Di luar sana tidak sedikit orang yang sadar akan banyaknya perbedaan, tetapi tak mau menerima perbedaan. Di luar sana banyak orang yang ingin dimengerti, tetapi enggan untuk mengerti orang lain. Bagiku introvert itu istimewa, meski banyak anggapan yang berlawanan.
Menjadi introvert adalah sebuah anugerah yang aku syukuri saat ini. Jika aku tidak menjadi introvert, aku tak bisa memahami orang lain. Jika aku tidak interovert mungkin aku tidak tahu seperti apa diriku. Seorang introvert memang punya kelemahan, tetapi punya banyak cara menyiasati kekurangan itu menjadi sebuah kekuatan.
Diary Introvert – Catatan dari balik dunia yang hening.
Buku ini menceritakan seseorang yang memiliki kepribadian sebagai introvert, dunia yang dimiliki oleh sang penulis tidak memiliki dunia yang luas, ruang yang terbatas dan beberapa perasaan tak nyaman berada dalam situasi tertentu. Kesendirian adalah hal yang sangat ia senangi, merasa nyaman karena dengan sendiri menjadikan jenis orang tertentu mendatangkan inspirasi.
Dengan sendiri buka berarti kita tidak bisa menjadi produktif, mungkin beberapa orang merasa sendiri itu hal yang membosankan, tidak ada hal yang bisa dilakukan, tapi itulah salah satu kelebihan seseorang yang memiliki kepribadian introvert.
Dalam buku ini mengajarkan bahwa menjadi seorang intovert bukanlah suatu penghalang atau menjadikan kita lemah dalam berbagai hal.
Dalam buku ini, penulis mencoba merangkul terhadap teman-teman yang memiliki kepribadian introvert, mengajak kita untuk bisa berbagi cerita tentang hal – hal yang sering kita temui dalam kehidupan kita. Selain itu juga membahas perasaan – perasaan tertentu yang dimiliki oleh seorang introvert, bagaimana cara ia bergaul, bagaimana ia bisa tetap merasa hidup dalam situasi yang ramai, yang terkadang membuat dirinya merasa terasing, sampai pada cara perlawanan seorang introvert dalam menghadapi perasaan – perasaan yang sering mengganggu dirinya.
Perlu diketahui juga seorang intovert adalah salah seorang yang peka, ia bisa merasakan bagaimana suasana hati seseorang yang sedang ia temui, hal ini membuat ia begitu bisa menghargai perasaan orang lain, cenderung diam tapi bisa menjadi pendengar yang baik.
Diam seorang introvert terkadang bukanlah diam karena kurang pengetahuan, hanya saja isi kepalanya yang kurang bersahabat untuk bisa mengungkapkan apa yang seharusnya diungkapkan, dan media yang paling tepat untuk seorang introvert adalah melalui sebuah tulisan.
Sasaran penulis untuk pembaca buku ini bukan hanya untuk seorang introvert, kalian yang memiliki berbagai macam kepribadian pun tetap boleh, gaada larangan buat gak boleh baca buku ini ya hehe.. karena disini buku yang menjelajah kehidupan seorang intovert yang mampu memahami sisi kehidupan dirinya maupun orang lain, sampai ia bisa menemukan sisi kehidupannya masing-masing.
Saya menyelesaikan buku ini dengan durasi baca kurang lebih 30 menit.
Setiap bab akan dimulai dengan pengalaman penulis terkait dengan isu yang lagi dibahas. Kemudian, akan ada isian yang dapat dilengkapi oleh pembaca supaya bisa relate dengan isu tersebut.
IMHO, pengalaman yang dibagikan oleh penulisnya terlalu sederhana. Terasa tidak nyata—seakan dibuat-buat. Bahasa yang digunakan dalam narasinya— mohon maaf— kurang lebih mirip seperti tulisan buku teks pelajaran sekolah dasar. Terlalu lugas. Interaksi yang diberikan penulis pun rasanya tidak membantu karena tidak kuat fondasinya. Hal ini dikarenakan pembaca selalu diberikan kebebasan untuk menuliskan apa pun… dan selalu berakhir tanpa arahan yang jelas sehingga tidak ada simpulan yang dapat dibuat.
Namun, bisa jadi, target market-nya bukan untuk orang dewasa. Mungkin lebih cocok untuk anak remaja.
Berawal dari biografi singkat penulis buku ini Hardy Zhu, seorang yang introvet kemudian merangkul para pembaca yang memiliki kesamaan kepribadiaan yang intovet melalui "journaling". Menurutku buku ini lebih meberikan gambaran bahwa introvet adalah kepribadian yang juga menyenangkan dan didukung dengan pembenaran melalui steatment penulis. Buku ini lebih banyak halaman untuk kalian yang suka nulis jurnal.
Sebenarnya aku udah beli buku ini sejak lama, sekitar tahun 2020 kalau nggak salah. Tapi baru sempat aku selesaikan baca tahun ini. Awalnya aku beli karena merasa diri aku introvert. Setelah dibaca-baca, isinya ada yang cukup relate, tapi ada juga yang kurang nyambung buat aku. Mungkin kalau aku bacanya waktu umur 17-an, rasanya bakal lebih kena dan relevan.
waktu baca buku ini ngerasa ngikutin perjalanan penulis dari dia malu buat ngomong di depan publik sampe akhirnya bisa nulis buku. buku ini juga bisa jadi diart buat pembaca karna ada beberapa halaman yg bisa diisi buat refleksi diri