Goodreads helps you keep track of books you want to read.
Start by marking “Besok Kita Belum Tentu Saling Mengingat” as Want to Read:
Besok Kita Belum Tentu Saling Mengingat
by
Saat Kamu Tidak Mencintaiku Lagi
saat kamu tidak mencintaiku lagi
daun-daun kehilangan hijaunya
angin kehilangan desirnya
laut lupa pada asinnya
dan puisiku ditinggalkan aksaranya
saat kamu tidak mencintaiku lagi
daun-daun kehilangan hijaunya
angin kehilangan desirnya
laut lupa pada asinnya
dan puisiku ditinggalkan aksaranya
Get A Copy
Paperback, 160 pages
Published
November 25th 2019
by Gramedia Pustaka Utama
Friend Reviews
To see what your friends thought of this book,
please sign up.
Reader Q&A
To ask other readers questions about
Besok Kita Belum Tentu Saling Mengingat,
please sign up.
Be the first to ask a question about Besok Kita Belum Tentu Saling Mengingat
This book is not yet featured on Listopia.
Add this book to your favorite list »
Community Reviews
Showing 1-42

Start your review of Besok Kita Belum Tentu Saling Mengingat

Setiap membaca karya DoPra membuat kita terhanyut kedalamnya bahkan terseret seret untuk membacanya berulang kali.
Begitupun dengan buku kumpulan puisinya kali ini. Bahkan aku membacanya melebihi dari jumlah buku karyanya yang lain.
Bagiku bukunya kali mampu menjadi 'Insto' buat aku disaat mataku mulai sakit mengerjakan laporan yang berisi angka² tak jenuh dan dikejar deadline.
Semua puisi yang termaktub didalamnya mampu membuat kita lebam, berbekas dan tak akan pudar dalam kotak ingatan. Pilihan ...more
Begitupun dengan buku kumpulan puisinya kali ini. Bahkan aku membacanya melebihi dari jumlah buku karyanya yang lain.
Bagiku bukunya kali mampu menjadi 'Insto' buat aku disaat mataku mulai sakit mengerjakan laporan yang berisi angka² tak jenuh dan dikejar deadline.
Semua puisi yang termaktub didalamnya mampu membuat kita lebam, berbekas dan tak akan pudar dalam kotak ingatan. Pilihan ...more

215 - 2019
Kali pertama membaca karyanya Dodi Prananda atau Dopra. Tertarik karena judulnya nih awalnya, tapi ternyata puisinya di sini sendu, bikin galau, sedih, kasihan, dan kayaknya gak cocok dibaca jika kalian sedang dalam perjalanan sendirian, tambah gimana gitu.
Puisi dalam buku ini semua singkat, dengan bahasa yang khas anak muda saat ini puitis galau gitu.
Beberapa judul yang saya suka :
- Jangan Beri Aku Punggungmu
- Kado
- Siapa yang akan Memeluk Diriku?
- Dasar Laut
- Selamat Tidur
jangan beri ...more
Kali pertama membaca karyanya Dodi Prananda atau Dopra. Tertarik karena judulnya nih awalnya, tapi ternyata puisinya di sini sendu, bikin galau, sedih, kasihan, dan kayaknya gak cocok dibaca jika kalian sedang dalam perjalanan sendirian, tambah gimana gitu.
Puisi dalam buku ini semua singkat, dengan bahasa yang khas anak muda saat ini puitis galau gitu.
Beberapa judul yang saya suka :
- Jangan Beri Aku Punggungmu
- Kado
- Siapa yang akan Memeluk Diriku?
- Dasar Laut
- Selamat Tidur
jangan beri ...more

Sebagai penggemar kata-kata, puisi-puisi dalam buku ini tersusun dari pilihan-pilihan dan struktur yang lumrah. Mereka bisa ditemukan di puisi-puisi lain: kafe, petang, hujan, jatuh, sunyi, sia-sia. Ajaibnya, Dodi si penyair dapat merekonstruksi mereka dengan baik sehingga bait-bait di buku ini terasa lebih baru dan tetap mengena.
Patah hati, kejatuhan, kesepian, kehilangan, kesedihan, kepedihan menjelma dalam bentuk paling absurd nan indah—bikin pikiran dan perasaan melanglang buana.
Buku ini mer ...more
Patah hati, kejatuhan, kesepian, kehilangan, kesedihan, kepedihan menjelma dalam bentuk paling absurd nan indah—bikin pikiran dan perasaan melanglang buana.
Buku ini mer ...more

Seperti judulnya, Dopra sedang merespon kehilangan pada puisi-puisinya, bahasa sederhana dan tidak muluk muluk. Berbicara cinta, kehilangan, patah hati, ingatan dan cara yang efektif untuk menyembuhkan luka sendiri. Grafis yang di beri di beberapa halamannya yang menggunakan teknik sketsa ini memperkuat bahwa, kehilangan begitu miskil dalam hidup ini. Seperti puisinya yang berjudul Doa Penutup Musim
Bila Ada umur panjang
Mari Kita Kesepian lagi
jadi. Besok Kita Belum Tentu Saling Mengingat bukan?
Bila Ada umur panjang
Mari Kita Kesepian lagi
jadi. Besok Kita Belum Tentu Saling Mengingat bukan?

Ini adalah kalo pertama diriku membaca buku karya Mas Dodi, dan yaaap ku menikmati nya sambil rebahan menunggu ngantuk menghampiri.
Jujur saja ketika membaca judul nya pertama kali terasa agak “jleb” di hati plus covernya yang sangat cantik di mataku. Aku juga suka selipan sketsa pada beberapa bab di buku ini yang menggambarkan isi puisi tersebut.
Overall dari semua kumpulan puisi, ku sangat suka pada bab “siapa yang akan memeluk diriku” ✨👍🏻
Jujur saja ketika membaca judul nya pertama kali terasa agak “jleb” di hati plus covernya yang sangat cantik di mataku. Aku juga suka selipan sketsa pada beberapa bab di buku ini yang menggambarkan isi puisi tersebut.
Overall dari semua kumpulan puisi, ku sangat suka pada bab “siapa yang akan memeluk diriku” ✨👍🏻

Awalnya saya takut buku ini cuma akan jadi media curhat si penulis, karena beberapa buku sebelum ini kan total fiksi. Ternyata ketakutan saya tak terbukti.
Dodi pintar meramu kata dan kalimat sehingga puisinya tidak cepat basi.
Tetap bisa bikin baper tanpa membuat saya mengucap 'meh!' seperti pada puisi-puisi baru yang bertebaran di media sosial saat ini. ...more
Dodi pintar meramu kata dan kalimat sehingga puisinya tidak cepat basi.
Tetap bisa bikin baper tanpa membuat saya mengucap 'meh!' seperti pada puisi-puisi baru yang bertebaran di media sosial saat ini. ...more

Sebagai orang yang gak romantis dan spontan, awal membaca buku ini seperti melihat sajak-sajak tak tentu arah. Tapi ketika kita sedang berkontemplasi dan secara acak membuka halaman, baru terasa sentuhan yg menyentil gengsi, malu, dan kekalahan yg tak pernah diungkap.
Terimakasih atas puisi "di tukang cukur" yg membawa saya ke memori kisah cinta saat masih melarat. ...more
Terimakasih atas puisi "di tukang cukur" yg membawa saya ke memori kisah cinta saat masih melarat. ...more

Besok Kita Belum Tentu Saling Mengingat
oleh Dopra
3/5 bintang
Bagi saya, puisi-puisi dalam buku ini memang menonjolkan satu tema, yakni pertanyaan-pertanyaan retoris yang tidak membutuhkan jawaban. Akan tetapi, perlu digarisbawahi bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut banyak sekali berhubungan dengan kesendirian dan kasih tidak sampai.
Tidak hanya itu, sejumlah puisi Dopra menyinggung bagaimana suatu cerita kasih telah usai dan tidak ada harapan untuk kembali lagi.
Resensi selengkapnya dapat dibaca d ...more
oleh Dopra
3/5 bintang
Bagi saya, puisi-puisi dalam buku ini memang menonjolkan satu tema, yakni pertanyaan-pertanyaan retoris yang tidak membutuhkan jawaban. Akan tetapi, perlu digarisbawahi bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut banyak sekali berhubungan dengan kesendirian dan kasih tidak sampai.
Tidak hanya itu, sejumlah puisi Dopra menyinggung bagaimana suatu cerita kasih telah usai dan tidak ada harapan untuk kembali lagi.
Resensi selengkapnya dapat dibaca d ...more

Jan 06, 2020
Autmn Reader
marked it as dnf
Dnf halaman 19. Gak bisa aku baca puisi atau beginian. Cringe sendiri, huhu. Not my cup of tea :(
There are no discussion topics on this book yet.
Be the first to start one »
Related Articles
This June, as we observe LGBTQ Pride—the annual celebration of the lesbian, gay, bisexual, transgender, and queer/questioning communities—we...
207 likes · 73 comments
No trivia or quizzes yet. Add some now »
“Aku menuliskanmu di saat kamu menghapusku”
—
0 likes
“Mimpi adalah panggung yang isinya kita berdua saja”
—
0 likes
More quotes…