh ka Oneng
Oneng bogoh ka Darman

Darman bogoh ka Acah
Acah bogoh ka Unang
Unang bogoh ka Edoh
Edoh bogoh ka Dayat

Dirasa rasa
Beuki karasa
Dipikir pikir
Beuki kapikir
Bumi alam bumi alam asa nguir
Mikiran cinta jadi panas gulicir


tungtungnamah jadi bogoh ka embe. atau pakeukeuh-keukeuh. nu hiji keukeuh bogoh nu hiji keukeuh geuleuh, nu hiji tergila2, nu hiji gilaeun.. ahahha..

"Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya, mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah bertemu manusia seajaib itu " beuuuhh sosok Keenan mengingatkan aku pada diriku. ahahha.. gw bangeeet gitu looh.. (awas jangan protes) cuman bedanya saya gak bisa melukis, dan Keenan (katanya menurut gosip klo dipilemkan akan diperankan oleh Nicolas Saputra)yg menurut Kugy adalah makhluk tertampan yg pernah ia temui sejak tokoh Therrius dalam komik Candy-Candy masih kalah genteng ganteng oleh saya. :P

Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu. nahhhh ini mirip bgt dengan 'Kugy' saya, terutama mungil-nya itu, tapiii yah siapapun ce nya akan terlihat mungil kalo bareng saya.. ahahha..

Walaupun saya sudah tau garis besar dan akhir cerita novel ini sebelumnya dari review2 yg contains spoiler. Membaca novel ini membuat saya reminiscing!!! Terutama 'kimia' dari Keenan dan Kugy serta kebetulan2 yg ada di novel ini yg memang agak lebai.. tapi itulah hidup dan rahasia takdir, tak ada yg kebetulan di dunia ini, Karena Tuhan tidak sedang bermain dadu - A. Einstein, dan Tuhan tidak sedang berjudi dengan nasib makhluknya.
Saya pernah mengalami dan mempunyai 'kebetulan' dan 'kimia' itu dengan 'Kugy' saya. Tapi cerita di novel kadang tidak sesuai dengan kenyataan para pembacanya bahkan mungkin penulisnya. (beware contains curhat)'Kugy' saya sudah menikah sehingga klo di novel ini mungkin lebih tepatnya saya menganggap 'Kugy' saya itu 'Lena' (ibu dari Keenan) dan saya 'Wayan'. Tapi jangan menyerah pada keadaan, better fix it instead move on, seperti yg saya baca waktu 'nongkrong' di Pantura sama Ceuceu pada pantat truk "Kutunggu Jandamu atau Kubunuh Suamimu".. ahahha Sambil berharap bahwa 'Kugy' saya akan menjadi Kugy bukan Lena, dan saya menjadi 'Keenan' bukan Wayan. :D


Saya sebenarnya lebih suka klo novel ini berakhir di bab 44 : Cinta Tak Berujung yang ditutup dengan kalimat Saat ia dan diyakinkan bahwa mereka saling mencintai, dan selamanya pula mereka tidak mungkin bersama hal. 413. Saya kira novel ini akan lebih menarik tanpa memaksakan bahwa Keenan dan Kugy mesti bersatu. Tapi begitulah hidup, eh novel. Dee membuat sebuah novel yg berusaha menyenangkan semua orang yg berharap takdir dan berpihaknya nasib.

Saya beri buku ini 4 bintang, karena Dee menulis novel ini dalam 55 hari, tapi bisa naik jadi 10 bintang (kalo ada) kalo ending cerita saya seperti Kugy dan Keenan. :P Kalo engga ya cukup 4 bintang aja.

Eh tapi semua orang ditakdirkan bahagia dengan caranya masing2, jadi yg penting bahagia aja deh apapun jalannya itu..:D


nb : Keenan dan Kugy maaf saya lebih suka Zeus atau Jupiter daripada Poeseidon atau Neptunus. salam Petir!!! :D









Profile Image for Indri Juwono.
Author 2 books296 followers
October 4, 2009
ini kisah cinta.

benar-benar kisah yang dibungkus dengan dongeng dan lukisan.
cinta dewasa yang kekanak-kanakan yang berkembang menjadi platonic.

Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan Bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.

disuguhkan kisah yang mengharukan tapi tidak cengeng. cerita tentang penyangkalan, tanpa penghianatan, tentang persahabatan.

merenung sejenak, memahami cinta.

Dan kau ada diantara milyaran manusia..
dan ku bisa dengan radarku menemukanmu....

Lagu dari Dewi Lestari..

Profile Image for Ra.
29 reviews14 followers
October 8, 2012
Perahu Kertas,- Actually, It's not my typical genre. Tapi,cukup penasaran kenapa buku ini sempat heboh dan sampai detik ini belum sempat menonton filmnya,yang katanya bisa menguras air mata sebaskom. Untungnya, aku dapat e-booknya,- jadi nggak perlu beli bukunya,- dan aku baca e-book Perahu Kertas disela-sela waktu senggang dan Okay, aku nggak tau, apa selera aku yang aneh, atau mungkin memang aku udah kehilangan otot-otot romantis,-..... aku nggak bisa menangis sedikitpun baca buku ini, berkaca-kaca pun tidak. Yang ada, aku hanya ingin menyelesaikan buku ini secepatnya, scrolling down halaman demi halaman PDF, 3 jam lebih sedikit, selesai.

Overall, perahu kertas mengingatkan akan cerita FTV, kisah percintaan anak-anak kota, serta alur yang maksa, contohnya;

Di awal cerita, kita dibawa ke Amsterdam. Disuguhkan dengan 2 tokoh, Keenan dan oma Belandanya. Bahasa Belanda dimasukin beberapa, untuk memberi kesan settingnya di Belanda. Tapi, kaya'nya aku menemukan kejanggalan saat Keenan bilang; 'kan niet ferget' ke omanya. Aku hanya ngerti bahasa Belanda secuil. Tapi aku tau ferget bukan bahasa Belanda, it should be 'kan niet vergeten'

Bukan bermaksud menjadi grammar nazi, secara ini berupa buku, tentunya ada editor dan pemeriksa aksara, pay attention to detail penting banget dong untuk sebuah buku yang dicetak beribu-ribu eksemplar.

Lalu, scene saat oma Belanda menyerahkan buku tebal soal-soal UMPTN ke Keenan. Aku pikir apa ini nggak maksa, mereka di Belanda, si oma jauh-jauh mendapatkan bank soal UMPTN dari entah darimana tentunya dari Indonesia lalu menyerahkannya ke Keenan, yang jelas-jelas dia akan kembali ke Indonesia, bisa Keenan beli sewaktu sampai di Indonesia, toh. Oke, mungkin hanya untuk memperkuat kalau kisah ini terjadi tahun 1999. (istilah ujian UMPTN masih dipakai era itu)

Kembali ke Indonesia, Keenan lulus UMPTN, setelah menuntut ilmu di Belanda selama 6 tahun,- yang menurut aku bagian ini sangat maksa banget. Hebat banget Keenan, dari sistem Belanda (middle + high school) setiba di Indonesia dengan bekal buku tebal soal-soal UMPTN bisa lulus UMPTN dengan gampang. Seingat aku, tahun 99-an, anak dari 'SMU negri' lah yang sangat diprioritaskan untuk lulus UMPTN. Boro-boro yang dari sekolah luar negri- kemungkinan sangat tipis, biasanya anak-anak Indo yg high schoolnya di luar negri, nyemplungnya ke universitas swasta. Kecuali tahun-tahun belakangan, dimana masuk universitas negri bisa 2 cara, regular dan non regular.

Kalau kenyataannya, mungkin Keenan akan mengalami kesulitan dulu meng-adjust kehidupannya di Indonesia, setelah 6 tahun berintegrasi hidup dibenua lain... menyesuaikan budaya yang telah lama dia tinggali, untuk kembali lagi ke 'motherland'- nggak mudah lo.. Di novel ini, seperti nggak terjadi apa-apa. Jadi, terasa kurang 'real' aja,- menurut aku.

Demi melukis, Keenan meninggalkan kuliahnya, padahal I.P nya sangat cemerlang, 3.7/4. C'mon.. , melukis bisa sambil kuliahkan. Dan ayahnya, mendapat serangan stroke gara-gara ulah Keenan yang egois. Padahal dia tau ayahnya menginginkannya kuliah tinggi, berulah dengan berhenti kuliah disaat I.P nya excellent gitu??.. Sinetron banget deh.

Belum lagi Wanda yang terobsesi banget sama Keenan. Keenan tokoh yang sangat sempurna disini. Sangat fairy tale.

Protagonistnya sangat perfect, Keenan yang jago melukis, I.P nyaris 4, DO kuliah demi melukis, lalu meneruskan bisnis orang tua, jadi direktur muda pula. Kugy, juga tokoh yang sempurna,- tanpa cela , hanya menurut teman-temannya 'aneh/gila' yang menurut aku bukan gila, hanya 'beda' aja.

Yang aku suka nama Ad Agency-nya, Advocado,- nama yang menarik untuk sebuah biro iklan. Tapi, lagi-lagi gaya sinetronnya muncul lagi. Hey, apakah dinegara ini pacaran dengan bos hal yang biasa....??? Aku agak bingung memahami ini. Well,- pacaran dengan bos agak-agak kurang profesional aja sih menurut aku...... entahlah, tiap perusahaan punya budayanya masing-masing :/

Pada akhirnya, mendarat dihalaman terkahir. Aku lega. Selesai sudah, butuh motivasi menyelesaikan sebuah cerita yang sudah ketebak endingnya dari awal.
Profile Image for N,sy..
51 reviews5 followers
October 18, 2011
Satu lagi karya Dee yang (gue) banget dan bisa membuat bendungan itu jebol walau sesaat meskipun sempat ilfeel hingga setengah buku yang teen lit banget. Namun seiring keistiqomahan membacanya, semakin tersibaklah tabir antara realitas dan dongeng hingga klimaks yang mengikhlaskan kita untuk mengakhiri cerita ini. Tetap dengan selera humor yang renyah, penggambaran akan intuisi, emosi, dan rasio hingga ketulusan yang bermain-main dengan lincah. Membuat tokoh dalam cerita ini begitu berkarakter. Alur cerita yang meskipun terasa terlalu cepat, tapi dapat berakhir dengan pas dan secara tak langsung membuktikan bahwa takdir selalu bekerja dengan begitu indah. Menyadarkanku akan takdir yang menggiringku hingga kini. Pokoknya kalo dirating bisa dapet 4,5 stars (of 5). Have to read! terutama bagi penikmat karya-karya Dee

Perahu Kertas itu membawaku pada besarnya energi sebuah impian, kenangan, menenggelamkanku akan dongeng yang menguatkan, menghadapkan pada nyatanya satu realitas, satu-satunya pilihan yang harus tetap dijalani, menjadi diri sendiri, hingga penerimaan akan kemurnian cinta yang mengantarkan pada kejujuran kata hati.

"Hati tak perlu memilih karena ia tahu ke mana dirinya kan berlabuh…"
(Dee_Perahu Kertas)
Profile Image for Cintantya.
70 reviews2 followers
September 12, 2009
Novel ini merupakan novel pertama Dewi Lestari yang bergenre populer. Yaitu yang berisi kisah cinta antara laki-laki dan perempuan. Kugy dan Keenan yang sebenarnya saling mencintai dan melengkapi, tapi harus melewati banyak konflik berbelit yang akhirnya mempertemukan keduanya kembali.
Menurut saya, dalam novel ini konflik berbelit yang sampai membuat buku ini setebal lebih dari 400 halaman itulah yang menjadikan kelemahan buku ini. Konfliknya cenderung bikin bosan dan gemas karena seperti baca novel kebanyakan dan nggak rampung-rampung. Padahal sudah jelas bagaimana akhirnya. Seperti ketidakjujuran perasaan antara Keenan dan Kugy yang ditunda-tunda. Tokoh Wanda yang selalu ada sebagai bumbu dalam setiap cerita cinta di mana-mana (menurut saya, adegan Wanda yang mabuk di pesta itu bikin malas). Lalu juga kebetulan-kebetulan yang selalu terjadi dalam plot cerita cinta ( tokoh Remi, pacar Kugy, yang ternyata kolektor lukisan Keenan; pertemuan Kugy dengan Luhde di Pura; d.l.l.).
Dalam novel ini saya sangat menyukai tokoh Keenan, Kugy, dan keduanya jika dipersatukan. Keenan memang tokoh impian yang sudah cakep, pinter tanpa perlu susah-susah belajar, dan berjiwa seni yang romantis. Bahasanya yang baku tapi sopan dan kadang-kadang lucu itu (misalkan pengalaman paling anehnya adalah lipsync lagu Meggy Z dan selalu membalas ocehan Kugy dengan sama konyolnya) membuat saya jadi ikut memimpikan tokoh Keenan dalam kehidupan nyata. Tokoh Kugy sendiri membuat saya salut. Walaupun tokoh cewek tomboy nan cuek selalu ada dalam berbagai cerita romantis, tapi Kugy digambarkan agak berbeda karena dia sangat ekspresif menunjukkan siapa dirinya yang kalau orang pada umumnya akan berpendapat aneh banget tapi karena dia nyaman-nyaman saja dengan keanehannya, kelemahan itu justru jadi kelebihannya. Imajinasi Kugy tentang agen neptunus, impiannya menjadi juru dongeng waktu kecil, celutukannya yang sangat cerdas, kesukaannya mengirim perahu kertas, dan kutipan favoritnya yang bagus sekali dari W.B. Yeats:
“Mari terus maju, hai juru-juru dongeng!
Tangkaplah setiap sasaran tujuan hati. Dan jangan takut.
Segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar,
Dan bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita”
Awalnya saya yakin novel ini bakal jadi buku favorit saya ketika saya membaca bab-bab awal, dua anak yang baru saja lulus SMA itu mulai berkenalan. Saat itu Keenan dan Kugy bertukar cerita tentang minat dan cita-cita mereka yang seperti khayalan saja. Kugy ingin menjadi juru dongeng, tetapi dengan profesinya yang tidak umum itu dia pikir dia nggak bisa hidup dari itu sehingga dia terpaksa menunda mimpinya sampai dia sudah hidup mapan dulu. Keenan jelas nggak setuju, tapi Kugy berkata, “aku nggak tahu kamu selama ini hidup di planet mana, tapi di planet bernama realitas ini aturan mainnya memang begitu,” lalu dalam bab selanjutnya Keenan berkata, “Mungkin harus dengan cara yang kamu bilang dulu. Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi.” Bagian itu begitu menyentuuuh banget. Karena saya pun mengalami hal yang hampir sama dengan kedua tokoh itu.
Meskipun perlu sabar ketika membaca di tengah cerita karena berbagai konflik pasarannya, Dewi Lestari selalu memberikan bobot dalam novelnya dengan hal-hal yang mendetil dan dipikirkan dengan matang sehingga nggak sekedar novel bergenre populer. Lalu, saya pikir dengan bab-bab awal tadi yang begitu berkesan buat saya, novel ini sangat direkomendasikan karena punya pesan yang dalam.
Profile Image for Kerri.
613 reviews4 followers
October 9, 2020
Truly one of the most painful things I've read in awhile. Four hundred pages of characters being stupid, and "self-sacrificing" in the name of LOVE. Uh, sorry folks, that's not love. You don't marry someone because you don't want to break their heart.

Kugy, a girl who the author loves to repeatedly tell us is brave, and quirky, and doesn't care what anyone thinks, apparently cares A LOT what other people think, to the point where she does a ridiculous amount of hiding. Least brave heroine ever.

Keenan is a joke. Plenty of girls like him, and rather than saying, "No thanks, you're not really my type," he just goes along with them, acting like a boyfriend when he clearly has no interest in them. And then, out of guilt, he forces an interest in them. Poor Ludhe.

I know this book’s first language isn't English, so perhaps some things got lost in translation, but there's a lot of of odd phrasing here. Characters laugh at what feels like inappropriate times. Jokes and dialogue fall flat. And towards the middle, practically every chapter ended with either Keenan or Kugy proclaiming that they'd "moved on", putting the other behind them. Except, they never did. Hence the melodrama. If this book had been two hundred pages shorter, the story may have been interesting, but the other half was filled with unnecessary drama that really added nothing, other than a desire to tear my own hair out. I definitely won't be picking this book up again.
Profile Image for Nura.
1,029 reviews28 followers
November 19, 2009
It’s so me! (Belom apa-apa udah sangat berlebihan kan?) Hehehe... jarang-jarang gue mengasosiasikan diri gue sama sebuah novel. Tapi yang satu ini keren. Banyak konflik serupa yang dialami Kugy juga gue alami. Beberapa persamaan kita, antara lain kita sama-sama baca Candy-Candy (kenangan masa SMP), trus persamaan lainnya (atau mungkin perbedaan) gue mau jadi penulis dia mau jadi pendongeng. Menurut gue sih sama (maksa!). Bedanya, dia dapat seorang pelukis handal yang ngerti banget sama karakter ceritanya dia. Nih, yang bagian yang bikin sirik sedunia. Nyari di mana gue? Hiks...

Back to the story. Dari luar Kugy adalah cewek urakan yang keliatannya mikirin segala kecuali penampilan. Yang bikin gue kagum adalah karakternya yang dewasa banget. Dia udah ngerencanain matang-matang jalan hidup yang bakal ditempuhnya demi cita-citanya. Seorang pendongeng. Dia rela mengambil jalan memutar demi tercapainya tujuan itu, seperti yang diutarakannya sama Keenan yang baru pertama kali ditemuinya.

Dia juga realistis, gak mungkin hidup hanya dari mendongeng. Argumentasi cerdas antara Kugy dan Keenan kadang-kadang jadi sentilan yang menyadarkan kita akan dunia nyata. Hey... wake up! Kira-kira gitu deh. Hahaha....

Perahu kertas sendiri adalah sarana Kugy mencurahkan keluh kesahnya. Sejak kecil dia percaya bahwa dirinya adalah utusan Neptunus yang dikirim ke daratan untuk menjadi agen mata-mata. Kugy mengirimkan perahu kertas sebagai laporan pertanggungjawabannya. Seiring usia dia terusik realitas bahwa yang ada di kepalanya hanyalah dongeng semata. Namun, hal itu tidak menghentikannya terus menulis pada Neptunus apa yang dialaminya, seperti ketika dia merasa ada perubahan akibat pertemuannya dengan Keenan.

Bagian paling menyentuh adalah kisah Sakola Alit. Sekolah yang dirintis teman-teman relawan yang bersedia mengajar anak-anak yang tak mampu bersekolah. Di tempat ini, Kugy menyadari bahwa ada anak-anak yang tak pernah kenal dengan Aladin, Cinderella, Putri Salju, Thumbelina dan tokoh dongeng yang lainnya. Mereka hanya kenal kerja keras demi bertahan hidup. Gue jadi sangat mensyukuri apa yang udah gue dapat selama ini. Dari sini, Kugy mengembangkan metode kreatif mengajar anak-anak itu. Yup, dia membuat dongeng tentang semua muridnya. Salah satu tokohnya adalah Jenderal Pilik. Sang jenderal cilik inilah yang menjadi benang merah cerita seterusnya.

Sang jenderal pula yang membuat gue menangis trenyuh ketika Keenan bermaksud membuat kejutan untuk Kugy setelah sekian lama berpisah. Tokoh yang menjadi inspirasi mereka ternyata telah pergi untuk selamanya, lagi-lagi karena keadaan.

Selebihnya adalah persoalan hati, kejujuran, pengorbanan. Dee meramunya cukup menyenangkan. Gak keberatan buat remaja dan gak kegaringan buat yang dewasa. Seperti ekspektasi semua orang akan sebuah kisah cinta, cerita ini pun berakhir dengan happy ending.

Terakhir, kutipan kesukaan gue dari buku ini: “Kenangan itu adalah hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.”

Let’s make it come true.
Profile Image for Riri.
13 reviews
February 25, 2011
Saya tidak tahu harus memberikan berapa bintang untuk karya Dee yang satu ini. Kalau bicara ingin, dari awal saya tahu akan beri bintang lima. Tapi kalau bicara harus...., sepertinya akan berbeda.

Saya meragu. Saya jadi segalau ini. Disatu sisi, saya sudah langsung jatuh cinta ketika membaca Rectoverso—karya Dee yang pertama saya baca. Yang artinya, saya percaya karya Dee sempurna. Membuat saya tidak hanya penasaran dengan ceritanya, tapi juga masuk ke dalamnya dan merasakan. Tapi di sisi lain, Perahu Kertas ini bukanlah sesuatu yang sebagaimana saya harapkan. Bukan berarti saya kecewa. Tidak begitu. Karena saya suka tokohnya. Karakter mereka begitu kuat. Saya suka konfliknya. Emosi mereka yang bermain dalam novel ini naik turun, sesekali emosi saya juga. Entah karena turut merasakan emosi mereka juga atau malah karena saya merasa tak menemukan apa yang saya cari, apa yang saya mau dalam karya Dee ini. Saya suka bahasanya. Ringan namun berisi. Dengan komposisi manis yang pas dan menarik hati untuk membacanya.

Hmmm, kalau ceritanya.... Mungkin sebagian besar orang bisa bilang banyak terjadi kebetulan dalam alur ceritanya. Tapi saya percaya itu bukan kebetulan. Karena meski dalam cerita, dunia khayal—fiksi sekalipun, tidak ada yang namanya kebetulan. Saya lebih setuju jika itu semua adalah takdir. Bagaimanapun, dari kacamata saya, penulis adalah Tuhan bagi skenario ceritanya. Ia berhak untuk menentukan bagaimana alur cerita itu akan bergulir. Siapa akan bertemu siapa, dan bagaimana itu terjadi, dan seterusnya. Bahkan di dunia ini, sehelai daun yang jatuh pun ada sebab. Maka saya tidak percaya pada kebetulan. Meski itu hanya dalam sebuah cerita. Saya percaya itu takdir.

Perlu saya akui, saya tidak begitu suka dengan ceritanya. Sempat membuat saya agak bosan dipertengahan cerita. Bukan karena alurnya yang sepertinya sudah dapat ditebak, hanya saja entah kenapa saya tidak benar-benar bisa menikmatinya, tidak sungguh bisa ikut merasakannya. Tidak secara total. Di beberapa bagian, ya. Tapi tidak seluruhnya. Padahal, saya tahu saya memang terpikat dengan bahasa dan gaya ceritanya. Saya tidak pernah sangsi dengan bahasanya yang begitu memikat hati.

Terlepas dari itu semua, walaupun saya tidak secara total jatuh cinta pada Perahu Kertas ini tapi saya tetap cinta dengan segala spirit dan jiwa yang terdapat pada keseluruhan novel ini. Dan pada akhirnya saya tahu bahwa kecintaan saya ini mengalahkan faktor-faktor kecil dari ketidaksukaan saya sehingga saya tahu saya akan berikan lima bintang untuk novel ini. Namanya saja sudah cinta, kalaupun ada yang kurang sedikit itu bukanlah masalah. Karena perkara mencintai bukanlah terletak pada kesempurnaan, justru bagaimana mencintai ketidaksempurnaan itu. Seperti itu pula kiranya perasaan cinta saya pada novel ini.

Dan saya ingin melepaskan perkara “harus” atau “ingin” itu. Karena namanya saja sudah cinta. Cinta itu menerima meski tak sempurna.

Cheers. :D
Profile Image for Rauf.
161 reviews116 followers
December 5, 2009
Kalian pasti pernah nonton film dengan cerita seperti ini:

Si Pria punya kepribadian yang sensitif, melankolis, seidikit suram, dan setengah sinis. Terkadang dia juga punya jiwa seni yang tinggi. Dia mungkin akan memusuhi dunia sepenuhnya kalau dia tidak bertemu si Wanita. Si Wanita ceria, lucu, eksentrik. Si Pria belum pernah bertemu wanita yang seperti dia. Si Pria langsung jatuh hati sama si Wanita.

Kritikus film Nathan Rabin akan menyebut si Wanita sebagai Manic Pixie Dream Girl,
"That bubbly, shallow cinematic creature that exists solely in the fevered imaginations of sensitive writer-directors to teach broodingly soulful young men to embrace life and its infinite mysteries and adventures."

"makhluk film ceria dan dangkal yang cuma hidup di angan-angan penulis/sutradara yang sensitif untuk mengajari pria-pria muda berkepribadian suram untuk merengkuh kehidupan dengan segala misteri dan petualangannya."

Contoh film yang ada MPDG-nya:

http://www.avclub.com/articles/wild-t...

Tapi kok Amelie Poulain nggak disebut ya? Hmm. Penelope Cruz di Vanilla Sky juga agak-agak MPDG.

MPDG dari film yang keluar setelah artikel ini ditulis antara lain: Juliette Binoche dari Dan in Real Life dan Zooey Deschanel dari (500) Days of Summer.

Kugy, karakter utama wanita di novel ini, jelas seorang Manic Pixie Dream Girl. Dan Keenan jelas tidak bisa menolak pesonanya.
Menurut pengalaman gue, gak ada seorang pun yang bisa nolak pesona MPDG.
Ending Perahu Kertas sudah bisa ditebak dari pertama kali mereka bertemu.
Kadang dialog-dialog dan kelakuan karakter di buku ini terlalu teenlit atau terlalu dipaksain lucunya sehingga tidak terdengar/terlihat realistis.

Ada satu momen dimana Keenan bilang ke Kugy kalo dia itu penulis yang pintar merangkai kata tapi nggak ada nyawa.
Itu yang gue rasakan waktu dulu baca 2 buku koleksi cerpen Dee: Filosofi Kopi sama Rectoverso. Yang dibilang cerita cuma sekumpulan kata-kata puitis yang kedengarannya enak di kuping tapi bikin garuk-garuk kepala dan bikin gue teriak, ceritanya mana nih?
Tapi kalau Dee memutuskan untuk benar-benar bercerita, seperti di cerpen Rico de Coro dan Malaikat Juga Tahu dan Supernova no. 2 dan Perahu Kertas, just sit back and enjoy the ride.

Kalo gue baca buku ini sebelum gue ikutan NaNoWriMo, rating yang gue berikan buat buku ini cukup 2 bintangs. Setelah NaNoWriMo gue tau duduk di depan komputer untuk menyelesaiken satu buku itu bener-bener nggak gampang.

3 bintangs.
Profile Image for  Δx Δp ≥ ½ ħ .
385 reviews152 followers
November 20, 2009
Peringatan!!! Review buku ini hanya opini pribadi belaka. dan tidak ada maksud apa-apa, imho (syerem juga, banyak fans buku ini ternyata di GR T_T)

Kalo mau baca ripiyu yang memuji atau mau mulai baca buku ini, sebaiknya tidak dilanjutkan baca tulisan ini.

Pertama, oke, sebelum membaca buku ini, dengan mendengar gosip kiri kanan, buku ini adalah karya Dee yg paling lain, jangan harap bakal "secanggih" Supernova. (cuma yg buku 1 ajah seh yg keren, yg buku 2 seru cuma coz ada tokoh si Bodhi yg unik, buku tiga...wew... dibaca coz bersetting di Bandung, heuheu)

Jd, sebelum membaca buku ini, saia tak berkespektasi apa-apa, tapi pas kelar... fuih...

kedua, well, okelah banyak kutipan keren di buku ini, tapi ini adalah buku cerita, bukan buku kumpulan motivasi atau puisi

ketiga, oke, saya faham ini bukan buku misteri. Tp "rahasia-rahasia kecil" yang sengaja "diumpetin" oleh penulis, tidak terlalu berhasil disembunyikan. alhasil "kejutan-kejutan" yang bisa menjadi daya tarik sebuah buku, menjadi terlihat....

terakhir, di atas segalanya, novel ini terlalu pop. Tidak apa-apa mungkin bagi penulis lain, tapi bagi seorang Nominee Khatulistiwa Literary Award 2001 atas buku Supernova yg unik, rasanya.... seperti downgrade OS Windows 7 ke Windows Experience (XP)

ngasih bintang dua (artinya it's ok) karena gaya bertuturnya yang enak :D

btw, baca buku ini jd inget buku kumpulan puisi dengan judul sama, Pak Sapardi yah? duh, perasaan dulu punya deh... dicari ah :D
Profile Image for Nurul.
271 reviews25 followers
August 18, 2021
Suka ceritanya ngalir banget dan believe it or not, ini buku Dee Lestari pertama yang saya baca, padahal udah nonton filmnya duluan dan as expected saya suka gaya penulisan Dee. Ide ceritanya juga dikemas dengan menarik banget pokoknya nggak berasa deh bacanya. Pesannya juga dapet banget bukan cuma tentang cinta tapi lebih ke kehidupan dan mimpi. Perkembangan karakternya juga oke, pembaca jadi ikut ngerasain gimana mereka dari yang pemimpi masih belum dewasa sampai akhirnya mereka ngejalanin kehidupan realistis dimana mereka dituntut untuk bersikap dewasa walaupun itu mungkin bukan kehidupan yang mereka mau.

Berbeda pendapat dengan beberapa orang yang nganggap kalo ending-nya dipaksakan, saya malah ngerasa ini ending yang tepat dan realistis in another word. No, ini bukan karna saya suka happy ending atau karna saya shipping Kugy-Keenan, tapi they deserve it setelah semua mimpi dan perjuangan yang mereka alami.

Cuma emang ada beberapa yang kurang tapi nggak banyak sih, contohnya untuk persahabatan Kugy-Keenan dan kedua temannya kurang banyak aja gitu padahal lucu. Dan apakah saya prefer bukunya daripada filmnya? iya, secara keseluruhan saya lebih suka bukunya karna diksinya bagus, tapi ada beberapa adegan yang lebih ngena di film, misalnya waktu adegan Remi dan Kugy pas menuju akhir cerita.

Rate: 4/5
Profile Image for mei.
480 reviews112 followers
August 19, 2016
pernah baca waktu kelas 2 SMP, belum sampai selesai eh bukunya sudah diminta sama yang punya. kelas 1 dan 2 tahun setelah lulus SMA sempat pinjam di perpustakaan tapi nggak sempat menyelesaikan sampai tamat juga. muncul filmnya,nonton, udah kena spoiler tapi baru kesampaian kemarin menamatkan isi buku ini dan akhirnya punya sendiri!! XD

***

seperti halnya filosofi kopi dan madre, saya memang lebih suka kalau mbak Dee menulis cerita pendek begini daripada serial supernova. entah mungkin karena memang saya yang suka tipe bacaan seperti itu atau otak saya aja yang nggak nyampe untuk mencerna supernova.

saya nggak suka sih cerita yang terlalu panjang dan sampai dibuat banyak buku. selain males nungguin juga kadang masalahnya mbleber jauh dan kebanyakan tokoh yang bikin pusing. jadi lebih suka buku cerita pendek-pendek. Nah perahu kertas ini...cerita pendek tapi panjang gitu XD

Menurut saya, perahu kertas cocok dibaca saat sedang patah hati. soalnya, abis baca buku ini kayak abis ngajak ngobrol dan konsultasi sama pakar cinta gitu wq. pikiran jadi lebih terbuka untuk merelakan, realistis dan siap bangkit lagi.

suka banget lah pokoknya sama buku ini hhe
Profile Image for Dian Maya.
191 reviews13 followers
November 5, 2012
Ini buku pertama Dewi Lestari yg saya baca.
Buku pertama yg langsung bikin saya jatuh hati sama gaya nulis mbak Dee. Dia pinter skali mengaduk-aduk emosi, menempatkan konflik yg tepat dengan problem solve yg apik. Jempol deh pokoknya :)
Tadinya malah hampiiiiiirrr aja ngasih bintang 5.
tapi pas halaman-halaman terakhir, saya dibikin kecewa sama endingnya!
Terkesan dipaksakan.

kenapa sih Kugy gak sama Remi aja?
gak mesti kan novel tuh harus slalu happy ending!
gak mesti kan dia harus sama Keenan!

atau kalo gak, Remi buat saya aja, boleh?
*ngarep* :D
Profile Image for Diah Ayu.
289 reviews11 followers
October 12, 2009
hmm, baca novel ini serasa lagi nonton drama Korea.
iya sih, pas awal2 baca sbenernya juga uda tau klo ini novel ringan yg mungkin lebih mirip sm chicklit/teenlit gitu. agak ke tengah juga mulai nyadar bahwa ini ntar bakal mellow2. tapi makin lama makin dibaca kok jadinya makin cheesy yah?

i'm fine with love story. yg mellow2 sekalipun. tp yg aku gak 'sreg' dari novel ini adalah bahwa kedua tokoh utama merasa perlu menghabiskan banyak waktu berputar-putar kesana kemari sebelum akhirnya ketemu, hanya karena konflik yang sebenarnya.... gak ada.

gak ada konflik.

gak ada apa-apa.

yg ada hanyalah kecenderungan para karakter disini untuk menciptakan drama dalam hidupnya.

makanya, kubilang novel ini mengingatkanku pada drama Korea. itu tuh, kan biasanya ada adegan legendaris bersetting bandara dimana salah satu pemeran utama (entah yang pria ataupun wanita) akan pergi jauh meninggalkan si pemeran yang satunya sementara si pemeran satunya itu sibuk berlari2an di bandara untuk mencegahnya. adegan macam ini setiap kali selalu menghadirkan pertanyaan yg sama di benakku: emang gak ada hape ya, mas? mbak? bukannya apa ya, tapi adegan yg maunya "so sweet" itu sebenernya gak masuk akal kan? klise bgt gitu kesannya.

selain itu, rasanya aneh aja klo ada orang yg mikirnya ribet2 banget dan KOMPAKAN pula. bikin masalah jadi gak beres2 karena masing2 pihak punya kecenderungan berasumsi yg enggak2 terhadap pihak yg lainnya. jadi masalahnya sebenarnya cuma soal komunikasi... *alah

jadi??
mungkin sebenarnya akulah yg aneh karena aku gak merasa begitu terharu sama novel ini.
Profile Image for Nanny SA.
332 reviews39 followers
December 29, 2014
Kisah cinta sepasang manusia Kugy dan Keenan, walaupun kisah ini banyak tejadi 'kebetulan-kebetulan' tapi alurnya masih tetap asyik dan menarik untuk dibaca. Sayang 'kebetulan' diakhir cerita, baik pasangan Kugy maupun Pasangan Keenan (kebetulan) sama-sama mempunyai hati yang teramat tulus untuk melepas kekasihnya.
'Kebetulan' yang menurutku agak dipaksakan..(supaya happy ending) ?
Profile Image for Ririn Aziz.
726 reviews95 followers
May 17, 2015
4.5 bintang

Saya turut tenggelam dalam dunia 'Perahu Kertas'. Hati seolah-olah tidak keruan selagi tidak menamatkan kisah ini. Telah agak lama tidak berperasaan sebegini bilamana membaca kisah yang dihikayatkan dalam sesebuah novel. Yang membuat jiwa meruntun-runtun untuk membacanya sehingga penamat. Sampaikan makan dan segala apa pun diketepikan (kalau la tak kerana perlu menyiapkan report penting untuk esok, kerja pejabat pun terabai ;P).

17 Jun 2014

Mungkin kerana ianya karya dari Indonesia (walaupun naskhah yang saya miliki telah diterjemahkan ke Bahasa Malaysia oleh PTS), terasa ketara perbezaannya dengan kisah-kisah cinta yang biasa dibaca. Bahasanya sangat memikat dan garapannya hebat sehingga membuatkan saya ingin membacanya tanpa henti.

Pada dasarnya, ini adalah kisah cinta yang banyak likunya. Tapi, mesej dan jiwa karya ini sangat meruntun hati (saya). Kisah Kugy dan Keenan yang 'terperangkap' antara cita-cita dan realiti kehidupan. Kugy ingin menjadi penulis cerita dongeng manakala Keenan pula mahu mengembangkan bakat melukisnya. Takdir menemukan mereka ketika masing-masing sudah pasrah untuk meneruskan impian. Dan dari situ, tanpa disedari, mereka menjadi tunjang kekuatan masing-masing.

Mereka dipisahkan oleh keadaan. Namun, walaupun tiada di depan mata, teman yang satu itulah yang menjadi pendorong mereka berusaha ke hadapan.


Hati tidak pernah memilih, hati dipilih. Ia selalu tau ke mana harus berlabuh.

Carilah orang yang tidak perlu meminta apa-apa, namun kamu mahu memberikan segala-galanya.


Seorang sahabat bertanya kepada saya, apa yang membuatkan saya begitu suka dan kagum dengan buku ini (saya beria-ia kempen pada dia! ;)).

Jawab saya; saya pun tak tahu macam mana terangkan rasa itu. Mungkin ada yang beranggapan ini cuma kisah cinta biasa yang klise. Bertemu, berpisah dan kerana berjodoh, akhirnya bersama. Cuma saya terasa seperti dibawa bersama dalam pencarian itu. Pencarian di mana dua insan yang ditakdirkan untuk bersama akan bertemu titik yang sama bilamana banyak halangan yang memisahkan mereka.

...walau seaneh mana pun kita, bila ada seorang yang dapat memahami, sudah cukup untuk buat kita bahagia...
Profile Image for Endah.
285 reviews144 followers
September 26, 2009
Pertama kali mendengar judul novel Dee yang keempat ini, yang teringat oleh saya adalah judul buku kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang terbit tahun 1982. Saya kira tadinya Dee terinspirasi oleh puisi Sapardi tersebut. Tetapi, ternyata tidak. Malah tulisnya di halaman belakang, ilham itu datang setelah membaca cerita bersambung di majalah Hai yang bertitel “Ke Gunung Lagi” milik Katyusha, seorang penulis cerpen yang beken di era 80-an. Ya, cerbung itu pun ditulis pada tahun 80-an.

“Kelincahan dan keluwesan Katyusha menjadi daya tarik utama dari cerbung ‘Ke Gunung Lagi,’” begitu alasan Dee tentang keterpikatannya pada cerbung itu. “Namun, ada satu faktor lagi yang menjadi candu terkuat bagi saya: formatnya,” sambungnya. Yang ia maksud dengan format adalah cerita bersambung yang mirip cerita serial; mengikat pembacanya untuk terus mengikuti kisah tersebut dan senantiasa menerbitkan rasa penasaran.

Resep inilah yang kemudian dipakainya dalam menulis Perahu Kertas. Tidak sia-sia hasil “belajarnya” dari Katyusha. Dee berhasil meramu sebuah kisah cinta remaja yang lincah dan menghibur. Sangat jauh berbeda dengan novel debutannya, Supernova, yang “nglimiah” dan terlalu sarat beban itu. Pada Perahu Kertas, terasa Dee menulis dengan lebih lepas, merdeka, dan semakin matang. Hasilnya, sebuah dongeng yang renyah dan gurih yang memaksa saya untuk terus membuka lembar demi lembar halamannya. Seperti mengudap crispy snack bermuatan MSG. Enak tapi tak padat gizi. Atau kalau mau dibandingkan dengan film, ya layaknya drama komedi romantis yang mengandalkan dialog-dialog serta joke-joke yang cerdas dan segar. Dan jangan lupa, selalu happy ending.

Bagi saya, kelincahan dan keluwesan Dee mendongeng menjadi daya pikat utama Perahu Kertas. Sebab, temanya sih klasik: cinta. Percintaan dua anak muda perkotaan. Yang cewek penyuka dongeng, sedangkan cowonya seorang pelukis. Tetapi, Dee mengolahnya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah sajian kisah cinta yang legit dengan karakter utamanya, Kugy, yang unik dan menggemaskan. Kugy yang mungil, ceria, cerdas, dan agak urakan mengingatkan saya pada tokoh ciptaan Katyusha dalam cerbungnya yang lain: “Sebuah Makhluk Mungil” (yang konon telah mengilhami Hilman Hariwijaya menulis serial Lupus dalam episode “Makhluk Mungil dalam Bis”).

Jika niatan Dee untuk membuat sebuah kisah ala cerbung/serial yang tokoh-tokohnya tumbuh berkembang serta ceritanya membuat pembacanya penasaran (walaupun akhir kisah sudah bisa tertebak dari awal, tetapi kita membaca sebuah buku toh bukan sekadar ingin mengetahui ending-nya, kan?) dan ketagihan, rasanya bolehlah saya katakan Dee telah sukses meraih cita-citanya itu. Tetapi, ya hanya sebatas itu: sebuah novel (pop) yang menghibur. ***
Profile Image for Sarah Yasmin.
86 reviews27 followers
September 10, 2015
Tak dapat nak digambarkan perasaan aku masa sebelum, sedang dan selepas baca novel ni. Even dengan tulisan review ni sekalipun. I just can't. Siapa yang pernah baca buku ni mungkin faham la rasa dia macam mana. Macam-macam rasa ada. And punya la tak tertahan air mata ni menitis juga bila baca beberapa chapter last tu! Gembira, sedih, geram semua ada. Iskk.

Kisah dua hati iaitu Kugy dan Keenan, masing2 bertemu buat pertama kalinya apabila Eko, Noni dan Kugy menjemput Keenan yang baru pulang ke tanah air Indonesia dari Amsterdam. Permulaan cerita yang ringkas tapi penuh detail setiap watak. Kugy yang suka menulis, bercita-cita mau jadi tukang dongeng. Bagi Keenan, Kugy itu manusia aneh. Keenan pula pandai melukis dan setiap lukisan yang dilukis olehnya sungguh ajaib bagi Kugy. Dalam diam, mereka memendam perasaan. Sungguh aku hanyut bila baca. Hahahaha. Yeah walaupun ayat klise tapi this one lain.

Aku suka part chapter yang penuh dengan nilai persahabatan antara Noni, Eko, Kugy dan Keenan. Semuanya sungguh sederhana dan flow cerita smooth sangat. Konflik yang jelas dalam novel ni simple je, iaitu Kugy dan Keenan memendam perasaan antara satu sama lain. Bukan mau diluahkan, malah semakin di simpan. Masing-masing tak tahu nak buat apa. Kugy sendiri keliru dengan dirinya. Sehinggakan Kugy dan Noni tidak bertegur untuk beberapa tahun lamanya gara-gara terasa dengan perbuatan Noni dan Eko nak jodohkan Keenan dengan Wanda. Kugy berpindah ke rumah sewa lain, untuk lari dari segalanya. Dengan Keenan pula membawa diri ke Bali tanpa pengetahuan sesiapa.

Penulisan yang bijak, di mana penulis menggunakan objek seperti perahu kertas, dan juga buku karya dongeng hasil tulisan Kugy, dua-dua tu benar-benar menjadi pelengkap untuk keseluruhan cerita. Even hampir part chapter last pun, those things still muncul dalam jalan cerita dia. And the ending was really-really AMAZING! Perahu kertas yang terakhir punya is the best one. Tak nak spoiler kat sini. Korang baca sendiri. Sepanjang pembacaan, akan ada timeline yang penulis bagi untuk kita tau part cerita itu terjadi. Jun 1999 hingga Julai 2003, sehingga ke hari ini..

Ohhh ohhh! Suka jugak part Keenan culik Kugy seharian dari pagi sampai malam then tidur kat tepi pantai. Serius sungguh serasi rasanya bila baca. Rasa happyyy sangat untuk diorang. Hehe. Anyhow, aku terfikir apa yang terjadi kepada Luhde dan Remi. Ohh ya, novel ni ada movie dia kan? Am so gonna watch that movie. *cries*

Thank you penulis Perahu Kertas for this wonderful reading!
10 reviews10 followers
August 22, 2012

"Kalo gak begini, kamu akan terjebak terus, Kugy."

Menurut saya, di sini lah konflik antara Keenan dan Kugy dimulai. Susah yah kalo dua hati hanya saling menerka dan masing-masing lebih memilih tidak ingin sakit hati atau menyakiti orang lain. Novel Dee yang pertama ini, lebih banyak bercerita tentang terjebak dalam cinta. Pak Wayan yang terjebak dalam 20 tahun cintanya pada Ibu Lena, Luhde yang tidak ingin terjebak pada cintanya kepada Keenan, dan Kugy yang terjebak dalam cintanya Ojos serta ingin lari dari jebakan cintanya kepada Keenan. See... Cinta itu tidak selamanya menyenangkan.

"Nyerah dan realistis itu beda-beda tipis"

Kugy yang kemudian mengubur rasa cintanya dalam-dalam kepada Keenan, mulanya didasari karena realita. Tidak mungkin dia dan Keenan yang masing-masing memiliki pasangan, bisa bersatu. Namun ketika realita berpihak padanya, justru dia dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata mimpi dan cita-cita mereka tak lagi sama. Lalu dia menyerah.

Ada petikan favorit saya dalam buku ini. Yaitu petikan lagu Indigo Girls yang berjudul Mystery.

"Maybe that's all we need is to meet in the middle of impossibilities. Standing at opposite poles, equal partners in a mystery"

Kenapa harus bertemu kalau tidak mungkin bersatu? Sudah susah payah menjauh, tapi bertemu juga. Kalo bahasa saya, itu lingkaran setan. Tapi itulah misteri Tuhan.

Cerita ini masih terlalu indah karena happy ending dengan banyak pihak yang berkorban pada akhirnya. Saya lebih suka kalo novel ini berakhir di bab 44, cinta tak berujung.
Profile Image for Calvin.
Author 4 books152 followers
December 9, 2012
awalnya saya senang dengan keberadaan perahu kertas karena merupakan penyegaran dari tulisan dee yang tergolong "berat" dan "spekulatif". Tapi tampaknya kesuksesan perahu kertas membuat dee membuat supernova terkena imbasnya. gaya penulisan partikel yang ringan, logis, obyektif seperti membaca perahu kertas dalam alternate universe.

salahkah dee? ngga juga. saya menyukai supernova 1 karena bisa saya baca berulang2 dan tulisannya seperti pantulan air dengan 1000 makna. perahu kertas dan supenova partikel seperti bercermin di kaca. apa yang memantul, itulah makna yang ada.

saking keselnya ama dampak perahu kertas pada karya2 dee, saya bahkan tidak tertarik nonton filmnya. saya masih belum bisa memaafkan karya ini karena "mencemari" gaya dee.

yah saya rasa semua penulis berhak mengubah style-nya apalagi kalau gaya tulisan tersebut lebih appeal ke mainstream market. seperti musisi jazz indonesia yang akhirnya mengganti gaya mereka ke pop/rock agar albumnya lebih laku.

kalau kedepannya gaya supernova series menjadi perahu kertas, bisa dipastikan supernova 6 adalah buku dee yang terakhir saya baca.

Profile Image for Utha.
752 reviews320 followers
October 23, 2021
Sudah lamaaaa banget kepingin baca ulang Perahu Kertas. Tapi kayak maju-mundur, padahal udah beli juga. Soalnya dulu aku baca novel ini pinjam sama sepupuku, dan saat itu lagi booming karena difilmkan. Bahkan, sepupuku itu novelnya... bajakan. Hiks.

Untunglah punya kesempatan beli, yeay.

Dan Perahu Kertas ini memang novel remaja Dee Lestari yang aku suka! Selayaknya Rapijali, aku suka tulisan Dee di dunia remaja ini.

Ketika baca ulang, fragmen-fragmen Kugy dan Keenan ini memang sepatah-sepatah banget, ya. Sekelebat adegan, dipotong, lompat waktu besar sekali, dan seterusnya. Tapi anehnya aku tetap nyaman bacanya. Kalau nggak dikejar-kejar tenggat waktu saat nulis ini, mungkin Perahu Kertas bakal jadi beberapa jilid karena banyak banget bolongnya. Terus pas baca kedua kalinya ini, aku berpikir karakter Ojos seharusnya dihilangkan hahahaha. Figuran banget!!!

Senangnya bisa selesai baca novel ini, dan punya milik sendiri...

Profile Image for K✨.
193 reviews19 followers
May 25, 2017
This book feels like something I would have written in high school in that every character speaks in the same affected "quirky" way, and in that it's fucking awful. I wanted to read something light and fluffy while getting my hair done today, but my goodness, this was an insult to my intelligence. DNF'd at 30%.
Profile Image for Asmar Shah.
Author 20 books127 followers
August 11, 2016
4.75* untuk naskah ini! Yeay...

Saya jatuh cinta dengan kisah yang naskah ini sajikan. Saya bagi sekali percikan bunga api yang banyak.

Ini adalah buku dari seberang dan saya baca yang telah diterjemah oleh PTS. Owh ya ianya adalah novel cinta!

Tidak saya nafikan bahawa cerita Perahu Kertas ini sudah kerap kita temui di dalam novel-novel yang ada di negara ini (bertemu-berpisah-happy ending). Dan agak kejam kalau saya perkatakan ianya ceritera yang agak klise. Malahan tidak saya nafikan juga apa yang pembaca lain perkatakan ada betulnya bahawa jika watak utama Kugy dan Keenan bukan seorang yang minat pada seni (buat dogeng dan melukis), mungkin naskah ini boleh kategorikan sebagai cerita yang biasa-biasa sahaja.

Namun, saya tak peduli saya tetap nak suka juga dengan naskah ini. #kelip-kelip mata!

Cara cik/puan penulis menyampaikan penceritaannya di dalam naskah ini memang sangat menggoda. Membuatkan saya terbuai-buai dan hanyut bersama perahu kertas yang Kugy hanyutkan ke laut. Membuatkan juga saya tenggelam di dalam kisah dua manusia yang mengaggap diri mereka aneh dan merupakan ejen kepada Neptun. Terasa juga seperti saya ingin turut sama menjadi aneh seperti Kugy dan Keenan. Heee…

Saya mulakan bacaan dengan buku ini ketika lepak bersama kawan di kedai mamak. Memang saya tahu erti lepak pada zaman ini, adalah tidak kurang sama seperti bercakap pada tunggul kayu kerana semua lebih banyak menghadap pada gajet memasing mahupun kotak empat segi yang bersuara yang tergantung pada dinding. Jesteru saya sediakan sebuah buku untuk menemui kejanggalan zaman canggih. Apabila saya mulakan bacaan pada permulaan bab naskah ini, humor yang disajikan membuatkan saya tergelak-gelak sendiri. Sampaikan kawan-kawan saya hanya mampu geleng kepala. Jesteru kerana malu, saya tutup naskah ini dan mulakan semula apabila balik ke rumah. Takut nanti saya dianggap gila oleh pelanggan lain. Haha. (Maaf itu iklan…)

Di pertengahan cerita, mood berubah menjadi serius apabila masing-masing saling bergelut dengan permasalahan dunia dan hati sendiri sehingga membuatkan Kugy dan Keenan terpisah dan hanya mampu menyimpan rasa yang ada jauh di dalam sudut hati. Sehinggalah takdir menemukan mereka semula namun hati masing-masing sudah dimiliki oleh insan lain. Gembira, sedih dan segala macam perasaan yang ada digaul dengan baik oleh cik/puan penulis dan menampakkan ianya kisah yang agak mantap! Jadi nak tahu lebih-lebih? Dapatkanlah naskah ini. Mungkin anda akan jatuh cinta dengan ceritera yang sweet ini.

Suka quote ini :

“Tuhan tahu tapi masih menunggu – Tolstoy”

“Ayuh terus maju, wahai tukang dongeng! Rebutlah setiap sasaran tujuan hati dan usah gentar. Segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar, dan Bumi hanyalah debu di bawah telapak kaki kita – W.B Yeats”

Dan ayat ini saya memang setuju… “walau seaneh mana pun kita, bila ada seorang yang dapat memahami, sudah cukup untuk buat kita bahagia” heee…

Jadi apa lagi, cubalah selami naskah ini, mungkin juga kalian nanti ingin jadi orang yang aneh andai pengakhiran itu kalian tetap temukan putera atau puteri idaman yang sangat sweet… yeay! (saya pun nak, saya pun nak. Takpe, kalau jumpa manusia macam Kugy pun ok juga! Hakaka…)

Peace!
Profile Image for Yunita1987.
257 reviews5 followers
September 3, 2010
Perahu Kertas…

Tidaaaakkk,,,,jangan sampe aku dilihat seperti orang stress karena baca buku tapi sambil nangis,,,mungkin seperti terlalu berlebihan, tetapi itulah yang benar-benar aku alami saat aku membaca perjalanan kisah cinta dan persahabatan antara Kugy dan Kennan.

Menurutq, Perahu Kertas bukan hanya menceritakan kisah cinta yang simple antara Kugy dan Kennan tetapi kisah cinta yang detail dan terlalu rumit. Mungkin terlihat sederhana sekali dengan cerita mereka, kisah antara Kugy dan Kennan yang berawal dari pertemanan mereka disaat harus belajar di Bandung. Dimana pertemuan mereka berawal disaat Noni yang merupakan sahabat Kugy harus nemani sang pacar yang bernama Eko untuk menjemput sepupunya yang sudah lama tidak bertemu, dan bernama Kennan.
Dan pertemuan tidak sampai disitu saja, berlanjut dengan hobi mereka yang keren habis..:) nonton bioskop midnight, sehingga seperti double date, antara Noni - Eko dan Kugy – Kennan. Disaat persahabatan antara Kugy dan kennan yang semakin dekat, Kugy sudah mulai berani untuk menceritakan bahwa dia memiliki hobi membuat cerita dongeng dan juga Kennan yang melukiskan semua kisah dari cerita dongeng ciptaan Kugy.

Konflik mulai muncul disaat Noni yang berencana untuk menjodohkan Kennan dengan seorang cewek cantik yang merupakan sepupunya bernama Wanda. Sehingga membuat hubungan antara Kennan dan Kugy menjadi semakin jauh. Kugy pun berencana untuk menjauh dari semua yang terjadi, dan juga ingin menjauh dari seorang yang bernama Kennan tetapi akhirnya Kugy mengerti bahwa dia sebenarnya sudah mulai menyukai Kennan. Dan apa yang terjadi setelahnya ? Kennan yang harus putus dengan Wandapun dan sudah merasakan kehancuran yang terjadi didalam dirinya dan merasa terusir dari keluarganya sendiri, memilih untuk pergi ke Bali, Ubud bertemu dengan Pak Wayan yang juga hobi melukis, sehingga keinginan Kennan untuk tetap menjadi seorang pelukis semakin ingin diraihnya. Selama Kennan berada dibali, dia selalu teringat dengan Kugy, begitu juga dengan Kugy. Cerita semakin rumit, disaat Kennan yang akhirnya meninggalkan cintanya dan memilih Luhde, keponakan Pak Wayan sedangkan Kugy yang merasakah bahwa pangeran dongenanya tidak akan ada didunia ini, lebih memilih Remi, atasanya sendiri.

Cerita dari Perahu Kertas ini sudah membuat aku tersenyum, menangis, kesal dengan semua konflik yang terjadi didalamnya. Cerita didalamnya terasa begitu mengalir.
Untuk yang hoby baca novel romantis, menurutQ buku ini Wajib dibaca. Cinta yang terlalu rumit dan detail membuat kita terhanyut dan seperti merasakan bagaimana perasaan antara Kugy dan Kennan. Selain itu endingnya cukup membuat kita tersenyum.
I like this book...

Thanks banget buat mbak Dee, yang uda menciptakan kisah cinta Kugy dan Kennan - Perahu Kertas.

Dan kata2 yang aq suka ada disini :
“Ke mana pun hidup membawa kita berdua, saya harus jujur,karya kamu menjadi inspirasi terbesar saya. Kalau boleh,saya ingin terus berbagi karya dengan kamu. Kugy, Kecil,
mau nggak kamu nulis dongeng lagi?” Kugy menelan ludah. “Aku mau, asal kamu mau melukis lagi.”
Profile Image for Miss Kodok.
220 reviews18 followers
September 17, 2009
Thank you so much to Mas Sus for giving me this lovely book.

Awal membaca buku ini kok kayak baca kisah cinta remaja yang terlalu biasa ya... tapi memasuki bab-bab berikutnya ternyata memang beda.

Kugy & Keenan, dua tokoh sentral dalam buku ini bener2 bikin gw gemez karena dua-duanya enggak berani mengungkapkan perasaan mereka selama bertahun-tahun. Tapi kalo mereka cepet tau bahwa ada cinta diantara mereka, pasti bukunya enggak akan setebel ini dan mungkin juga ceritanya enggak akan jadi semenarik ini.

Gw terharu banget waktu membaca kebahagiaan Kugy & Keenan saat berada di lingkungan anak didik mereka di Sakolah Alit, membagikan ilmu yang mereka miliki bagi kalangan yang tidak mampu... sebuah kebersamaan yang sederhana tapi bermakna sangat dalam. Dan gw sempet nangis waktu beberapa tahun kemudian mereka menemukan bahwa tempat mereka mengajar telah tergusur oleh pembangunan perumahan dan orang-orang kecil tersebut semakin tersingkirkan dan mereka hanya menemukan nisan bisu dari seorang maskot mereka... "Jenderal Pilik" yang meninggal karena sakit dan tidak memiliki cukup biaya untuk berobat.

Juga enggak kebayang dech sama gw perasaan Luhde dan Remi yang begitu berani mengambil sikap untuk mengakhiri sebuah hubungan dimana mereka mengetahui bahwa mereka tidak pernah memenangkan hati orang-orang yang mereka cintai. Memberikan kesempatan kepada kekasih mereka untuk menemukan tempat yang tepat bagi hati dan cinta kekasih mereka.Karena yang sering gw temukan dalam kehidupan nyata adalah orang yang sering memaksakan perasaan orang yang mereka cintai untuk juga memiliki perasaan yang sama.Luhde dan Remi, manusia-manusia yang memiliki hati dan cinta yang tulus... melepaskan kekasih mereka pergi walau harus tersakiti (kenapa sih kok di akhir cerita Dee enggak membuat mereka saling jatuh cinta aja dan menemukan kebahagiaan mereka sendiri ?).

Bagi gw, Kugy & Keenan adalah manusia-manusia yang sangat beruntung. Mereka bisa mewujudkan cinta dan cita-cita mereka, menggenggam semua impian mereka walau harus menempuh jalan berliku dan waktu yang cukup lama.

Seperti yang ditulis Dee di hal. 438 bahwa setiap dari kita punya mimpi, punya hobi dan punya kata hati, tapi tak semua dari kita berkesempatan untuk menjadikannya profesi.
dan di hal 430:
Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak pernah memilih. Ia selalu tahu kemana harus berlabuh.
dan gw pernah membaca sebuah kalimat (entah dimana, gw lupa) never try to find love, just let love finds you.

Pada akhirnya Kugy & Keenan mendapatkan kedua hal tersebut.
Kegigihan telah membawa mereka pada wujud nyata dari impian dan cita-cita mereka dan cinta yang kuat telah membawa mereka kembali bersama buat selamanya.

Gw ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan Kugy & Keenan, tapi...
SUMPAH !! gw ngiri setengah mati.
Profile Image for Niendria.
7 reviews5 followers
December 29, 2009
I hope Dee is not planning to write book like this in the future, anymore.
Aku beharap ini terakhir kalinya Dee nulis buku dgn genre teen-lit, chick-lit atau apapun namanya itu. Because it's sucks.

Ketika tahu Dee baru buat buku lagi, aku berharap sesuatu yg lebih dr bukunya Dee, bukankah kita semua? Tapi nyatanya Perahu Kertas gagal memberikan itu, paling ga buat aku.

Aku setuju sama salah satu reviewer yg bilang bahwa Perahu Kertas ga ubahnya drama korea. Dgn karakter-karakter yg terasa dipaksakan (Kugy yg terus2an dijuluki aneh jd tidak lagi terasa unik krn Dee mati2an menjadikannya heroine dgn karakternya yg tdk biasa namun malah jadi benar-benar aneh dan ga nyata sampai aku ga bs membayangkan dia dipikiran aku, seperti umumnya jika kita membaca buku). Belum lg kejadian-kejadian dlm cerita yg terlalu mengada ada (pramuniaga toko yg rela mengambil resiko kehilangan pekerjaan sekedar utk jd joki antri tiket bioskop demi uang yg ga seberapa dr mahasiswa kere, mahasiswa kere yg rela ngeluarin uang miliknya yg ga seberapa demi joki tiket hanya supaya mereka ga antri bioskop- padahal mereka jg tdk punya kegiatan lain yg membuat mereka jd tdk bisa mengantri utk tiket nonton midnight- kegiatan yg sgt senang mrk lalukan, Keenan yg tiba2 menculik Kugy seharian ke luar kota padahal utk mengumpulkan keberanian menelepon Kugy saja dia ga bisa, dll)

Aku bahkan ga tertarik untuk bikin my own perfect ending seperti yg Dee harapkan (dgn menulis subtitle dan halaman terakhir yg dibiarkan kosong) mungkin karena aku ga yakin dengan awalnya.

Hal yg aku suka dari novel ini hanya plot cerita yang mengalir. Mungkin ini khas Dee.

Aku sangat2 berharap Dee sedang break dan sedang mencari suasana baru dgn nulis Perahu Kertas untuk kemudian menerbitkan sesuatu yg benar2 kita semua tunggu, sesuatu yg lebih.

So if this is a fairytale, maybe this is the most unconvincing fairytale I've ever read. Think I'll stick to Cinderella.
Profile Image for Rinduwati D Permata.
3 reviews1 follower
December 11, 2012
Kugy, yang periang, unik, memiliki daya imajinasi yang tinggi, pendongeng yang handal, dan sesungguhnya memendam keinginan menjadi pendongeng, dan memendam rasa pada Keenan.

Keenan, tidak bisa ditebak, ide-idenya orisinil, memiliki bakat yang luar biasa, pelukis yang berbakat, dan memendam keinginan menjadi pelukis ternama.

Mereka dipertemukan oleh takdir, keduanya saling melengkapi, keduanya saling bergantung, keduanya merasa memiliki banyak kesamaan, keduanya mampu menjadi diri mereka masing-masing saat bersama, namun akhirnya keduanya harus saling memisahkan diri. Memutuskan untuk memulai kisah baru lagi dari awal dengan orang yang baru.

Tapi Tuhan punya caranya sendiri, mereka dipertemukan dengan cara yang tak terduga. Kisah ini bukan lagi cinta segitiga, tapi cinta segi banyak. Mereka saling terkait, dan terbelit. Sulit untuk melepaskan, namun enggan untuk terus membohongi hati nurani.

Pada akhirnya, mereka menyerah pada hati yang tak hanya dipilih, tapi juga memilih.

Cerita Perahu Kertas ini simpel tapi dikemas dengan sangat menarik oleh Dee. Menceritakan pencarian cinta dan cita-cita yang sesungguhnya dari kedua tokoh sentral yaitu Kugy dan Keenan.

Betapa banyak orang di dunia ini yang harus menjadi "orang lain"
terlebih dahulu sebelum akhirnya dapat menjadi sesuatu yang memang mereka inginkan, meski tidak sedikit orang yang tetap terjebak dalam sosok "orang lain" tersebut sampai akhir hayatnya.

Membaca buku ini membuat saya dengan terpaksa mengucapkan "kalian (keenan & kugy), seperti kami (saya dan dia)", meski mungkin ending ceritanya belum tentu sama.

Setidaknya buku ini mengajarkan kepada kita, untuk jujur terhadap perasaan masing-masing.

akhir kata...

"Aku ngga mau sepuluh, dua puluh tahun lagi aku sakit kaya gini setiap aku inget kamu..."

Profile Image for Ayu Larasati.
15 reviews2 followers
January 4, 2013
Kugy, gadis yang periang, penghayal, dan berantakan. Ia bercita-cita menjadi seorang penulis dongeng, cita-cita yang tak pernah benar-benar terwujud. Lewat sahabatnya Noni dan Eko yang merupakan sepasang kekasih, ia diperkenalkan dengan seorang lelaki yang bernama Keenan, sepupu Eko.

Waktu berlalu, persahabatan mereka semakin erat dan mulai tumbuh perasaan yang berbeda diantara mereka. Namun, saat itu Kugy masih berpacaran dengan Ojos. Melihat status Keenan yang masih single membuat Noni dan Eko ingin mempersatukan Keenan dengan Wanda, sepupu Noni. Tidak perlu diragukan lagi, Wanda adalah perempuan yang cantik, baik, dan paham tentang seni. Kugy tertekan dengan keberadaan Wanda yang mulai mendekati Keenan. Kugy tak bisa berkata apapun, yang bisa ia lakukan hanya menghindar.

Banyak hal berubah seiring dengan waktu. Kugy yang telah lulus memilih untuk mulai mencari kerja. Ia mendapatkan pekerjaan di bidang advertising. Kugy pun mengenal atasannya sekaligus sahabat kakaknya yang bernama Remi. Laki-laki yang degerungi banyak perempuan. Sementara Keenan menetap di Bali dan terus menerus berkarya. Keenan dipertemukan oleh seorang perempuan yang bernama Luhde. Kugy terus menulis suratnya lewat perahu kertas. Berharap Neptunus mendengar jeritan yang tak pernah terucap.
Displaying 1 - 30 of 1,716 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.