What do you think?
Rate this book
416 pages, Paperback
First published January 13, 2020
Pertemuan yang tak disengaja di sebuah restoran bernama Shirokuma Bistro itu mengubah hidup Higashino Akari. Pada hari yang bersalju itu, Akari baru saja diberhentikan dari pekerjaannya sebagai pramusaji di sebuah restoran cepat saji. Akari kehilangan kesempatan pertamanya sebagai karyawan tetap setelah berulang kali berganti pekerjaan paruh waktu. Namun, hidup memang unik. Kedatangannya di Shirokuma Bistro mempertemukannya kembali dengan Kitagawa Kyouhei, teman SMA Akari. Pertemuannya dengan Kyouhei membawanya mengenal sosok Sensei―pemilik Shirokuma Bistro―yang tanpa diduga mampu mengubah hidup Akari.
Sejak hari pertemuannya dengan Kyouhei dan Sensei, Akari yang kemudian menjadi pelayan di Shirokuma Bistro perlahan merasakan kehidupannya membaik. Sensei lebih dari sekedar bos bagi Akari, namun ia adalah seseorang yang telah menyelamatkan hidupnya. Hari terus berjalan dan membawanya mengenal Ryuji dan Misaki, bahkan bersahabat dengan mereka dan juga Kyouhei. Akari merasakan kebahagiaan yang baru dalam hidupnya, hingga suatu hari Sensei mempertanyakan apa mimpi yang ia, Kyouhei, Ryuji, dan Misaki miliki. Tak lama setelah Sensei membicarakan tentang impian kepada Akari dan ketiga lainnya, Sensei memutuskan untuk pergi menempuh sebuah perjalanan panjang. Sebuah perjalanan yang Akari dan Kyouhei juga tempuh beberapa tahun kemudian setelah kepergian Sensei. Tentu untuk menemukan sang penyelamat yang telah lama menghilang.
Membaca Polaris Musim Dingin merupakan sebuah pengalaman membaca yang tidak akan terlupa karena ini pertama kalinya aku meneteskan air mata begitu banyak saat membaca buku. Alur maju-mundur yang mengalir mampu menghadirkan kesedihan dan kehangatan secara bergantian. Novel ini memperlihatkan realita kehidupan yang keras; kehilangan sosok orang tua sejak kecil, persepsi yang keliru dari orang lain, tuntutan bertahan hidup, hingga tantangan mencari impian. Walaupun begitu, ada kehangatan yang juga aku rasakan saat membaca Polaris Musim Dingin, terlebih melihat bagaimana karakter Sensei digambarkan. Aku mendapatkan optimisme untuk selalu berusaha bertahan hidup dan tidak ragu untuk menentukan impian dari sosoknya.
Tidak ada karakter yang digambarkan sempurna dalam novel ini, bahkan Sensei sekali pun. Masing-masing tokoh berjuang melawan kesedihan dan untuk bangun dari kegagalan dengan saling menguatkan, dan itulah yang aku sukai dari novel ini. Sulitnya menemukan dan menentukan impian bagi sebagian orang juga menjadi hal yang disorot di sini.
Aku sangat menikmati halaman demi halaman yang aku baca untuk mengikuti perjalanan hidup seluruh tokoh. Sebuah buku fiksi yang menyiratkan pesan semangat di kala mengalami kesulitan. Polaris Musim Dingin, salah satu novel terbaik yang aku baca di tahun ini.
“Hiduplah untuk satu hari lagi. Berjuanglah untuk satu hari lagi. Setiap kali kau takut untuk menghadapi kehidupan ini, ingatlah kalau kau tidak perlu memikirkan apa yang akan terjadi dalam seminggu, sebulan, atau setahun lagi. Hidup akan terus menemukan cara untuk membuatmu terjatuh, dan terkadang rasanya akan sulit sekali untuk mencoba percaya pada dirimu sendiri; percaya kalau kau bisa melalui semua ini. Cobalah untuk hidup satu hari lagi.”
Kemudian aku tersadar bahwa ini bukan saja merupakan perjalanan Sensei.
Ini merupakan perjalananku, juga perjalanan Kyouhei.
Perjalanan mencari Sensei—polaris musim dingin kami yang hilang.