Jump to ratings and reviews
Rate this book

Ikan Kecil

Rate this book
Pertanyaan “kapan hamil?” harus dijawab oleh pasangan suami-istri Celoisa dan Deas dengan senyuman selama 45 bulan. Lalu akhirnya mereka bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan kehadiran “ikan kecil" di perut Celoisa.

Namun, ternyata itu bukan akhir dari masalah kehidupan rumah tangga mereka. Saat Olei tumbuh perlahan, Loi dan Deas merasakan ada yang berbeda dari perkembangan anak mereka. Olei sulit sekali diajak berinteraksi. Sepertinya bayi itu hidup dalam dunianya sendiri. Setelah serangkaian tes dijalani Olei, vonis autis pun datang. Loi langsung diterjang rasa bersalah dan penyangkalan demi penyangkalan.

Ini kisah tentang “ikan” di perut yang lahir ke dunia. Tentang mendapatkan apa yang tak pernah diharapkan dan berusaha menerima apa yang tidak pernah diminta.

248 pages, Paperback

Published December 2, 2019

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Ossy Firstan

2 books78 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
86 (37%)
4 stars
109 (47%)
3 stars
35 (15%)
2 stars
1 (<1%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 30 of 87 reviews
Profile Image for Harumichi Mizuki.
1,132 reviews65 followers
April 19, 2023
Ini cerita yang indah. Berkisar pada perjuangan untuk menerima kondisi anak yang berbeda dari kondisi anak-anak pada umumnya: autis.

Pasangan Deas dan Celoisa harus menunggu tiga tahun hingga akhirnya bisa memiliki Oleiyo. Selama hamil, Celoisa sampai mengalami pendarahan tiga kali karena kecapekan bekerja. Beruntung, bayinya selamat. Ia pun terpaksa memenuhi janjinya pada Deas untuk ambil cuti dari kantor dan beristirahat di rumah. Meski begitu ia tetap menyibukkan diri dengan menerima pesanan lukisan. Celoisa dan Deas memang pasangan seniman. Deas sendiri bekerja sebagai dosen di Jurusan Seni Rupa. Namun, kemudian terjadi hal yang tak terduga. Bayi mereka lahir prematur. Kulitnya keriput. Saat baru lahir bayi itu tidak menangis sehingga pantatnya harus ditepuk dulu. Dan kenyataan yang mengejutkan kembali menghantam mereka sekitar nyaris setahun setelah anak mereka yang dinamai Oleiyo itu lahir. Ia didiagnosis memiliki spektrum autis.

Sejak usia empat bulan, Oleiyo sudah menunjukkan gejala autisme dengan tidak merespons panggilan papanya. Ia bahkan tidak tertawa ketika kakinya digelitik. Ketika diajak bermain, dia tidak merespons, mainannya malah langsung dilempar. Dia juga tidak menirukan orang-orang di sekitarnya, misalnya waktu orangtuanya mencontohkan cara meniup lilin kue ultah. Oleiyo hanya diam. Dan di usianya yang sudah setahun dia tetap diam, tidak segera babbling.


Deas terpukul dengan kenyataan itu. Tapi ia berusaha menguatkan diri karena ia berpikir jika ia membiarkan dirinya terpuruk, bagaimana ia bisa menyemangati istrinya untuk menghadapi kenyataan? Celoisalah yang menunjukkan reaksi yang lebih keras. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri apalagi setelah mengetahui info bahwa banyak anak autis yang lahir prematur dan ibunya mengalami pendarahan semasa hamil. Tak hanya menyalahkan diri, Celoisa pun jadi enggan untuk berdekatan dengan anaknya. Sampai-sampai Deas menegurnya dengan keras:

"Kamu yang nggak pantas jadi ibu dari Olei, atau Olei yang nggak pantas jadi anak kamu karena dia autis?"

Uah. That's so deeply heart-wrenching. Tapi aku salut dengan kesabaran dan kegigihan Deas dalam membersamai Celoisa. Ia benar-benar tulus tidak menyalahkan Celoisa meskipun istrinya terus menyalahkan diri seperti itu, juga jarang mendekat pada Olei. Mengantar ke sesi terapi saja semua pada awalnya selalu dilakukan Deas. Namun, lelaki itu tak menyerah, juga tak memaksa Celoisa untuk segera beradaptasi. Ia berusaha memahami stres istrinya, lalu pelan-pelan mengatur strategi untuk membantu Celoisa melewati fase denialnya.

Strategi yang dilakukan Deas di antaranya, memberikan kliping jurnal pada Celoisa dan terus menanyakan apakah istrinya sudah membacanya agar mereka bisa berdiskusi. Seperti dosen yang memberikan PR pada mahasiswanya saja. Deas lalu mengajak Celoisa untuk menonton film-film tentang anak autis yang beberapa di antaranya berasal dari kisah nyata seperti Temple Grandin, lalu Adam, The Good Doctor 1, 2, dan Serial Shaun. Deas juga menempelkan infografis soal autis di dinding rumah meski akhirnya Celoisa meminta itu semua dicopot agar bisa ditempel ulang di tempat yang lebih enak dipandang mata. Ia juga sengaja tidur dengan kucing mereka, Mimiko, agar Celoisa tak punya pilihan selain tidur dengan Olei. Hingga akhirnya istrinya pun bersedia mengantar Olei ikut sesi terapi, tentunya dengan didampingi Deas.

"Hmm... mungkin lapang dada itu ikhlas ya, Loi. Misal baju kita ketumpahan cat, ya kita harus terima bajunya kotor. Daripada ngabisi tenaga marah-marah sama catnya, mending kita cuci bajunya. Kalau memang nggak bisa hilang, mungkin sudah saatnya jadi kain pel."

"...Jangan lupa kalau seorang anak nggak pernah meminta untuk dilahirkan, tapi orangtua yang sering meminta Tuhan biar bisa punya anak. Kalau Olei nggak pernah protes sudah dilahirkan dengan keadaan seperti itu, nggak pernah protes punya ibu yang belum bisa menerima dia, kenapa kamu nggak mau berusaha terima dia?"
(Deas to Celoisa, halaman 187-188)


"If we wait until we're ready we will wait until the rest of our lives." (kutipan dari Lemony Snicket)

"The only disability in life is bad attitude (Scott Hamilton)
Profile Image for Aulia  Rofiani.
314 reviews3 followers
December 4, 2019
Dibikin nangis lagi sama Kak Ossy 😭
Cukup menambah awareness kita terhadap anak autis
Plotnya juga rapi, ga bertele-tele, aku yg awalnya mau baca depannya doang malah jadi ga bisa lepasin bukunya buat nyelesain hehehe
Isu yang diangkat pun cukup banyak
Mulai dari cara menyikapi nyinyiran bude-bude, kesabaran saat lama diberi keturunan, ketika udah punya keturunan malah diberi different ability
Trus sentilan yg disematkan juga ngena banget, saat mahasiswanya Daes ngeluh kenapa ga punya2 pacar tapi malah dinasehati Daes karena mahasiswanya ini cara nyari pacarnya dengan cara catcalling yg tentu aja sangat dibenci kaum perempuan, trus saat adegan mbak2 Live IG, ya ampun itu nampol banget karena sesuai sama keadaan sekarang yang dikit2 update tanpa peduli perasaan orang2 di sekitarnya yg kebetulan masuk frame live streamingnya
Ah bener2 ngajarin tentang penerimaan banget sih ini 😭
Big respect untuk para orang tua yg punya buah hati dgn different ability, this book is really for you ❤❤❤
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book194 followers
January 14, 2020
Novel yang menarik. Ceritanya tentang pergumulan sepasang orang tua yang mendambakan keturunan, dan ketika mendapatkan anak, ternyata anaknya berkebutuhan khusus.

Deas dan Loi mendambakan anak selama hampir empat tahun lamanya. Hingga akhirnya Loi hamil. Kehamilannya bermasalah sehingga Loi harus mengalami beberapa kali pendarahan. Anak mereka pun lahir prematur. Sejak melahirkan prematur, Loi sudah dihinggapi rasa bersalah. Apalagi ketika mereka menghadapi kenyataan Olei didiagnosis autis. Loi semakin terpuruk dengan rasa bersalahnya, bahkan mulai menarik diri dari Olei.

Untungnya Deas segera pulih dari rasa sedih dan memulai upaya terapi untuk Olei. Tidak mudah bagi Deas melakukan itu sembari berusaha memulihkan Loi. Keluarga besar Deas dan Loi juga memberikan dukungan bagi pasangan muda itu (kecuali Bude Hanum dengan mulut nyinyirnya).

Penulis yang memiliki latar belakang Pendidikan Luar Biasa berhasil membuat satu cerita yang mengaduk perasaan pembaca. Saya paham dan simpati pada Loi. Saya pernah berada di posisinya sebagai pejuang dua garis. Dan saya juga punya keponakan yang berkebutuhan khusus, sehingga bisa memaklumi pengorbanan orang tua Olei. Memang dibutuhkan lapang dada, kesabaran, dan kesungguhan tak henti demi si anak.

Saya lantas teringat ada cerita di Alkitab tentang seorang yang buta sejak lahir. Lalu ada yang bertanya pada Yesus, "apakah salah orang ini atau orangtuanya,sehingga dia buta sejak lahir?". Yesus menjawab, "bukan dia dan juga bukan orang tuanya. Tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia." Kita tidak akan pernah tahu mengapa satu huruf dalam DNA mengalami typo (baca: basa DNA mengalami mutasi) yang menyebabkan kerusakan kromosom. Kita hanya bisa menduga dan mengeluarkan diagnosa. Saya setuju dengan isi cerita ini, bahwa Deas dan Loi adalah orang terpilih yang kuat dan sanggup mendampingi Olei. Begitupun dengan orang tua lain di luar sana yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

Yang saya kurang sreg dalam novel ini adalah penyebutan "ikan" untuk menyebutkan sperma. Hehe..suka-suka penulis sih mau menyebutnya apa. Hanya menurut saya sperma itu lebih mirip kecebong. Tapi kan ga mungkin juga judulnya jadi Kecebong Kecil ya.. :)
Profile Image for The Eod.
92 reviews6 followers
December 6, 2019
4,5 stars

Cerita menghangatkan hati. Cerita yg membangkitkan awareness kita semua pada spektrum autisme. Semua orang pasti pernah ada di posisi Celoisa ketika putranya mengidap autis. Tapi, kusuka banget proses penerimaan Celoisa yg perlahan dengan kesabaran Deas.

Fun part: Itu kucing dinamain Dul Madjid pecah ketawaku langsung. Terus bayangain Olei pelukin kochengnya gemash banget.

Semoga dengan cerita ini, tidak ada lagi yg menganggap autisme itu bercandaan.
Profile Image for Liliyana Halim.
234 reviews118 followers
January 5, 2020
Sukaaa! Rekomen buat dibaca. Ngajarin kalau kamu meminta pada Tuhan, dan Tuhan memberi apa yang kamu minta tapi tidak sesuai dengan harapanmu apa yang akan kamu lakukan? Menerima kah? Atau berusaha untuk terus menerus denial?
Profile Image for ija Izzaty.
33 reviews3 followers
December 9, 2022
Bagus bangeet. Hati mungil sy jumpalitan baca buku ini. Saya juga seorang mamah muda. Membaca Loi seperti membaca saya waktu awal2 jd ibu. Membaca Deas seperti membaca suami sy. Sy nangis berkali2 baca buku inii 😭😭 Kpd orang tua yg punya cerita sprti loi dan deas, semua kereenn 👍👍👍👍
Profile Image for wulan.
79 reviews2 followers
March 27, 2023
setelah selesai membaca buku ini, langsung kuberi bintang 5 karena memang buku ini pantas mendapatkannya. aku belajar banyak hal dari buku ini, terutama mengenai autisme.

bercerita tentang sepasang suami istri, deas dan celoisa. sudah 3 tahun lebih mereka mendambakan kehadiran buah hati, sampai akhirnya 2 garis di test pack itu muncul.

oleiro, nama sang buah hati. awalnya tidak ada yang dipermasalahkan deas dan celoisa. tapi, oleiro kok belum bisa bicara dan minim respons saat diajak berbicara? olei juga bisa sangat fokus terhadap 1 benda sampai tak menghiraukan hal lain.

setelah pemeriksaan dan konsultasi ke berbagai macam dokter, deas dan celoisa dihadapkan dengan kenyataan bahwa olei ternyata autis. tak mudah mereka menerima keadaan olei. deas, yang melihat celoisa begitu terpukul, mencoba untuk berlapang dada.

tmi aku baca buku ini karena waktu itu kalau nggak salah niatku baca buku finn, tapi ternyata problematic. dan ada yang merekomendasikan buku ini. aku pun sama sekali nggak menyesal udah membaca buku ini.

saat baca novel ini, jujur aku juga merasa terpelatuk, sebagaimana dirasakan tokoh celoisa. saat SMA, ada teman sekelasku yang autis, aku jadi menyesal dengan sifatku yg ignorant pada waktu itu.

padahal seharusnya aku bisa memperlakukan dia sebagaimana aku memperlakukan teman2ku yg lain. *eh kok malah curhat

ah! riset yang dilakukan penulis pasti sangat mendalam. karena terlihat dari isi buku ini, penulis sangat lihai menggambarkan karakter olei sampai sampai aku bisa membayangkan tingkah lakunya.

cara menerima keadaan, berdamai dengan diri sendiri, bagaimana agar lebih aware dengan autisme. aku rasa 3 hal ini yang paling banyak aku petik dari buku ini.
p.s. aku ngefans sama bu dian meskipun jarang muncul 🫶
Profile Image for Laura Yuwi.
85 reviews1 follower
July 11, 2022
Novel ini worth it utk dibaca & page turner bangettt! Aku pastikan gk akan mengecewakan. Bercerita ttg sepasang suami istri bernama Deas (suami) & Celoisa (istri) yg udah menanti²kan ada 'ikan' (alias janin) yg muncul di rahim Celoisa selama 4 thn pernikahan. Tapi waktu anaknya udah 1 thn lebih, ternyata anaknya diketahui punya penyakit autis. Huft! Waktu baca ceritanya sih aku kyk ikut membayangkan perasaan sedih, kecewa & marahnya si Celoisa. Sempet cape juga sama sikap dia yg gk berhenti menyalahkan diri sendiri, tapi kalo aku yg di posisi Celoisa juga pasti sulit buatku menerima kondisi anak yg sprti itu.

Btw, si Deas nih tipe suami yg kurang peka deh. Hahaha. Tapi dia juga tipe suami yg tau cara menghadapi & menenangkan wanita saat istrinya lagi terpuruk & sibuk menyalahkan diri sendiri.
“Loi, kamu bisa aja nggak menerima kalau Olei autis. Tetapi jangan lupa, Olei itu anak kamu, anak kita. Jangan lupa kalau seorang anak nggak pernah meminta untuk dilahirkan, tapi orangtua yang sering meminta Tuhan biar bisa punya anak. Kalau Olei nggak pernah protes sudah dilahirkan dengan keadaan seperti itu, nggak pernah protes punya ibu yang belum bisa menerima dia, kenapa kamu nggak mau berusaha terima dia?” - Hal. 188
Tipe suami yg bijak gitu.

Entah kenapa aku senang dgn hubungan suami istri ini.

Cerita ini related sm kehidupanku yg baru melahirkan anak jg. Dan aku SETUJU BANGET sama prinsip Celoisa, sebelum maen / gendong bayi HARUS BERSIH (cuci tangan dulu, klo bisa mandi dulu).

Btw, aku tuh gemesss bgt sm org² yg suka nyinyir kyk si Bude Hanum gituu. Org² sprti Bude Hanum tuh halal udh ditampar lohh wkwkwkwk.

Jadi belajar banyak dari Novel ini. Mulai dari hal² yg berkaitan dgn autism, ilmu parenting juga ada, karakter Deas yg aku suka dalam menghadapi masalah & jangan memandang rendah orang kekurangan, tapi harus saling menghargai karna banyak orang kekurangan ternyata berbakat & mereka ga suka dikasihani, mereka sukanya dianggap sama kayak kita, diperlakukan biasa aja, diajak ngobrol & bergaul seperti pada umumnya.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Dir Mud 9999.
137 reviews4 followers
June 20, 2022
Selain unsur drama kehidupan keluarga yang dibalut dengan konflik-konflik kecil, buku ini juga mengedepankan informasi mengenai gangguan kesehatan mental autis.
.
Autis dalam cerita ini dipandang dari dua sudut personal. Selintas saya diajak mengeksplorasi defenisi, deteksi gejala, karakteristik, terapi dan perlakuan istimewa yang dibutuhkan Olei, anak yang menderita autis. Lalu melalui tokoh Celoisa dan Deas sebagai orang tua Olei yang mengalami denial/ penyangkalan khususnya Celoisa sebagai ibu yang selalu menyalahkan diri sendiri atas kejadian ini. Untungnya Deas cukup sabar dan memiliki cara-cara tricky untuk meyakinkan kembali Celoisa menerima keadaan, dan bersama-sama berperan dalam tumbuh kembang Olei.
.
Selain tokoh-tokoh di atas, Tokoh Bude Hanum juga cukup ikonik di cerita ini. Karakternya yang suka ikut campur urusan orang lain selalu membuat saya kesal di setiap kemunculannya.
.
Narasi cerita sangat ringan, diselingi dengan guyonan-guyonan, tapi sarat pengetahuan penting tentang autis. Akhirnya, saya merenungi bahwa orang tua yang dibekali dengan anak berkebutuhan khusus dipandang spesial di mata Tuhan, bahwa menjadi normal itu biasa, justru yang berbeda itulah yang spesial.

Instagram : @edirbooks
Profile Image for Nureesh Vhalega.
Author 17 books120 followers
November 27, 2022
Bukan jenis bacaan yang bisa kunikmati, soalnya bikin overthinking. Tapi aku suka idenya, suka pengemasan konfliknya, dan suka gaya nulis penulisnya. Warna covernya juga uwu sekali.
Profile Image for Valentines Risma.
67 reviews6 followers
September 30, 2021
Bukunya bagus banget.

Tahun 2020-2021 ini sepertinya adalah musim menikah bagi orang-orang seumuranku. Aku seringkali mempertanyakan diriku sendiri mengenai kesiapanku untuk memasuki kehidupan pernikahan. Sebab, pernikahan itu kemungkinan besar tidak berhenti pada kehidupan berdua antara aku dan pasangan, bisa saja nanti akan hadir seorang atau beberapa orang anak.

Salah satu hal yang menjadi bahan pikiran adalah bagaimana kalau nanti anakku dan pasanganku lahir dengan kondisi khusus, baik fisik maupun psikisnya. Buku ini memberikan satu cerita yang realistis, memberikan gambaran bagaimana jika nantinya mendapatkan anak berkebutuhan khusus. Lewat proses berduka yang dialami Celoisa dan kesabaran Deas, kita diingatkan kembali kalau pasangan harus saling menguatkan, bertahan, dan berpikiran terbuka dalam menghadapi permasalahan.
Profile Image for faeela.
5 reviews
December 23, 2022
Aku bener bener salut sama deas. Dia bisa menerima anaknya dengan baik. Kalau ada yang bertanya bukankah orang tua harus seperti itu? Ya tapi ga semua orang bisa menerima dengan lapang dada
Profile Image for gadisabad21.
67 reviews
February 28, 2022
4.5 bintang dari sayaa

BAGUSSSS
Ada beberapa bagian yang bikin saya nangis, salah satunya ketika Loi sudah mulai nerima dan akrab kembali dengan Olei.
Di buku ini kita dikasih lihat perjuangan Loi yang selalu denial kalau anaknya autis. Wah, jujur saya juga penasaran dengan sudut pandang Deas. Saya penasaran bangeeeeeeet karena Deas sangat-sangat tangguh membantu dan menegarkan Loi.

KEREEEEEEEN INI BAGUS BANGET
Profile Image for Caca.
31 reviews
October 12, 2022
Baca ini tanpa ekspetasi dan ternyata beyond my expectation, aku suka gimana penulis "menyindir" society yang selalu menuntut banyak kepada perempuan tapi dikemas secara ringan dan bagaimana deas dan loi mengatasi masalah mereka setelah kelahiran olei dan loi yang berlahan menerima anaknya, cerita ringan tapi membawa pesan yang bagus dan dikemas secara heartwarming.
December 18, 2022
Menyentuh hati!
Pada awal membaca saya merasa bahwa buku ini sedikit membosankan dan saya anggap wajar karena belum masuk dalam konflik cerita. Berselang waktu, saya mulai terhanyut dalam emosi. Saya terbawa suasana kesal terhadap tokoh utama perempuan yang terlalu denial dan negatif. Syukur di akhir kisah novel ini sangatlah manis. Tokoh laki-laki utama adalah yang terbaik dalam kisah ini. Beliau merupakan sosok ayah sekaligus suami yang amat sangat sabar.

Banyak moral value yang bisa saya petik melalui kisah ini.
Profile Image for Nadifa.
8 reviews1 follower
December 25, 2022
Buku yang cukup ringan namun berisikan banyak hal di dalamnya. Buku yang menggambarkan proses seseorang sampai akhirnya bisa ditahap menerima (ikhlas) atas apa yang sudah dkehendaki, isu yang diangkat bagus dan aku suka bagaimana kisahnya dapat meningkatkan awareness pembaca terhadap autism. Tokoh favoritku tentu saja Deas, he is so amazing!

"The only disability in life is bad attitude" - Scott Hamilton
Profile Image for Jeon Dani.
134 reviews58 followers
February 20, 2020
Bisa dibilang novel ini cukup ringan, buktinya gue gak perlu waktu berhari-hari, atau bahkan sehari, buat nyelesaiin bacaan. Gak kayak novel 24 bahkan sapai sekarang belum kelar juga karena terlalu puitis dan agak berat, hehe.

Novel ini nyeritain tentang Loi dan Deas, pasutri yang udah nikah 4 tahun tapi belum dikaruniai anak, terus sampai akhirnya ikan kecil pun tumbuh di perut Loi.

Awalnya sumpah gue gak engeh sama judul novel ini. Apaan dah ikan kecil? Ini ... nyeritain apa sih? Ikan yang bisa bicara kek Darwin Watterson yang ada di The Amazing world of Gumball, gitu?

Eh ternyata Daku salah.

Ini cerita tentang Autisme. Walau gak se-pelik dan gak se-kelam Finn.

Dari awal baca gue udah suka sama karakter Deas yang santai, kalem, dan sabar itu. Dibanding sama Loi yang bikin gue gemes dan memaki-maki. Ya bener sih dia terpukul, tapi gak usah gitu amat lah (tapi mungkin itu lah yang harus ada di novel ini) karena kita emang seakan-akan harus berada di posisi mereka berdua, yang harus nerima kenyataan kalau anak mereka gak senormal mereka.

Dan disini gue suka sama interaksi Deas sama Olei. Mereka bapak-anak goals banget gitu. Btw, Mbak Ossy ini suka banget yah bikin nama-nama yang antimainstream dan sedikit belibet buat lidah orang indonesia. Hehe 🤭🤭

Ada satu lagi yang gue benci di novel ini. Bude Hanum. Duh!
Profile Image for Flazia Flazia.
Author 6 books53 followers
August 22, 2020
Ini... heartwarming banget. Saya suka gaya bahasa Ossy. Saya trharu di banyak titik dlm buku ini dan saya akui, Deas dan Loi adl orang tua yang kuat. Saya harus tepuk tangan banyak-banyak buat mereka. Superkeren. Prihatin, kagum, ketawa, sedih, semuanya ada waktu saya baca ini. Paling pengen nangis waktu Olei ngomong nobinobimamapapa pokoknya. Hehe. Itu... yang paling ditunggu-tunggu. Selamat ya, Olei. Saya yakin Olei bisa tumbuh lebih hebat ke depannya *iya, ini berasa Olei beneran karakter yg nyata :".

Trus selain main plot nya yg detail dan akurat, saya juga suka banget sama trivia atau selingan-selingan seperti:
1. Saya ketawa di halaman 83. Ngakak waktu Deas bangunin salat pakai bawa2 imsak >_<
2. Nama-nama di novel ini unik ya. Bahkan dokternya pun namanya Olan.
3. Udah lama saya nggak denger kata "badalah". Suka sama scene ngomong bahasa jawa itu. Hahaha
4. Scene mimiko mati, bkin saya ingat kucing lama saya yg udah tua dan namanya miko, pergi dr rumah selama berbulan-bulan dan kami mengasumsikan dia mati. Kata orang, kucing kadang mau pergi jauh dr rumah kl kerasa sekarat krn gamau bikin org lain sedih :". Oke, ini nggak ada hubungannya sama Ikan Kecil. Tapi kenyataan bahwa Olei dibesarkan di keluarga yg memelihara kucing sbg partner adalah hal yang saya sukai. Olei pasti tumbuh jd anak yg penyayang :)

Oya, tolong saya mohon Bude Hanum diberi azab dulu sebelum mulutnya yg tajem itu memakan lbh byk korban. Terima kasih.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Johanna Tania.
100 reviews23 followers
January 14, 2023
Another good metropop book! 💗

Akhirnya kesampaian buat baca buku ini setelah ngantri di ipusnas dan ternyata menarik banget ceritanya! Aku belum baca blurb-nya jadi aku gatau ternyata buku ini angkat tentang isu anak autis 🤧

Dari segi plot, aku suka sama plot nya. Ga ribet, ga ringan juga. Pas aja gitu. Oiya ini ga mirip kayak sinetron, aku gasuka buku metropop yang plotnya kayak sinetron FTV dan syukurnya buku ini jauh dari plot yang kayak sinetron FTV.

Dari segi tokohnya, aku suka sama karakter Deas dan Celoisa. Mereka ini bener-bener karakter yang manusiawi, yang punya sisi lemahnya juga. Deas si suami yang super dewasa dan sabar banget hadepin fase denial nya Celoisa karena anak mereka Olei divonis autis. Celoisa si istri, aku rada love-hate sama karakter dia. Di satu sisi aku kasian sama dia yang nyalahin dirinya atad divonisnya Olei autis karena dia sempat pendarahan di awal kehamilannya dan Olei lahir prematur jadinya Celoisa ini terus jaga jarak sama Olei karena dia ngerasa bersalah sampai akhirnya ditegur keras sama Deas.

Intinya, it's a great metropop book. Buku ini kasih banyak informasi mengenai autisme, banyak trivia-nya dan ini yang buat buku ini menarik. It's definitely 4/5☆
Profile Image for rong-rong.
10 reviews
February 28, 2022
Mbak Ossy, bukunya bagus banget!!! Isinya berbobot sekalee, nambah ilmu buat yang baca tentang ASC (Autism Spectrum Condition). Cara penyampaian informasi lewat Mas Deas itu cukup bikin aku paham soal anak yang mengidap autis. Dan bagaimana kondisi mamanya Olei, Mbak Celoisa yang denial dan suka nyalahin diri sendiri cukup bikin aku kesal juga *yaa wajar si kadang manusia emang gitu. Ah iya ada juga sosok Bude Hanum yang emang pasti bakal ditemuin dikehidupan kita sih, sosok yang nyinyir mulutnya yang bikin kita risih tapi males berdebat karena masih saudaraan *kadang kalo lagi berhadapan sama orang kek gini aku milih pergi sih daripada capek hati sama pikiran.
Oh ya, dinovel ini kita diajak buat ngikutin perkembangan dek Olei, mulai dari periksa ke dokter buat tahu diagnosis yang sebenernya sampai ngejalanin terapi. Aku kagum banget si sama sosok bapak Deas yang sabar ngadepin Mama Ikan dan ide kreatifnya yang bikin Mama Ikan bisa deket sama Olei *aaa that's so cuteeee >_<
And finally bisa ngeliat Olei ngucapin kata "mama sama papa" itu bikin seneng banget si, jadi pengin ngeliat dek Olei kalo direal life kek apa, keknya selucu itu deh wkwk
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Wina.
35 reviews
January 1, 2023
Pasangan muda yang telah menunggu kehamilan selama hampir 4 tahun. Saat telah dikaruniai seorang putra, ternyata semuanya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Putranya mengalami gangguan spektrum autis. Lalu apa yang harus mereka lakukan?

Ya, cerita di buku ini mengambil sudut pandang orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, bagaimana cara mereka pelan-pelan menerima keadaan anaknya, walaupun sang istri masih terus menyangkal dan menyalahkan diri sendiri, tapi suaminya dengan sabar melakukan segala cara untuk membuat istrinya sadar.

Meskipun mengangkat masalah yang berat, tapi diceritakan dengan cukup ringan, ada beberapa dialog lucu yang cukup menghibur, dan banyak sekali informasi yang aku dapatkan dari buku ini. Intinya, aku suka.
This entire review has been hidden because of spoilers.
247 reviews16 followers
January 24, 2023
Premisnya sederhana. Pasangan muda Deas dan Celoisa yang telah mengarungi bahtera rumah tangga tiga tahun, belum memiliki momongan, kemudian ketika si kecil hadir segalanya tiba-tiba menjadi di luar ekspektasi mereka. Olei, anak laki-laki mereka, divonis sindrom autisme. Saya suka hampir semua aspek di novel yang nggak terlalu tebal ini. Tokohnya, alurnya, isi ceritanya, humornya, dialognya, semua terasa begitu dekat dan nyata. Selepas menyelesaikan Ikan Kecil dalam sekali duduk, saya jadi menyadari dan mulai bisa menyimpulkan banyak hal; bahwa betapa pentingnya latar belakang pendidikan, finansial dan kesiapan mental setelah menikah. Saya salut sekali dengan Pak Deas di sini yang punya kepribadian tenang (meski jahil dan kadang menyebalkan), rasional, tidak gegabah, dan begitu menyayangi Bu Celoisa (terngiang-ngiang ketika ditanya tujuan menikah baginya adalah hidup bahagia dengan Bu Celoisa, bukan semata-mata karena ingin 'berkembang biak').

Keduanya yang memiliki pekerjaan cenderung stabil (terlebih Pak Deas yang seorang dosen dan ketua jurusan) juga punya pengaruh banyak soal konflik-konflik di novel ini. Konflik yang memang hanya terpusat pada kronik penerimaan orang tua pada anak mereka yang autis. Nyaris nggak ada permasalahan finansial yang dimunculkan di dalam konflik (ini juga nggak mengesampingkan kalau novel ini tetap worth untuk dibaca, meski saya sedikit berekspektasi soal sedikit narasi biaya terapi rutin Olei yang tentunya nggak sedikit). Dengan bahasa yang ringan (kelewat ringan bahkan page turner sekali), saya bersyukur karena dengan tema yang diangkat penulis nggak memilih jalur menye-menye dan dramatisasi berlebihan. Soal Bu Celoisa yang denial dan mood-nya berubah-ubah pascavonis Olei, menurut saya masih cukup masuk akal dan nggak berlebihan. Masih sesuai porsinya dan manusiawi. Saya nggak tahu persis tapi saya meyakini bahwa perasaan seorang ibu yang merasa gagal menjadi ibu bagi anaknya sangatlah kompleks dan rumit.

Kembali pada kekaguman saya soal latar belakang pendidikan yang membuat kedua tokoh sentral bisa dengan legowo menerima si ikan kecil, Olei, adalah ketika Pak Deas merangkum beragam artikel jurnal dan buku-buku sebagai referensi untuk dibaca oleh Bu Celoisa (hal-hal seperti ini jelas nggak akan pernah mungkin dilakukan oleh kalangan menengah kebawah yang pendidikannya mungkin sebatas sekolah menengah). Berbekal pengetahuan, keluarga yang mendukung (Bu Dian punya andil yang sangat besar), dan perasaan saling menerima antarsuami-istri membuat Olei bisa tumbuh dengan baik. Saya justru jadi membayangkan betapa di sisi lain ada begitu banyak anak dengan keadaan yang sama dengan Olei tapi nggak memiliki kesempatan yang sama seperti Olei. Stigma yang didapat, kelanjutan pendidikan yang nggak tentu, stereotip masyarakat, bahkan rendahnya literasi soal autisme yang seringkali mencap anak-anak di pedesaan sebagai anak setan, anak gila, anak cacat, dan lain sebagainya. Ini bikin saya jadi overthinking dan after taste saya setelah menyelesaikan Ikan Kecil mendadak hambar dan getir.

Selanjutnya, saya mau mengapresiasi beberapa dialog berbahasa Jawa yang lucu bukan main (meski beberapa catatan kakinya nggak selaras dan beberapa bagian ada yang nggak dibubuhi catatan kaki, saya pikir cukup mengganggu pembaca yang nggak bisa berbahasa Jawa). Beberapa terkesan personal, sehingga membuat saya tertawa sendiri. Terlebih tokoh Bude Hanum yang saya yakin setiap keluarga di dunia memiliki jenis manusia komentator semacam dirinya. Sepanjang adegan yang melibatkan Bude Hanum di dalamnya entah mengapa emosi saya langsung meluap-luap. Semua dikomentari, semua ditanyakan, semua dicemooh. Penggambarannya terlampau realistis, unik dengan gayanya sendiri, dan hal ini yang membuat saya nggak bisa membalik halaman hingga akhirnya saya memutuskan untuk memberi Ikan Kecil bintang empat.
Profile Image for Nur Reti Jiwani.
145 reviews24 followers
January 13, 2020
Buku ketujuh di tahun 2020...
Hatinya berbisik, "Olei tidak boleh autis. Ia baik-baik saja."
Memiliki buah hati yang berbeda pastinya jadi satu tantangan yang sama sekali tidak mudah untuk orangtua manapun. 'Tantangan' inilah yang coba dituliskan Ossy Firstan dalam novelnya, Ikan Kecil.

Pasangan Loi dan Deas sudah 45 bulan menantikan kehadiran anak dalam pernikahan mereka, Tuhan akhirnya berbaik hati dan menghadiahi keduanya seorang putra manis nan lucu, Olei, begitu mereka berdua memanggil namanya. Tapi Olei sedikit berbeda, dia tidak menengok jika namanya dipanggil, sulit sekali diajak berinteraksi, dan Olei tak mengeluarkan sepatah katapun meski usianya sudah hampir menginjak 2 tahun. Dan ya, Olei divonis sindrom autis oleh dokter dan psikolog.

Siapa yang paling terpukul? tentu saja Loi, ibundanya. Loi masuk dalam fase depresi dan terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri. Beberapa bab (cukup panjang dan lama), pembaca novel ini akan disuguhi kalimat demi kalimat dimana Loi terus-terusan berkubang dalam jurang rasa bersalah dan menyalahkan diri. Menangis, denial dan ngotot tanpa alasan jelas.

"Aku enggak pernah minta anak autis, Lula."
"Semua orangtua yang anaknya autis juga enggak pernah minta anaknya autis, Celoisa. Apa kamu berdoa untuk minta bayi yang autis dulu? Nggak, kan? Semua orangtua pasti berdoa yang baik untuk anaknya, cuma... mungkin Tuhan punya rencana lain lewat apa yang terjadi dengan Olei, dan itu bukan salah siapa-siapa."
"Nggak gitu, Lul... Olei autis itu salah aku. Semua yang terjadi sama Olei itu karena aku."

Nah, see? kamu akan mendapatkan banyak perdebatan BATU disini. Soal Loi yang terus-terusan enggak mau dibilangi. Kerjanya meratapi nasib terus...

Untunglah Loi diberkati seorang pasangan seperti Deas, yang meskipun secara fisik samasekali tidak dituliskan Deas itu tampan secara fisik :" tapi Deas digambarkan sebagai seorang suami yang memang siap jadi suami dan ayah. Bertanggung jawab.

Aku suka banget bagaimana perkembangan rumah tangga Loi dan Deas diceritakan perlahan setelah vonis autis Olei ditegakkan. Bagaimana terpuruknya seorang Ibu (meskipun tetap aku merasa Loi berlebihan, sorry..), bagaimana pasangannya merasa ia harus kuat agar keluarganya tetap utuh dan bisa bertahan. Cerita-cerita sampingan seperti rekan kerja, keluarga besar/kerabat yang nyinyir dan bagaimana kita belajar dari orang lain dengan melihat kebawah, disampaikan dengan sangat baik dan rapi!

Sebuah cerita bertemakan keluarga yang ringan dan menghangatkan hati. Benar juga ya, lewat novel kita bisa belajar juga. Empati salah satunya. Aku tidak punya keluarga dengan autis, tapi setidaknya aku bisa berpikir dua kali akan mengeluarkan kata-kata apa saat bertemu keluarga dengan anak/pasangan autis. Sedikit banyak, I think I know how it feels...

Thank you, Olei-Ikan Kecil Mama!
Profile Image for Fidia .
187 reviews4 followers
March 16, 2022
Semakin kita tahu hal di luar diri, semakin kita menyuarakan harmoni alami yang menenangkan.

Buku karya #OssyFirstan dengan sampul lucu kebiruan lembut ini menceritakan tentang Celoisa dan Deas yang harus menunggu munculnya buah hati selama 3 tahun 9 bulan. Penantian yang akhirnya terjawab memberikan cobaan lain: Olei, anak mereka, divonis mengidap autis. Penyangkalan dan penyalahan diri menyergap seiring pertumbuhan Olei.

Bagian yang paling menarik buatku adalah usaha Deas dalam membuat Celoisa melewati terjangan emosinya pasca vonis. Sebelum menghadapi betapa beratnya mendampingi anak yang autis, orang tua terlebih dahulu harus 'melawan' dirinya sendiri.

Solusi yang dilakukan Deas dikutip dari teori Rogers: tahapan awal untuk adopsi perilaku adalah kesadaran. Supaya Celoisa bisa menyesuaikan diri terhadap kondisi Olei, Deas membuat langkah-langkah sehingga istrinya memahami seluk-beluk autisme. Tidak hanya sebagai sebuah kelainan secara medis, tapi juga bagaimana reaksi orang-orang (baik keluarga dan masyarakat umum) terhadapnya. Aku mengapresiasi masalah yang diangkat dalam buku ini. Suka sekali kalau ada buku membahas realitas yang mungkin terjadi, meski tanpa disangka-sangka. Sisi lain dari hidup yang aman.

Bukan cuma tentang alurnya, aku jadi berpikir yang lain. Bila sudut pandangku melihat dari jarak jauh tentang adopsi perilaku tsb., pemikiran Rogers bisa kita sesuaikan dalam masalah apa pun milik kita. Seseorang yang merasa kesulitan dengan lingkungan tertentu dapat mencari pustaka entah buku, film, bertanya-tanya, pengalaman, dsb. untuk meningkatkan kesadaran. Ia yang tidak biasa berkomunikasi, justru harus terjun ke perkomunikasian. Ia yang mempunyai luka, justru harus menyelidiki lukanya. Jika ada ucapan "Aku gak cocok dengan kebiasaan/tindakan mereka" maka yang pertama perlu dilakukan agar bisa menyesuaikan diri adalah mencari tahu mengapa dan bagaimana kebiasaan tersebut. Lagipula, harmoni yang nyaman dalam kebersamaan terjadi karena setiap pihak saling memaklumi dan berusaha menyesuaikan 🥺
Profile Image for Nike Andaru.
1,369 reviews96 followers
December 17, 2019
217 - 2019

Metropop yang tidak diberikan label Metropop, bingung deh kenapa ini ya?
Tentang kehidupan pernikahan Deas dan Celoisa yang berharap punya anak setelah beberapa tahun menikah, lanjut punya anak dan ternyata anaknya autis.
Denialnya Loi, hebatnya Deas dalam mencari tau soal autisme. Beberapa teman dan saudara ada juga yang mendapat anak berkebutuhan khusus seperti Olei dalam cerita ini.

Menarik bahwa Ossy Firstan mengangkat kesulitan yang dihadapi keluarga dengan anak yang mengidap autisme. Sayangnya ada beberapa cerita yg sepertinya terasa tidak perlu misalnya cerita soal pempek Palembang dan anak-anak difabel di akhir cerita. Fokus saja di tema cerita soal Olei aja udah pas sih menurut saya.
Profile Image for Afifah.
393 reviews15 followers
August 15, 2020
Pertama kali tau buku ini dari temen yang pengen baca karena menurut dia buku ini menarik. Pas kebetulan langganan GD sebulan, jadi sekalian aja coba baca buku ini. Alur ceritanya mengalir banget, mudah diikuti, terkadang ikutan sedih dan kesel kayak Loi selama berhadapan dengan Bude Hanum.. hahaha...

Untuk kisahnya sendiri menurutku menarik. Begitu juga dengan dinamika antara Loi, Deas, dan Olei.

Terakhir terkait topik autis sendiri, menurutku penulis telah berusaha dan cukup baik dalam memberikan penjelasan general atas spektrum autis yang personally sangat aku appreciate. Meskipun kalau melihat penjelasannya (sejauh yang sudah aku baca) hal tersebut datang karena penulis seorang dosen pendidikan luar biasa.

Overall, 4 out of 5 stars untuk Ikan Kecil. Dan kalau ada buku lain dari penulis ini, sepertinya akan menarik untuk aku baca.
Profile Image for Dety  Mutiara.
130 reviews6 followers
August 24, 2022
HATI-HATI! Buku ini mengandung ribuan BAWANG 😭

Baca buku ini gak berekspektasi apa-apa. Dan jujur suka banget sama ceritanya. Konflik keluarga selalu menarik untuk aku pribadi, apalagi ini mengangkat isu yang terasa dekat. Sepasang suami istri yang menunggu kehadiran buah hati. Tetapi saat sudah lahir, anak itu berbeda dari anak seusianya.

Tolong, ya, cape banget baca ini. Bikin mata kaya keran bocor 😭 tapi di beberapa bagian buku ini juga menghangatkan dan bikin ketawa lepas.

Buku ini gak cuma menyajikan konflik keluarga. Tapi banyak juga informasi seputar anak istimewa (autis). Baik penyebabnya, terapinya, sampai apa yang harus dilakukan orangtua saat mendapati perbedaan pada anak, dll.

Banyak hal yang aku suka dari buku ini. Mulai dari alur, konflik yang diangkat, penokohan yang terasa realistis, sampai penyelesainnya. TAPI jujur aku terganggu sama nama tokohnya, agak bikin belibet selam baca ya shayy 🤣

Aku salut banget sama Deas, di saat istrinya selalu menyalahkan diri sendiri dan gamau deket sama Olei, bapak satu itu tetap sabar dan tegar. Gak pernah absen jagain Olei. Walopun kadar pekanya kurang, tapi dia itu penyabar bgt. Mleyot aku haha. Mau satu lhaa yang kayak Deass *eh

Bentarr, aku gedek bgt si sama Bude Hanum, tipe manusia julid yang hobi bgt ngomentarin hidup semua orang. Tapi ini bikin makin realistis juga sih haha

Dahlaa pokoknya baca aja, ceritanya bagus.
Profile Image for Speakercoret.
475 reviews2 followers
December 29, 2019
Buku ke 52 di tahun 2019....
Selesai deh RC nya, ntah bakal jd penutup 2019 apa bakal ad yg lain sebelum mulai RC 2020
Meremas2 hati bacanya....
mereka memiliki keistimewaannya masing2...
Profile Image for Bunga Mawar.
1,250 reviews43 followers
July 25, 2021
Buku penulis lokal kedua tentang penyandang autisme yang saya baca setelah Finn.

Kalau Finn mengisahkan pendampingan pada penyandang autisme dewasa, Ikan Kecil ini bercerita tentang pasangan Celoisa dan Deas yang membesarkan putra autis mereka Oleiro yang baru berusia dua tahun.

Ada keterkejutan, penyangkalan, dan perasaan bersalah tentang kondisi Olei, terutama dari ibunya, Celoisa. Peran Deas sebagai suami Loi digambarkan cukup sabar dalam mengasuh Olei dan sedikit demi sedikit mengajak Loi untuk berhenti menyalahkan diri dan mulai berfokus menjadikan keistimewaan Olei sebagai kekuatan mereka.

Latar belakang Deas dan Lou cukup tergambar. Keduanya berpendidikan dan profesional di bidang seni. Saya tidak menemukan latar waktu yang jelas dalam buku ini, tapi rasanya sudah tahun 2010-an ke atas. Terkait hal ini saya bingung, kok suami istri ini lambat betul menyadari ada yang salah ketika anak mereka sudah satu setengah tahun lewat. Apa iya di Solo tidak ada posyandu yg dikunjungi Olei tiap bulan? Posyandu sudah eksis sejak tahun 80-an lho saat dulu serial Unyil tanpa laptop tayang di TVRI tiap Minggu pagi. Kader posyandu pasti memperingatkan ortu Olei jika ada tahapan perkembangan balita ini tidak sesuai KMS. Mustinya Bu Loi sih paham, atau setidaknya Bu Lula kawannya yg sudah punya anak tiga
itu mengingatkan

Aneh juga bahwa di zaman ini Loi tidak bisa googling sendiri ttg masalah autisme ini untuk mencari komunitas pendukung untuk mendalami seluk beluk autisme

Sudut pandang Lou dan Deas digambarkan cukup berimbang, namun penulis belum mampu menghadirkan emosi. Rasanya seperti kita mendengar cerita seorang teman yg tentang suatu film yang disaksikannya dengan ekspresi datar, bukan kita yg nonton film itu secara langsung.

Pengutipan jurnal ttg autisme yang diringkaskan Deas untuk Loi, juga, penyebutan berbagai komunitas dalam kegiatan hari peduli disabilitas dalam buku ini menjadikan kesan "keberatan sponsor," padahal kan ini buku fiksi. Kurang alus lah tempelannya.

Beberapa adegan melibatkan Bude Hanum bikin saya keki juga . Demikian juga si mbak-mbak berkebaya kutu baru yang

Yah, begitu sih. Masih ada beberapa saltik, tapi ya sudahlah. Autisme itu bukan semata salah bunda mengandung. Banyak penyebabnya, dan belum ada obat manjurnya. Tapi kita bisa terus berikhtiar membantu kehidupan penyandangnya.
Displaying 1 - 30 of 87 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.