Jump to ratings and reviews
Rate this book

Polaris Musim Dingin

Rate this book
Seseorang mengirimkan tiket-tiket Shinkansen kepada Higashino Akari tanpa keterangan alamat pengirim. Akari hanya menerima berlembar-lembar tiket yang dipesan atas nama dirinya, juga surat-surat dari Sensei.

Sensei; orang yang pernah menyelamatkannya dari masa-masa keterpurukan. Sosok yang mengajari Akari untuk tidak menyerah dalam hidup, yang menghilang dari kehidupan Akari lima tahun lalu.

Merasa terusik, Akari pun memutuskan untuk menempuh perjalanan menggunakan tiket-tiket kereta itu. Perjalanan yang membuatnya bertemu kembali dengan Ryuji dan Misaki—dua sahabatnya. Juga Kyouhei... seseorang dari masa lalu Akari yang tidak pernah hilang dari benaknya.

Di antara kenangan, perjuangan mereka, dan janji-janji yang teringkari, Akari bertekad menyelesaikan perjalanan itu untuk menjawab berbagai pertanyaan dalam hatinya. Mengapa Sensei meninggalkan mereka? Dan mengapa surat-surat dari beliau baru sampai sekarang?

416 pages, Paperback

First published January 13, 2020

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Alicia Lidwina

5 books52 followers
An author, an avid reader, an occasional blogger, and an observant dreamer. While the idea of deconstructing ephemerality through writings fascinates her the most, she has to concur with the idea of writing just for fun. Sometimes you might find her sipping espresso at the nearest cafe, other times she would be haunting vacant seats in food courts while munching on her endless supply of chocolate bars.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
123 (44%)
4 stars
117 (42%)
3 stars
34 (12%)
2 stars
2 (<1%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 30 of 95 reviews
Profile Image for Utha.
700 reviews298 followers
May 4, 2022
Selalu ada orang maupun sesuatu yang bikin impian kamu patah. Bikin kamu merasa udah bisa punya impian aja terlampau mewah. Semua hal itu berujung pada pemikiran kalau memang sebaiknya hidup harus dijalani tanpa usaha lebih karena banyak faktor penghalang. Dan itu pernah aku rasain—dan kerap kali muncul saat ngerasa letih.

Hal itu membuat nuance yang diberikan dalam novel ini cenderung dingin, sensasi yang bukan cuma bikin menggigil, tapi juga ngerasain perih saking dinginnya. Masih terpatri banget gimana keputusasaan cuma satu-satunya perasaan yang dimiliki. Dalam kondisi nggak punya apa pun, nggak punya siapa pun. Dan satu hal yang terlintas cuma untuk bertahan hidup. Dan ini tergambar jelas dalam kisah Akari dan tiga sahabatnya yang terkungkung keadaan, seolah mereka nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Syukurlah mereka bertemu Sensei di Shirokuma Bistro.

Setelah baca Polaris Musim Dingin, aku ngerasa seolah lagi baito di Shirokuma Bistro, diomelin—in a good way—sama Sensei, juga saling menguatkan bareng Akari, Kyouhei, Misaki, dan Ryuji. Aku ikut berkelana bersama Akari dan Kyouhei untuk mencari tahu alasan Sensei pergi, juga menikmati nuansa Otaru yang penuh salju. Deskripsi di novel ini beneran ngingetin ketika main di sana. Penggambaran tempat-tempatnya, bahkan dinginnya ketika winter! Yang jelas Otaru memang lebih cantik ketimbang Sapporo IMO.

Rasanya kayak ikut dipeluk sama Sensei selagi baca ini...

Makasih udah menuliskan novel ini. Dan, ya, masalah seleraku bisa sampai suka banget sama naskah ini. Semoga yang lain juga suka.
Profile Image for Szasza.
163 reviews3 followers
January 14, 2023
My 2023 first read yayyyy!!

This book felt like a warm hug on a cold rainy day, some part just validate my feeling, and giving me hope.

Cerita di buku ini menurutku sederhana tentang seseorang yang mencari gurunya yang tiba-tiba menghilang, dan lima tahun kemudian datanglah surat-surat dari sensei yang dikirim oleh orang lain bersama tiket-tiket Shinkansen.

Alur buku ini maju mundur dibagi menjadi dua bagian, yang pertama bagian perjalanan mencari sensei, dan yang kedua flashback kehidupan Akari sebelumnya bersama sensei dan teman-temannya.

Ada 5 karakter sentral dalam buku ini yaitu Akari, Kyouhei, Ryuji, Misaki, dan Sensei. Setiap tokoh punya ceritanya masing-masing dan menurut aku semuanya punya benang merah yang sama yaitu di pertemukan di Shirokuma Bistro dengan permasalahan hidup tentang kehilangan harapan.

Ada tokoh yang kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil dan harus berjuang sendiri, ada tokoh yang hanya memiliki ibu sebagai sosok orang tua, ada toko yang sudah tidak dianggap anak oleh orang tuanya karena dianggap sebagai anak yang sudah tidak berguna dan tidak bisa diselamatkan kembali, ada tokoh yang sudah kehilangan harapan karena orang tuanya melarangnya menggambar hingga membakar semua gambarnya.

Semua tokoh tersebut bertemu di Shirokuma Bistro, sebuah bistro kecil milik sensei. Di Bistro itu semua harapan ditata kembali dari awal, tokoh sensei di sini bisa disebut sebagai pengikat, dia yang memberi ucapan-ucapan bijak sehingga mereka semua tidak kehilangan harapan.

Ketika mereka mulai tahu apa yang diimpikan dan mulai menata kehidupan kembali, tiba-tiba sensei hilang, dan 5 tahun kemudian muncullah surat-surat bersama tiket Shinkansen ke kediaman Akari, dan dari situlah perjalanan pencarian Sensei dimulai.


"Hiduplah untuk satu hari lagi. Berjuanglah untuk satu hari lagi."

Seperti judulnya Polaris musim dingin, setelah baca beberapa halaman tokoh Akari bilang kalo sensei itu seperti polaris. Polaris atau yang kita sebut bintang Utara, Polaris bukanlah bintang yang paling terang tapi ia selalu diam di tempat dan tidak pernah berpindah, meski begitu Polaris akan selalu mudah dikenali dan akan selalu bersinar di langit Utara setiap malam.

Alur buku ini cukup lamban, rasanya kayak mengupas kulit bawang setiap part punya lapisan tersendiri, mulai dari perkenalan, coping with life, mencari impian, penjelasan masalah setiap karakter tapi aneh nya buku ini sangat page-turner, dan aku menikmati setiap lembarnya.

Baca buku ini tuh kayak lagi nonton film-film Jepang yang latarnya musim dingin, sambil baca aku tuh banyak Googling tentang tempat-tempat yang disebut dan itu bagus-bagus semua.

Overall aku suka sama buku inii, bukunya sangat heartwarming.

4.5/5
Profile Image for Melati Tegugur.
76 reviews3 followers
February 17, 2020
Kau tahu, di tengah derasnya hujan malam ini, aku ditemani oleh cerita yang begitu hangat. Kehangatan yang membuatku lupa bahwa malam ini begitu dingin. Sungguh, setelah membaca Polaris Musim Dingin aku kembali dihadapkan pada impianku.

Apakah hari ini impianku di masa lalu sudah tercapai? Apakah hari ini aku telah mengukir impian baru? Apakah impian yang aku tulis ketika tes masuk SMA sudah tercapai hari ini? Apakah tidak apa impianku menjadi Psikolog Pendidikan berubah menjadi Guru Bimbingan dan Konseling? Apakah aku benar-benar tidak pernah memimpikan menjadi guru padahal sekarang aku gencar sekali mencari lowongan di sekolah-sekolah? Apakah tidak apa kalau sekarang impianku hanyalah bisa hidup sendirian sebelum nanti aku memutuskan menikah dan hidup selamanya bersama 'orang lain'?

Selama membaca Polaris Musim Dingin aku terharu tapi tidak menangis. Tapi saat aku menulis ini, aku mencoba menahan air mataku. Mungkin setelah ini aku akan menulis ulang semua impianku. Aku ingin memperbaiki hidupku, yang baru aku mulai.

Ah, ini bukan ulasan sepertinya ya. Ini lebih seperti kesan-kesanku setelah membaca Polaris Musim Dingin.

Perjalanan. Ya, hidup ini memang perjalanan. Perpindahan dari satu titik ke titik lain. Menemukan hal-hal baru, belajar dari itu semua, dan menjadi kaya akan pengalaman. Tapi, karena hidup ini sebuah perjalanan. Maka akan selalu ada orang-orang yang datang dan pergi. Tidak ada orang yang benar-benar menetap. Kita harus selalu siap dengan perpisahan dan kehilangan.
Profile Image for Teguh.
Author 8 books261 followers
February 6, 2020
Ternyata kisahnya hangat di tengah latar yang dingin dan cuaca sekarang yang dingin. Entah mengapa saya seperti sedang menonton drama Jepang--nuansa dan cara tutur yang menurut saya bolehlah dianggap cukup Jepang, dibandingkan beberapa novel latar Jepang yang kebanyakan kerap sok dengan menambahkan banyak kata-kata Jepang.

Sebenarnya novel ini berkisah tentang bagaimana empat pemuda-pemudi yang "Ditemukan" sensei mencari dan mengupayakan impian masing-masing. Dan karakter Akari duh jadi ingat lead aktris kalau sering nonton drama Korea, dibucinin tapi nggak ngeh. Mungkin juga sebab Akari belum menemukan impiannya masing-masing. Satu adegan yang bikin saya menelengkan kepala adalah ketika sensei mengadakan ekshibisi lukisan--yang tampak heroik tapi sangat series tv sekali. (Tak apalah, aku juga suka).

Dan suasana Bistro punya Sensei, saya suka.

Ceritanya hangat dan nikmat diikuti.
Profile Image for Fakhrisina Amalia.
Author 14 books187 followers
January 4, 2020
Polaris Musim Dingin bercerita tentang Akari, yang melakukan perjalanan untuk kembali menemukan Sensei, seseorang yang selama ini menyelamatkannya dan sahabat-sahabatnya dari rasa putus asa, yang menghilang 8 tahun lalu dan kembali lewat surat-surat serta tiket kereta yang dikirimkan oleh orang yang tidak dikenal. Akari menelusuri perjalanan persis yang Sensei lakukan waktu itu, dan perjalanan itu membawa Akari pada kenangan-kenangan tentang Sensei, Shirokuma Bistro, Kyouhei, Misaki dan Ryuji. Akankah Akari berhasil menemukan Sensei pada akhir perjalanannya? Atau perjalanan itu justru membawa Akari pada penemuan yang lain?

***

Aku membaca pada malam hari, dengan niat baca sedikit lalu dilanjutkan besoknya, eh ternyata keterusan sampai tamat :")
Polaris Musim Dingin membawa nuansa yang berbeda dari buku-buku Kak Alicia Lidwina sebelumnya dan memberi efek berbeda pula. Kalau waktu membaca 3 aku merasa sesak dan muram, Unspoken Words merasa sedih dan menangis tujuh babak, Maybe Everything membuatku galau padahal yang digalauin juga nggak ada, Polaris Musim Dingin membawaku pada perasaan sepi dan dingin yang berangsur-angsur terasa hangat.

Impian adalah garis besar cerita dalam buku ini, dan banyak bagian yang dipaparkan terasa dekat. Merasa putus asa dan pengin menyerah? Pernah. Merasa sendirian dan nggak akan ada yang mau menerima di dunia ini? Pernah. Merasa nggak cukup baik melakukan hal yang disuka? Pernah. Merasa kehilangan seseorang yang awalnya merupakan bagian dari impian? Pernah *lah malah curhat* tapi semua yang pernah itulah yang akhirnya menjadikan membaca buku ini sebagai perjalanan yang hangat. Belum lagi deskripsi latar yang cucok (nggak ngerti lagi sih sama Kak Alicia Lidwina kalau udah urusan setting) dan bikin aku yang belum pernah ke Jepang dan cuma sering lihat Jepang dari unggahan toko sebelah bisa membayangkan kayak apa suasana di sepanjang cerita.

Jika ada hal yang kurang sreg buatku pribadi di dalam buku ini adalah aku belum bisa benar-benar memahami kenapa Akari bisa se-attach itu dengan Sensei dan bela-belain melakukan perjalanan panjang. Tentu, Sensei merupakan sosok yang penting dan berharga plus menyelamatkan hidup Akari. Namun, ada sesuatu yang terasa lacking dari kedekatan Akari dan Sensei yang, jika boleh disebut tanpa ada niat membandingkan, aku temukan di 3. Lalu, di awal, terus terang aku sempat mikir "is this Alicia Lidwina?" karena entah kenapa bab awal terasa berbeda (you'll know it when you used to read someone's writings and then there's something different). Dan, karena kita akan mengikuti perjalanan Akari dari awal sampai akhir, maka membaca buku ini kalau nggak sabar akan terasa "panjang". Tapi, semua hal itu bahkan nggak mengurangi rasa suka terhadap buku ini karena ketika aku sudah suka maka segala kekurangan akan menjadi tidak tampak ~~~ (ditampol)

TAPI LAGI, meski hubungan Akari - Sensei yang menjadi highlight dalam buku ini terasa kurang, kebalikannya, hubungan Akari dan Kyouhei sungguh bikin aku pengin mencintai seseorang gitu. Sepanjang cerita aku nggak berhenti fangirling ke Kyouhei dan bagaimana cara dia memperlakukan Akari yang sebenarnya nggak manis-manis amat tapi manis gitu (lah gimana). Pokoknya uwu sekali!!!

Last but not least, THE COVER THOOO. Apresiasi banget buat ilustratornya, dan untuk semua yang terlibat dalam pembuatan hingga penerbitan buku ini I would like to say thank you for this beautiful work.

Buat penulisnya, I'm ready for your next book ~~~
Profile Image for Rei Pusvita.
76 reviews8 followers
January 23, 2020
*Diedit karena dapet masukan dari temen Gutrits kalau review-ku susah dibaca*

Another masterpiece dari Kak Alicia.

Honestly, aku mo marah ke GPU karena liat postingan novel ini yang bilang terbitnya Senin lalu. Dan biasanya di Gramedia CL/CP/TA tuh ada ya dari Jumat, tapi aku tanya mbak-mbak dan mas-mas yang jaga, tapi ga ada di database mereka, bahkan ga tau juga tu mereka. Dulu si pernah juga kejadian kaya begini, tapi bukunya udah dipajang duluan gitu.

Eh ga lama, ada pemberitauan dari Kak Alicia kalau novel ini diundur terbitnya karena musibah banjir di Jakarta! RESE NI BANJIR! Shoohhhhh! Akhirnya aku titip Mom deh pas Jumat malem, dia kebetulan lagi di Central Park, sekalian titip dan ternyata ada novel ini dong. Ya capcuys aja ya, cyin...

Balik ke topik ya.

Mnurut aku, novel ini "tebel" bukan cuma dari halamannya doang, tapi juga dari perjalanan cerita kisahnya. Kita tuh seolah musti tabah membacanya, maksud aku ya kaya pelan-pelan gitu diresapi pas baca... ya biasa deh, signature dari tulisan Kak Alicia kayak gini (kaya di UW). Kalau yang cukup ringkas sih kaya waktu 3 ya.

Jadi bisa dibilang ini novel ketiga Kak Alicia yang aku baca.

Dan ini favoritku paling pertama. Keduanya Unspoken Words, trus baru deh 3.

Kenapa favorit?

Ga tau juga ya. Aku ngerasa related ama tokoh Akari-chan. Meski sebenernya aku bukan yatim piatu, tapi perasaaan minder dan ngerasain kalau diri kita tuh gak bisa apa-apa yang dialamin sama Akari-chan itu bikin hati aku tertohok. Perasaan itu ril banget. Belum lagi pas menyelami masalah Ryuji-kun dan Misaki-chan.... rasanya mo banget temenan sama mereka juga. Beneran deh aku ga boong...
:((((

Dan ya, beruntunglah ada Kyouhei-kun yang nemenin Akari-chan... AH bahas ini nanti dulu.

Intinya, cerita ini BAGUZ BANGET. Tapi saranku si ya mesti dibaca pelan-plan, dihayati. Kalo kata reviewer2 Gutriz, pace novel ini lamban (yang anehnya page turner banget). Tapi aku tetep suka, karena jadinya terasa banget deskripsinya. Terasa Jepangnya. Terasa dinginnya. Terasa kalo lagi di Pulau Hokkaido, terasa di Otaru sbagai setting. Tapi honestly aku tadinya ga tau loh Otaru tuh ada dimana. Terus googling deh, & trenyata sodaranya Sapporo. Bukan Pororo ya...... wkwk maap jayus. Dan mo banget liat kecantikan Otaru saat musim salju dengan mata kepala sendiri. Kak Alicia selalu juara saat bikin setting yang bukan tempelan kaya gini.

Akari-chan, Kyouhei-kun, Ruji-kun, dan Misaki-chan, ditinggal sama Sensei, pendiri rumah makan bernama Shirokuma Bistro. Disanalah terjadi banyak hal. Rasanya emang takdir yang mempertemukan mereka di rumah makan kecil nan hangat itu. Sensei di sini bukan kaya guru kalo kita baca komik-komik gitu ya ges, tapi sosok yg dihormati dengan petuahnya. Sosok yg bikin 4 sahabat itu belajar byk. Termasuk gw. Tau ga si aku smpet nangissssss... :____(((

Bagian soal mimpi yg harus dimiliki sama tiap orang, yang kata Sensei gitu. HUA... :( '
Krisis jati diri nih aku kayanya.... tp buku ini semacam obat yg bikin aku nangis kejer tapi jadi ttp kuat.... :( meski sensasinya beda sama novel pendahulunya, Unspoken Words.

Aku langganan Gramedia Digital, tapi harus beli novel ini coz mau dukung karya Kak Alicia. (Yang aku baca dan pahamin, penulis Indonesia tu cuma dapat royalti 10% dari harga buku, dan itu belum dipotong pajak). Ini harganya lumayan, tapi Kak Alicia cuma dapet 10.000-an belum dipotong pajak. MAKANYA KALO PENULIS FAVE MESTI DIDUKUNG!

By the way, Kyouhei-kun dan Akari-chan tuh kisahnya manis-manis getir gitu ya perjalanan cintanya. Aku dah jadi fans Kyouhei-kun nih. Mau dong satu di Jakarta, di Depok juga bolelah paling ga. Wkwkwkwkwkwkwkwkwkw.

Lagi-lagi masalah selera ya, aku sukak banget dan menurut aku ini amazing book si. Tapi nga tau deh kalo klean sama Maz Anang gimana. Ih jayus maning.

Pokoknya aku rekomendasiin buat yang lagi galau sama idup dan ngerasa ga punya tujuan. Seenggaknya, mata kalian bs terbuka dikit (moga ya, soale aku si kek gt).

Luv u, Kak Alicia!!!
Profile Image for Fatoni M.
288 reviews76 followers
July 24, 2021
Ketika membaca Laut Bercerita, aku suka sekali ceritanya, tapi gaya tulisannya membuatku cepat bosan. Ketika membaca buku ini, sebaliknya: gaya tulisannya aku suka sekali, tapi tidak ada yang menarik bagiku dari segi ceritanya. Sayang sekali.

Biasanya aku menikmati gaya tulisan seseorang melalui bagaimana mereka mendeskripsikan latar, mood, atau pikiran-pikiran tokohnya. Penulis buku ini tidak wah dalam deskripsi, tapi jago sekali dalam menyusun scene. Mayoritas scene di buku ini mudah untuk dibayangkan dan indah untuk diselami: berjalan berdua di bawah hujan salju, pertemuan di atap sekolah, berkereta berdua, dll. Kalau pernah nonton 5 cm per second, mood buku ini seperti itu: banyak diamnya, banyak merenungnya, tapi penuh dengan kegalauan.

Premis buku agak panjang untuk diceritakan. Ada seorang pemilik rumah makan yang disebut Sensei. Dia hobi menampung anak-anak yang bermasalah dalam hidupnya--ada 4 orang anak, salah satunya adalah narator buku ini, Akari. Suatu hari Sensei pergi meninggalkan mereka dan tidak kembali. Delapan tahun kemudian, datang surat untuk Akari dari Sensei yang berisi tempat-tempat yang dia kunjungi. Lalu dimulailah perjalanan Akari menyusuri tempat-tempat itu dan mencari tahu alasan Sensei meninggalkan mereka. Cerita kemudian berlanjut selang-seling antara peristiwa saat ini dan peristiwa ketika Sensei masih ada.

Terdengar menarik karena ada misteri besar yang menunggu jawaban. Ada misteri lain juga mengenai 3 orang anak lainnya karena di awal buku hanya ada narator sendirian yang melakukan perjalanan. Namun, setelah sampai akhir buku... jawaban misteri-misteri tadi sungguh biasa saja--ini di posisi aku tidak berekspektasi apa-apa dari awal buku.

Ada satu lagi yang membuatku tidak menikmati buku ini, bahwa aku tidak bisa berempati pada tokoh-tokohnya. Kalau bisa dikategorikan, nasib tokoh-tokoh di buku ini sebenarnya menyedihkan, bahkan ada yang tragis. Namun, aku tidak berempati pada mereka. Dari yang pernah aku baca penjelasannya, cerita itu lebih berdampak besar emosiya ketika digambarkan daripada dituturkan. Semua kisah tragis tokoh-tokoh di buku ini hanya dituturkan lewat dialog atau rangkuman peristiwa, sedikit sekali atau bahkan tidak ada yang digambarkan menjadi scene utuh bagaimana peristiwa itu terjadi. Contoh, peristiwa Tsunami 2004 hanya dituturkan lewat beberapa kalimat: "Aku kehilangan keluargaku hari itu. Air laut datang tiba-tiba. Hanya aku yang selamat." Datar sekali.

Terakhir, buku ini punya banyak pelajaran kok, khususnya soal bangkit dari keterpurukan--semua pelajaran dirangkum di surat terakhir bahkan. Aku rekomendasikan untuk yang suka anime atau karya-karya fiksi Jepang karena selain latar, gaya tulisan buku ini juga berasa banget Jepang-nya.
Profile Image for VEPL.
5 reviews
March 9, 2020
Novel-novel karya Alicia Lidwina selalu menarik perhatian saya dengan alur cerita maju mundur yang dilengkapi dengan detail-detail kecil nya (side story). Membaca “Polaris Musim Dingin” menambah wawasan saya mengenai kota kecil di Jepang yaitu Otaru yang bukan merupakan kota wisata mainstream seperti Tokyo, Kyoto, Osaka, dsb.

Yang saya suka dari novel ini (dan novel Alicia Lidwina yang lainnya) adalah setiap karakternya memiliki sisi positif dan negatifnya tersendiri. Lebih “manusia” menurut saya ketimbang cerita dengan tokoh yang fix antagonisnya/protagonisnya.

“Polaris Musim Dingin” sukses membuat saya penasaran akan misteri yang terkandung didalamnya, meskipun lebih light daripada novel Alicia Lidwina yang berjudul “3 (Tiga)”. Kisah cinta yang terkandung didalamnya tidak “cheesy”, lebih memfokuskan pada tema persahabatan yang kuat namun tetap “membumi”. Sebuah novel yang memberikan sisi lain bagi para remaja yang merupakan target pembaca novel ini. Bravo untuk Alicia Lidwina.
Profile Image for Yonea Bakla.
226 reviews27 followers
February 24, 2020
Sejak pertama melihat cover novel ini di web gpu.id aku langsung naksir! 😍😍😍 Dasar aku, lemah pada buku sampul cakep. Apalagi ini biru langit malam dan salju. Otomatis masuk wishlist.

Hal lain yang membuatku tertarik membaca buku ini karena kak Alicia mengambil setting di Otaru, sebuah kota kecil di bagian utara Jepang, yang jarang kutemui di novel lain. I mean, tentu mudah menemukan novel dengan setting lokasi Tokyo, Kyoto, Fukuoka, Hokkaido, Sapporo, tapi Otaru? Baru kali ini kayaknya.

Otaru adalah kota kecil di Hokkaido, yang memiliki kanal yang cantik. Tapi biasanya para turis yang berkunjung ke Hokkaido memilih mendaki Fuji-san atau ke Sapporo saja.

Yah, walaupun belum pernah membaca buku penulis sebelumnya, aku tidak ragu untuk mencoba. Apalagi setelah melihat ulasan buku-buku sebelumnya yang cukup bagus di goodreads.com

❓Sekuat apa ikatan Akari-chan dengan Sensei? Siapakah Hironobu Gen-san?

Sejak baca halaman pertama, aku sudah penasaran dan gak sabar baca sekali duduk. Tapi apa daya, cuma bisa baca pas malem aja dan akhirnya selesai dalam seminggu.

Penulis menggunakan pov 1 Higashino Akari. Sejak awal kita bisa merasakan sepinya hidup Akari sebelum bertemu Sensei, perempuan paruh baya pemilik kedai Shirokuma Bistro.

Ini tipe bacaan yang cocok banget sama aku. Diksinya bagus, plotnya rapi, alurnya maju-mundur bikin geregetan, dan tokoh-tokohnya berasa hidup. Deskripsi lokasi, budaya, dan waktunya lumayan detail, benar-benar memanjakan orang visual. Pengen banget ke Jepang!

Ulasan selengkapnya di blog https://pharmacistjournalist.wordpres...
Profile Image for Syifa Zakiah.
42 reviews11 followers
May 13, 2021
"Sebuah bintang tidak akan pernah bisa melihat cahayanya sendiri, Akari, yang akan dia lihat hanyalah bintang lain nun jauh di sana, sementara cahayanya sendiri tidak akan pernah dia lihat..."
Hal 137

The best Japan-lit i've read 😭
.
.
.
Profile Image for Angela.
22 reviews54 followers
April 12, 2020
Hal pertama yang buat aku suka sama buku ini adalah covernya. Biru, salju, dan malam. Cantiik. Suasana 'dingin' nya berasa. Tapi siapa sangka kalau di dalamnya itu 'hangat'? Kayak dapat pelukan dari orang terdekat.

Hal kedua yang buat aku suka —dan tanpa ragu buat ngabisin buku ini— adalah isinya.
Tidak peduli betapa kuatnya diri kalian sekarang, nanti pasti akan datang rintangan demi rintangan yang akan menguji keteguhan kalian. Akan datang lagi hari-hari ketika kalian akan mempertanyakan alasan kalian untuk hidup.
Tapi selama kalian punya harapan, selama kalian punya impian, kalian tidak akan kalah.
(hlm. 241)

Entah emang relate atau gimana aku berkaca-kaca bacanya. Dari situ aku tau kalau buku ini emang 'selera' ku.

Singkatnya isi buku ini bercerita empat orang sekawan (Kyouhei, Akari, Ryuji, Misaki) —yang ketemunya satu-satu dengan persoalan masing-masing— yang dipertemukan oleh Sensei di Shirokuma Bistro. Sensei yang bisa memahami mereka, sensei yang bisa kasih masukan tentang persoalan yang mereka punya, dan sensei yang bisa buka pandangan mereka soal mimpi yang layak diperjuangkan. Dari sensei mereka belajar, berani punya mimpi, berani ngejar mimpi dan berani ngejalani hidup. NANGESS GAKTUH?? ;;___;;

Terus yang aku suka juga latar ceritanya itu di Otaru, Jepang. Jujur, karena baca buku ini aku jadi tau ada kota di Jepang namanya Otaru dan cantiiknya poll (setelah googling:D)

Kayaknya aku bakal baca buku ini lagi kalau-kalau pengen 'diomelin' sensei hahahah

Hiduplah untuk satu hari lagi. Berjuanglah untuk satu hari lagi. Tidak perlu satu tahun. Tidak perlu satu bulan. Fokuslah untuk berjuang satu hari lagi. Kemudian satu hari lagi. Dan seterusnya. Kau akan sadar kalau hidup ternyata tidak seburuk yang kau kira.
Profile Image for Stella_bee.
429 reviews12 followers
January 28, 2020
Buku lokal pertama yang diselesaikan di 2020. Tidak terasa lokal-nya :) malah dengan genre Slice of Life dan setting Jepang, buku ini lebih terasa seperti J-lit yang memang merupakan salah satu genre favorit aku.
Cerita yang diusung pun tidak mengecewakan, malahan menurutku buku ini merupakan karya terbaik (so far) yang pernah aku baca dari pengarang Alicia Lidwina
Walaupun bersetting musim dingin, namun dengan caranya sendiri, buku ini mampu menghangatkan hati pembacanya.
Berkisah mengenai mereka yang mencari serta berjuang menemukan impiannya membuatku bertanya-tanya apa impianku di dunia ini yang belum terwujud setelah menutup halaman terakhir kisah yang menyejukkan hati ini...
Profile Image for Lila Cyclist.
742 reviews60 followers
March 19, 2020
Kisah dengan latar belakang musim dingin di Jepang ini berjalan lambat layaknya drama-drama Jepang. Sekilas saya teringat satu film drama berjudul The Miracles of The General Namiya Store. This semi fantasy movie revolves around young men who were lost but then found themselves in an old store. The owner named Namiya was long gone when they arrived in the store but the miracles of the story remains. The difference between the novel and the movie is just the one who lead those lost in their ways. In this case, Akari, Ryuji and Misaki.

Lama ditinggal nulis review, ditengah tengah, tahu2 switch ke bahasa Inggris. Ini gimane critanyeee 😅😅😅

Review lengkap ada di https://justaveragereader.blogspot.co...
Profile Image for Bethari.
35 reviews1 follower
October 6, 2020
"Hiduplah untuk satu hari lagi. Berjuanglah untuk satu hari lagi."

Pertemuan yang tak disengaja di sebuah restoran bernama Shirokuma Bistro itu mengubah hidup Higashino Akari. Pada hari yang bersalju itu, Akari baru saja diberhentikan dari pekerjaannya sebagai pramusaji di sebuah restoran cepat saji. Akari kehilangan kesempatan pertamanya sebagai karyawan tetap setelah berulang kali berganti pekerjaan paruh waktu. Namun, hidup memang unik. Kedatangannya di Shirokuma Bistro mempertemukannya kembali dengan Kitagawa Kyouhei, teman SMA Akari. Pertemuannya dengan Kyouhei membawanya mengenal sosok Sensei―pemilik Shirokuma Bistro―yang tanpa diduga mampu mengubah hidup Akari.

Sejak hari pertemuannya dengan Kyouhei dan Sensei, Akari yang kemudian menjadi pelayan di Shirokuma Bistro perlahan merasakan kehidupannya membaik. Sensei lebih dari sekedar bos bagi Akari, namun ia adalah seseorang yang telah menyelamatkan hidupnya. Hari terus berjalan dan membawanya mengenal Ryuji dan Misaki, bahkan bersahabat dengan mereka dan juga Kyouhei. Akari merasakan kebahagiaan yang baru dalam hidupnya, hingga suatu hari Sensei mempertanyakan apa mimpi yang ia, Kyouhei, Ryuji, dan Misaki miliki. Tak lama setelah Sensei membicarakan tentang impian kepada Akari dan ketiga lainnya, Sensei memutuskan untuk pergi menempuh sebuah perjalanan panjang. Sebuah perjalanan yang Akari dan Kyouhei juga tempuh beberapa tahun kemudian setelah kepergian Sensei. Tentu untuk menemukan sang penyelamat yang telah lama menghilang.

Membaca Polaris Musim Dingin merupakan sebuah pengalaman membaca yang tidak akan terlupa karena ini pertama kalinya aku meneteskan air mata begitu banyak saat membaca buku. Alur maju-mundur yang mengalir mampu menghadirkan kesedihan dan kehangatan secara bergantian. Novel ini memperlihatkan realita kehidupan yang keras; kehilangan sosok orang tua sejak kecil, persepsi yang keliru dari orang lain, tuntutan bertahan hidup, hingga tantangan mencari impian. Walaupun begitu, ada kehangatan yang juga aku rasakan saat membaca Polaris Musim Dingin, terlebih melihat bagaimana karakter Sensei digambarkan. Aku mendapatkan optimisme untuk selalu berusaha bertahan hidup dan tidak ragu untuk menentukan impian dari sosoknya.

Tidak ada karakter yang digambarkan sempurna dalam novel ini, bahkan Sensei sekali pun. Masing-masing tokoh berjuang melawan kesedihan dan untuk bangun dari kegagalan dengan saling menguatkan, dan itulah yang aku sukai dari novel ini. Sulitnya menemukan dan menentukan impian bagi sebagian orang juga menjadi hal yang disorot di sini.

Aku sangat menikmati halaman demi halaman yang aku baca untuk mengikuti perjalanan hidup seluruh tokoh. Sebuah buku fiksi yang menyiratkan pesan semangat di kala mengalami kesulitan. Polaris Musim Dingin, salah satu novel terbaik yang aku baca di tahun ini.

Profile Image for Afifah.
393 reviews15 followers
May 30, 2020
Buku ini punya atmosfer yang agak mirip dengan 3 di bagian awal. Tapi makin ke belakang, kalo 3 semakin dingin, buatku di buku ini justru semakin menghangat. Aku jadi semakin sering tersenyum dan kisahnya juga semakin heartwarming.

Dari awal sebetulnya sudah bisa menebak akan seperti apa akhir perjalanan di buku ini. Tapi itu sama sekali tidak mengurangi rasa sukaku dengan buku ini dan kisah di dalamnya.

Kalau ada yang kurang dari buku ini... mungkin Tapi that's it. Selebihnya aku sangat menyukai buku ini dan kisah di dalamnya. 4.5 dari 5 bintang :D
Profile Image for Antonius Kosasih.
61 reviews9 followers
June 16, 2020
3.5 / 5

Narasi buku ini sangat rapi, alur juga sangat enak dibaca, nuansa keseluruhan buku sangat gloomy, mungkin karena settingnya juga di Otaru saat musim dingin. Saya lebih cocok dengan buku pengarang yg sebelumnya saya baca yaitu 3 (Tiga) , lebih ada genre misteri tragedi nya, kalau yang ini benar2 drama, slice of life dan romance. Saya cukup kaget bisa menyelesaikan buku ini setelah tau genre inti nya, plus geregetan sama tokoh utama juga, mungkin karna narasi nya yang sangat baik dan setting lokasi yang digambarkan dengan sangat baik.
Profile Image for cindy.
1,979 reviews143 followers
February 28, 2020
TG IT WAS A HAPPY ENDING!!

Setelah bersedih-sedih sepanjang buku, cemas karena sbnrnya sdh menduga apa yg terjadi pada sensei, gemes pada hubungan akari-kyou, (lalu teringat pada ending cerita2 sblmnya dr si mba pengarang ini), endingnya bikin pengin tereak... ah, aku hepi. Novel ini langsung masuk jd salah satu novel favku.

Gak perlu ripiu, itu surat terakhir dr akari ke sensei sdh merangkum semuanya.

#GD
Profile Image for Ra..
39 reviews12 followers
January 4, 2023
SEMUA HARUS BACA POLARIS MUSIM DINGIN!!!!!! Such a VERY heartwarming story 🥺
Profile Image for Dhani.
257 reviews15 followers
January 27, 2020
Sebuah kisah tentang Sensei, suluh bagi 4 remaja" bermasalah".Sebuah kisah yang menghangatkan hati, dengan caranya
Profile Image for Syifa L.
235 reviews85 followers
February 5, 2022
“Hiduplah untuk satu hari lagi. Berjuanglah untuk satu hari lagi. Setiap kali kau takut untuk menghadapi kehidupan ini, ingatlah kalau kau tidak perlu memikirkan apa yang akan terjadi dalam seminggu, sebulan, atau setahun lagi. Hidup akan terus menemukan cara untuk membuatmu terjatuh, dan terkadang rasanya akan sulit sekali untuk mencoba percaya pada dirimu sendiri; percaya kalau kau bisa melalui semua ini. Cobalah untuk hidup satu hari lagi.”


Harap diketahui bahwa tulisan di bawah ini sama sekali bukan ulasan, melainkan curhat.

Semenjak baca debut novelnya '3 (Tiga)', Alicia Lidwina langsung menjadi salah satu penulis yang karyanya selalu kunanti dan kubaca. Karena itulah ketika mendengar kabar rilis 'Polaris Musim Dingin', aku tidak sabar ingin segera meluncur ke toko buku. Sayangnya, di hari terbitnya (6 Januari), ternyata buku ini belum ada di rak mana pun. Kucari di database juga nihil. Kutanya staf toko, mereka bilang kosong. Lalu kuusahakan lagi mencari di toko buku lain, masih belum dapat juga. Sempat terpikir untuk menunggu di sana sampai malam (barangkali stoknya udah ada di gudang tapi belum dipajang, haha) tapi akhirnya nyerah juga. Barulah keesokan harinya dapat kabar langsung dari penulisnya bahwa distribusi buku ini diundur seminggu karena banjir 😢
Akhirnya saat seminggu kemudian kembali ke Gramedia, mataku langsung tertuju ke sampul biru-putih yang ada di baris terdepan rak 'new arrival' dekat pintu masuk. Aku langsung menghela nafas lega. Pegawai Gramedia nya sadar itu dan bertanya, "Udah lama cari bukunya ya, mbak?" 😆

Intinya adalah, ekspektasiku terhadap buku ini sangatlah tinggi, dan aku sungguh lega karena semuanya terpenuhi.
Profile Image for Sherly Amelia.
13 reviews
April 4, 2020
Bagus banget ceritanya, sampe ga ada yg di skip halamannya. Ikut sedih di beberapa bagian ;(. Cinta tidak selalu membahagiakan. Kau akan merasa sakit. Kau akan merasa kesepian. Kau akan menjadi orang paling hebat di dunia, lalu pada detik berikutnya kau akan merasa tidak berdaya.
Profile Image for Kursi Seimbang.
138 reviews22 followers
August 11, 2021
Polaris Musim Dingin adalah karya kedua Alicia Lidwina yang kubaca setelah Unspoken Words. Rasanya familiar, cara Alicia Lidwina menuliskan buku-bukunya benar-benar khas dan terasa dingin juga hangat di saat yang bersamaan: terutama di Polaris Musim Dingin.

Potongan rangkaian peristiwa bergantian disajikan dengan beberapa kilas balik yang mengungkapkan tiap-tiap lapisan yang membuat hubungan Akari, Kyouhei, Ryuji, Misaki, dan Sensei sedekat itu dan memberi empat pemuda sesuatu yang sangat berharga.

Di novel ini, perjalanan adalah kunci utamanya. Tiap-tiap karakter memiliki perjalanan mereka sendiri. Aku pribadi sangat puas dengan hal ini. Suka bangeeet!

Selain itu, aku juga suka bagaimana Alicia Lidwina menyuratkan bagaimana kuatnya kekuatan kalimat yang diucapkan dengan penuh kasih sayang, bagaimana kebaikan hati seseorang tidak akan pernah terlupakan, juga bagaimana impian memengaruhi hidup seseorang.

Kemudian aku tersadar bahwa ini bukan saja merupakan perjalanan Sensei.
Ini merupakan perjalananku, juga perjalanan Kyouhei.
Perjalanan mencari Sensei—polaris musim dingin kami yang hilang.


Kira-kira sepert itu, hehe.
Profile Image for Windya Puspa Faradisa.
145 reviews16 followers
July 6, 2020
Took 3 months to finish. I found myself trying to keep going because i was in reading slump phase at that time.
Perjalanan sendu di tengah musim dingin tapi menghangatkan hati. Perjalanan mencari impian. Perjalanan mencari kebahagiaan. Perjalanan untuk menerima kehidupan, untuk mencari jati diri dan berjuang untuk hidup satu hari lagi. Di tengah perjalanan itu semua, kita belajar untuk tidak menyerah, untuk mengasihi, untuk menyayangi satu sama lain.
Profile Image for Ria.
121 reviews22 followers
May 1, 2020
Tamat dalam satu setengah hari. Bagian awalnya sedikit membuatku ngantuk dan akhirnya ketiduran haha. Tapi begitu mengerti apa permasalahan dalam buku ini aku jadi bersimpati pada Akari.

Novel ini cukup berbeda dari novel Alicia Lidwina sebelumnya. Lebih hangat walaupun setting cerita yang diambil adalah musim dingin.

Sama seperti keempat pengembara Shirokuma Bistro, aku pun berterima kasih pada Sensei karena nasihat nasihatnya :)

Teruntuk penulis dan siapapun yang baca tulisan ini: Kau hebat.

Review lengkap ada di mari https://keburuhujan.wordpress.com/202...
11 reviews
January 20, 2020
Honestly bingung dengan keterangan tahun dalam buku ini. Lima, tujuh, atau delapan? Jadi, saya anggap sama rata antara lima tahun plek atau delapan tahun plek.

Yang jelas, saat membacanya ada banyak bagian yang membuat saya terenyuh dan bergeming seketika. Kadang, saya menjadi Akari. Kadang, saya menjadi Kyouhei. Tidak jarang, saya menjadi Ryuji maupun Misaki. Tak dinyana, bahkan menjadi Sensei...

Penasaran kehidupan apa yang dirasakan Alicia sampai bisa membuat cerita seperti ini.
Profile Image for Rarasati A. .
40 reviews
July 27, 2021
"Kalau kau gagal, tertawalah. Itu adalah tanda kalau kau memang benar-benar hidup. " -Halaman 103

Rating 4.5/5 🌟

Buku ini bukan buku yang ada di wishlist gue, belinya karena lihat di toko buku dan tiba-tiba tertarik. Walau buku ini bukan wishlist, tapi gue sama sekali enggak nyesel pas beli dan baca. Plot yang disajikan lumayan sederhana dan endingnya juga biasa. Tapi hal yang bikin buku ini punya kesan tersendiri di gue adalah cara penulisan authornya, pesan hidup, dan latar cerita yang dijabarkan dengan baik. Author bisa bikin pembaca ngerasain dinginnya Otaru, tapi disaat bersamaan merasakan hangatnya hubungan keluarga yang diciptakan orang-orang asing. Jujur 'vibe' Shirokuma Bistro itu hangat banget. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini sih, terutama untuk tetap hidup dan berjuang satu hari lagi.

Hal lain lagi yang gue suka adalah karakternya. Mereka punya sisi gelap masing-masing dan cerita tersendiri yang bikin mereka 'nyambung' dengan sensei dan penghuni Shirokuma Bistro lain. Ah, hangat banget pokoknya! author you're doing well! ✨
Profile Image for Kokofish.
11 reviews
March 16, 2023
Jujur, aku suka banget novel ini. Aku mulai membaca bulan ini setelah berhenti sejak SMP. AKu sangat bersyukur aku memilih novel ini. Satu-satunya alasan kenapa aku tidak nge-rate ini 5 bintang. menurutku, karakter Misaki dan Ryuji masih punya banyak potensi. Si senseinya juga. Aku mengerti kenapa masalah mereka tidak di bahas secara dalam. Karena novel tersebut di sudut pandang Akari dan format timeline maju dengan berbagai flashback. Saya juga suka sekali hubungan antara Akari dan Kyouhei. Mereka merupakan pilar emosional bagi satu sama lain dan aku suka banget hubungan sehat itu. Saya berharap, Alicia Lidwina membuat sequel dari novel ini!
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Devi Diana.
14 reviews
February 13, 2020
tidak pernah kecewa dengan buku buku Alicia.
kekeluarga yang begitu sangat terasa, kebersamaan yang selalu menjadi kenangan indah yang tidak akan pernah terlupakan.

Alicia mampu membawa saya juga ikut merasakan hangatnya Shirokuma Bistro, dan rasa takut ketika pe rjalanan sudah hampir sampai pada tujuannya. Novelnya yang sangat bagus.
Displaying 1 - 30 of 95 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.