Jump to ratings and reviews
Rate this book

69 Things To Be Grateful About Being Single

Rate this book
69 adalah angka yang sering dikaitkan dengan posisi seksual, namun angka itu juga adalah taijitu, yaitu simbol dari yin dan yang, yang mewakili konsep berlawanan untuk mencapai kesimbangan. Segalanya memiliki pasanan yang merupakan lawan dari dirinya, atas-bawah, terang-gelap, maskulin-feminin, dan sebagainya. Menjadi lajang—di dunia yang menggadang-gadang orang berpasangan—kerap tak mudah karena sering dianggap sebagai suatu kekurangan atau bahan tertawaan. Buku ini adalah hadiah bagi perempuan lajang, sebuah ajakan untuk tersenyum, berkontemplasi, dan juga menertawakan diri sendiri. Being single is not always happy, but there`s always something to be grateful.

144 pages, Paperback

First published September 18, 2017

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Feby Indirani

16 books47 followers
Feby Indirani, Journalist and Writer, started to write since elementary school, beginning with a diary. When in high school, she got 2nd place in an essay contest for teen organized by Gadis magazine, and was actively involved in a school publication. She went to Universitas Padjadjaran, majoring in journalistic, and joined djatinangor student publication. Feby won an Essay Writing Competition for Students in 2001, organized by Toyota Astra Foundation. Late 2002, she received a grant from the Asia Foundation and the Study Center for Religion and Civilization (PSAP) Muhammadiyah, through a call for papers on Women and Muhammadiyah.

May 2003 through June 2004, Feby worked as a reporter in Trust magazine. July 2004, Feby joined the Tempo Group when the organization started reactivating Tempo Center of Data and Analysis (PDAT). As a team, the PDAT published three books with Feby involved as writer. Among the titles is Ahmadiyah: Keyakinan yang Digugat (A Faith Accused), where Feby joined in a research trip to an Ahmadiyah village.

August 2006 through April 2011, Feby worked as a journalist in Business Week Indonesia (recently renamed as Bloomberg Businessweek Indonesia). Feby has published several works, started by a novel titled Simfoni Bulan (Bulan’s Symphony 2006). She also wrote two film-adaptation novels, a novel adapted from a lyric of a song, and a how-to on modeling. No, she never actually had a try at modeling, but she did systemize and codify the experience of Arzetti Bilbina, an Indonesian top model.

One of her book is titled I can (not) Hear: Journey of a Hearing-Impaired to a World of Sounds. was featured in the Kick Andy TV show in October 2009, and won the Anugerah Pembaca Indonesia Award 2010 from Goodreads Indonesia in best non-fiction.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
8 (8%)
4 stars
11 (11%)
3 stars
33 (35%)
2 stars
36 (38%)
1 star
5 (5%)
Displaying 1 - 30 of 46 reviews
Profile Image for Hestia Istiviani.
897 reviews1,460 followers
September 23, 2017
Promosi yang digencarkan untuk buku ini cukup efektif. Terbukti, jika mencari di kolom pencarian media sosial Twitter dengan tagar tertentu, maka akan muncul hasil kicauan warganet tentang bahagianya mereka menjadi seorang lajang. Hal ini sebagai bentuk perlawanan akan bagaimana sebagian besar masyarakat kita masih saja mendiskriminasikan mereka yang masih lajang ataupun yang memilih untuk melajang.

Tetapi, buku ini bukan dari kicauan tersebut. Feby Indirani sudah memiliki gagasan tersebut. Dalam pengantar, ia pun menuliskan bahwa buku ini adalah hadiah untuk para lajang, dan tidak ada yang salah dengan hal itu. Feby Indirani mengajak Emte untuk berkolaborasi. Mempercantik bukunya itu dengan ilustrasi khas Emte. Jadilah, sebuah buku yang rasanya terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Sebagaimana dituliskan dalam judul, buku ini berisi 69 hal tentang menjadi lajang yang perlu disyukuri oleh mereka. Sekaligus menjadi sebuah energi positif untuk mereka yang kerap dijadikan bulan-bulanan oleh sekelilingnya. Feby Indirani menuliskan itu semua dengan lugas, terus terang. Membuat pembaca yang bahkan sudah menikah, bisa saja memiliki pendapat berbeda (dengan pembelaan bahwa menikah adalah ....). Ya, bagi beberapa orang tulisan-tulisannya cukup provokatif.

22. Lajang umumnya berpenampilan lebih menarik ketimbang yang sudah menikah


Yang seperti itu misal, bisa menimbulkan pendapat bahwa dirinya yang sudah menikah pun juga tetap berpenampilan menarik. Menarik untuk siapa lagi kalau bukan untuk pasangan supaya ia memiliki istri seperti dirinya itu.

Memang, tidak semua kontennya bisa memicu ujaran-ujaran seperti di atas. Ada pula, tulisan yang memotivasi para lajang.

61. You know you have a standard and you don't sell yourself short.


Dengan kata lain, Feby ingin menyampaikan bahwa menjadi lajang karena mereka memiliki standar sendiri dalam memilih pria merupakan hal yang tidak perlu dipikirkan. Feby mengajak pula pembaca untuk memahami bahwa setiap orang punya cara pandangnya sendiri dalam memilih pasangan, yang juga termasuk mengapa mereka memilih untuk melajang.

Sayangnya, konten yang diterbitkan berwarna ini lebih banyak memicu pemikiran-pemikiran bahwa wanita yang sudah menikah, didefinisikan oleh kondisi pasangannya. Ambil contoh yang seperti ini:

27. You don't let anyone define who you are

Lazim terjadi di masyarakat kita, perempuan didefinisikan berdasarkan status hubungannya. Nyonya Jaka, padahal namanya Ratna. Nama seorang perempuan yang sudah disandangnya puluhan tahun bisa luntur begitu saja setelah ia menikah.....


Tidak bisa dipungkiri, begitulah keadaan yang ada di Indonesia. Di masyarakat kita. Akan tetapi, mereka yang sudah menikah pun tetap bisa mendefinisikan siapa dirinya tanpa bergantung dengan pasangannya. Menjadi wanita mandiri dan utuh yang tidak akan luntur oleh status hubungannya.

Padahal, buku ini bisa menjadi sebuah buku "motivasi" untuk mereka yang melajang supaya lebih terdorong untuk mengeksplorasi dirinya tanpa harus "meledek" pihak lain.
Profile Image for Aya.
395 reviews749 followers
March 5, 2018
Bagi kalian yang sudah menikah sebaiknya jangan baca buku ini kalau ga mau merasa tersinggung :D

Gue kurang setuju dengan pemilihan kalimat yang digunakan penulis. Membela satu golongan dengan menjelekkan golongan lain sepertinya bukan cara yang sehat untuk dibagikan ke khalayak.

Sekarang gue ngerti kenapa salah satu temen booktuber kurang setuju. Karena gue juga merasakan hal yang sama. Akan lebih baik kalau penulis lebih menggali fakta-fakta lain untuk disodorkan dibanding menjelekkan golongan yang sudah menikah, karena kita ga bisa pukul rata semua orang akan bersikap seperti itu.

Ilustrasi-nya sendiri bagus banget. Sayang, tidak dibantu dengan narasi yang menguatkan.
Profile Image for Wardah.
816 reviews158 followers
October 18, 2017
Dari judul, saya berharap mendapatkan banyak tips atau kegiatan postif yang bisa dilakukan seorang lajang. Memang saya menemukannya, seperti bisa menghabiskan waktu bersama orang tua, menyalurkan hobi, tidak perlu terjebak pada hubungan yang tidak sehat (tentu saja saya setuju banget), dll. Ditambah dengan ilustrasinya yang SUPER CANTIK, buku ini jelas cantik bangetlah.

Sayangnya, banyak juga konten yang membuat saya mengernyit.

Ada konten yang bagi saya absurd banget, yaitu jadi lajang bisa kentut sesukanya. Lha emangnya kalau udah punya pasangan nggak bisa? Saya mah emoh banget kalo punya suami yang nggak ngebolehin saya kentut di depannya. Itu absurd banget! Kentut kan fitrah. Masa kudu ditahan dulu terus ngacir ke kamar mandi? Sangat tidak efisien!

Konten lain yang tidak saya suka adalah konten-konten yang menyudutkan mereka yang sudah berpasangan. Semacam "Hei, kamu lajang, bisa ngelakuin ini-itu tanpa harus ngurusin anak/suami/mertua/keluarga ipar/dll kayak mereka yang udah punya anak/suami/mertua/keluarga ipar/dll". Kenapa harus membandingkan kebahagiaan dengan mereka yang memilih jalan yang berbeda?

Saya percaya kita, perempuan apalagi, bisa mendapat kebahagiaan tanpa harus punya pasangan. Saya bisa mendapat kebahagiaan dari es krim yang sesukanya saya beli, buku-buku yang saya baca, hobi-hobi saya yang lain. Terlepas dari banyaknya orang yang sudah bertanya "kapan" pada saya, pada akhirnya saya selalu percaya bahwa bahagia berasal dari dalam diri sendiri.

Nah, ada yang berpendapat bahwa kebahagiaan akan bertambah ketika sudah punya pasangan. Ada juga yang tidak ingin memiliki pasangan, yang saya yakin punya alasan dan pilihan sendiri. Namun, apakah menyerang pihak yang berbeda pendapat bisa membuat kita semakin bahagia? Saya tahu sebagai lajang, kita sering diserang, dinyinyirin, dibilang tidak bahagia kalau belum punya pasangan. Akan tetapi itu bukan alasan untuk menyerang balik mereka yang sudah berpasangan, kan?

Saya kecewa berat pada banyak konten di buku ini. Saya berharap mendapatkan banyak usul kegiatan positif yang bisa saya kerjakan sebagai seorang lajang. Sayangnya, hal itu tidak saya dapatkan sama sekali.

Satu bintang tetap saya persembahkan untuk ilustrasinya yang cantik!
Profile Image for Nisa Rahmah.
Author 3 books98 followers
October 11, 2017
Pada kodratnya, seorang wanita akan menjalani tiga fungsi sosial, yakni sebagai anak, sebagai istri, dan ibu. Namun kenyataannya, tidak/belum semua orang mendapat kesempatan untuk menjalankan tiga fungsi tersebut. Ada beberapa wanita yang memilih untuk tetap sendiri dengan berbagai macam pertimbangan. Ada pula yang memiliki niat untuk berumah tangga dan menjalankan ketiga fungsi itu secara bersamaan, tapi belum menemukan jodohnya. Dan ada yang sedang menjalani ketiganya. Ada di posisi mana pun seorang wanita, tentu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Selayaknya sebagai makluk sosial, seseorang tidak berhak mengomentari posisi dan kondisi seseorang lainnya. Bukankah idealnya demikian?

Namun, tentu pada realitanya, banyak sekali orang di luar sana yang mendiskreditkan seseorang yang masih lajang di usia produktif pernikahan. Sementara teman sebaya sudah memiliki momongan dalam bilangan satu, dua, atau bahkan tiga, dia masih saja sendiri. Entah karena pilihan, atau memang belum menemukan the right one, atau sudah berpisah dari pasangan. Lantas, sebagai "tersangka", apa yang seharusnya wanita itu lakukan? Apakah menyinyir balik ke orang yang mengata-ngatai si lajang dengan memberikan rentetan (kemungkinan) kekurangan yang ada pada posisi si penyinyir?

Ehem, sebagai seorang yang lajang yang beberapa tahun lagi berkepala tiga, saya tentu sering mendapatkan pertanyaan atau bahkan pernyataan nyinyir tentang status yang belum menikah-menikah juga. Awalnya memang panas, tapi lama-kelamaan jadi biasa saja. Kalau ditanya kapan nikah, jawab aja dengan santai, "Kalau bukan hari Sabtu, ya Minggu," sambil kibas tangan dengan anggun. Biasanya mereka yang bertanya itu tidak sedang kepo, mungkin hanya mencari bahan pembicaraan saja. Jadi, jangan terlalu dipikirkan. Hidup kita terlalu berharga untuk menanggapi hal-hal kontraproduktif yang demikian. Benar, kan? Setuju? Setuju saja deh.

Lantas, sebagai seorang single yang (sebenarnya nggak butuh-butuh amat) ingin mendapat "penguatan" alias "dukungan" dengan posisinya yang masih lajang, muncullah ekspketasi saat hendak membaca buku ini. Apakah isinya akan memberikan penyemangat atau setidaknya membuat menjadi grateful akan status single tersebut? Semacam to do list agar bahagia, atau kiat-kiat menghadapi tetangga usil yang selalu kepo dengan kehidupan percintaan kita (tapi tentu dengan cara yang elegan)? Nyatanya, saya tidak mendapatkan kesan itu setelah membacanya. Yang saya temukan dalam buku ini, justru kalimat "motivasi" yang menjurus pada menyerang wanita lain yang tidak lajang. Bahwa orang yang masih sendiri bisa nge-flirt pria tampan yang naksir kita, bahwa wanita lajang hidupnya bebas; bebas ngentut tanpa harus malu, bebas tidur semaunya, bebas menentukan hidup, bebas membelanjakan penghasilan, dan lain-lain. Ada pula pernyataan tentang wanita lajang lebih cantik ketimbang yang tidak lajang.

Saya jadi bingung, buku ini mau di bawa ke mana. Ada bagian yang nyinyir wanita berkeluarga, tapi di sisi lain sedih (dan terkesan iri) dengan kehidupan mereka. Dan ujung-ujungnya, berharap menemukan seseorang untuk mengakhiri masa lajang. Jadi... bagaimana?

Walaupun ada bagian-bagian yang membuat saya mengerutkan dahi, tapi ada poin-poin yang harus saya sepakati juga. Misalnya tentang beban tanggung jawab yang terbatas pada diri sendiri, bebas karena merasa masih sendiri, bebas menentukan pilihan, bebas mengeksplorasi banyak hal yang mungkin akan terhambat saat berkeluarga nanti. Meskipun, jangan lupa, walau seseorang itu masih lajang, dia juga sedang menjalani peran sebagai anak dari orangtuanya. Satu lagi. Ilustrasi dalam buku ini... JUARA! LIMA JEMPOL UNTUK ILUSTRASINYA YANG CANTIK <3

Pada akhirnya, saya menutup ulasan ini dengan sebuah kalimat:

"Majulah tanpa menyingkirkan orang lain, naiklah tinggi tanpa menjatuhkan orang lain, berbahagialah tanpa menyakiti orang lain."


Mari kita berbahagia bersama, kurang-kurangilah menyindir kehidupan orang lain (yang kita tak tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan kehidupan mereka). Yang memilih untuk lajang, berbahagialah. Yang masih lajang karena menunggu jodoh yang tepat, semoga disegerakan, dan isilah episode lajang dengan melakukan hal-hal produktif sebaik-baiknya, dan sebahagia-bahagianya. Yang sudah berkeluarga, berbahagialah. Sebuah peradaban besar dimulai dari keluarga.
Profile Image for Ayesa.
59 reviews3 followers
June 10, 2022
Menjadi single tidak harus meledek orang yang memiliki pasangan. itu adalah pilihan dari orang lain. Karena ilustrasi yang ditampilkan di buku itu adalah perempuan. Bagi saya sangat tidak elok untuk mengkritisi pilihan hidup perempuan lain. Semua perempuan memiliki kebebasan dalam memilih pilihan untuk hidupnya sendiri. Buku ini sering mengomentari pilihan hidup perempuan lain dengan dalih menjadi single itu lebih baik.
Tapi ilustrasinya cantik banget.

2,5/5
Profile Image for Utha.
734 reviews307 followers
November 9, 2021
4 bintang buat gambar Emte yang keren banget.
1 bintang buat kontennya.
Profile Image for Lisna Atmadiardjo.
138 reviews23 followers
October 18, 2017
Satu pertanyaan yg belum terjawab setelah 69 alasan, bisakah kita bersyukur untuk menjadi lajang tanpa perlu membuat perbandingan-perbandingan dengan yg sudah menikah?
Profile Image for Astrini Adisoma.
1 review1 follower
March 7, 2018
Unlike most reviews that say this book is disappointing because it seems to discredit married couples, I say that this book actually does the opposite. It helps single people take pride in their status that is actually often discredited in the first place by society nowadays, where the majority of people think their self-worth is determined by their relationship status. In Indonesian society-at least according to my observation-many young people have developed this twisted concept of marriage/relationships. For some reason a lot of people think being single is considered sad and pathetic, therefore many people try to 'pedekate' any opposite gender just so they aren't seen as 'jomblo' or lonely, or race to the altar even though the person beside them might not be the right one for them, just so they feel like they have a purpose in life, or my personal favorite: "biar cepet halal".

Feby Indriani's book reminds us that unlike what society tries to dictate to us, being single doesn't have to mean you're pathetic and lonely. It reminds us that relationships aren't everything and that we should love and enjoy time with ourselves while we still can. Remember, a lot of people are single because they choose to be. Maybe a relationship is just not for them. For some people, maybe it's simply because they need to love themselves before being able to love someone else.

For all the singles out there who are tired of being ridiculed, belittled, or satirized for their "singleness" by a society that endlessly worships relationships and marriage, this book might be for you. To fully enjoy this book, just add a hint of salt and you're good to go ;)
Profile Image for fayza R.
226 reviews55 followers
October 16, 2017
kukira isinya bakal banyak advantages untuk belajar A-Z, belajar ini, belajar itu, dll
tapi ternyata (inimah setangkep aku ya) malah berasa mendisreditkan orang2 yang udah menikah, simpelnya, "lu ga bahagia deh kalo nikah, kalo lajang bisa ini itu" , which is kata Faizah ............ nonsense.

Dengan membandingkan bahwa kalo lo udah nikah gabisa deh a b c d yang jadi parameter bahagia si penulis (si penulis loh yaa, bukan keseluruhan), yaa sangat subjektif, padahal belom tentu juga orang yang nikah ngerasain hal yang sama.

Oke, mungkin beberapa waktu akan saling mencemburui (yang udah nikah dan yang belum nikah), tapi kan balik lagi ke peran masing2. Yang udah nikah ya perannya mau gamau jadi istri dan jadi ibu, seiring berjalannya waktu bakal nikmatin perannya. Yang belum nikah ya perannya jadi anak untuk orantuanya dulu, sebelum beralih peran, ya mau gamau harus nikmatin perannya juga.

Dengan cap bahwa "kalo nikah gabisa gini gitu, gaakan bahagia deh", seolah2 nikah teh mau cari bahagia. Yaaaa, orang single juga bisa aja ga bahagia, masing2 ada ujiannya. Ya kalo gamau ada ujian mah tong hirup weh sakalian *maap salty* WQ.

Gitu lah pokonya.

Buat Faizah mah selama masih single nikmatin aja dengan banyak berbakti sama orang tua, belajar banyak banyak, yang banyaaaakkkk banget belajarnya. Pokonya belajar ini itu.
Sekian.

BTW, ilustrasinya juaraaakk, suka banget
Profile Image for Mira Widyawati.
64 reviews5 followers
April 8, 2018
ku pikir buku ini ngasih kita pandangan hal-hal positif apa aja sih yang bisa dilakuin selama masih single okelah untuk beberapa hal seperti punya waktu luang lebih banyak untuk keluarga, teman, dan me time lebih banyak dibandingkan yang sudah menikah karena waktu untuk seperti itu tidak sebanyak orang yang masih single tapi kebanyakan ternyata isinya malah nyinyir, terkesan mendiskreditkan salah satu pihak, yaitu orang yang sudah menikah.
macem begini lah kalau julid depan orang-orang

“ih apaan udah nikah mah jelek tambah gendut, mau ini itu susah mending juga punya jadi single blabla”

kayak orang yang udah desperate banget jadi melakukan pembelaan karena udah sering diledek jomblo tapi jatuhnya merendahkan orang yang sudah menikah padahal lo juga mau kayak mereka yang udah nikah-__-

ada beberapa hal yang gak sependapat juga, kayak misalnya bebas kentut sembarangan, ya kali yang masih single ataupun udah nikah kalau mau kentut juga liat situasi. gak mungkin juga kan aku nih masih single terus kentut depan dosen, yang udah nikah mungkin aja santai kentut depan pasangannya bahkan teman-temannya (ku punya temen yang seperti ini, istrinya dan kami teman-temannya santai aja tuh malah ketawa-ketawa aja)


intinya sih mau single ataupun udah menikah masing-masing punya konsekuensi. punya kebahagiaan dan ujiannya masing-masing.


buat ilustrasinya sukaak banget, ya ku cuma suka ilustrasinya aja, konten, sorry to say, engga sih karena alasan yang udah disebutin diatas tadi
Profile Image for Marina.
2,019 reviews311 followers
October 10, 2017
** Books 275 - 2017 **

2,4 dari 5 bintang!

Sebenarnya penasaran dengan isi bukunya namun dibuat kecewa karena isinya tidak sesuai dengan harapan dan hanya dihiasi ilustrasi-ilustrasi cantik yang saya berikan tambahan 0,4 bintang untuk buku ini

Terimakasih Scoop Premium!
Profile Image for Natha.
781 reviews77 followers
November 3, 2017
Buku yang bisa bikin kamu senyum.

Setidaknya saat aku membaca, aku menghabiskan beberapa poin-poin dengan senyum-senyum sendiri. Ilustrasinya juga cantik. Banget malah. :))

Terlepas dari kenyataan bahwa beberapa poin membandingkan keuntungan menjadi single dengan double atau triple, kurasa beberapa poinnya memang dirasakan sendiri oleh beberapa orang, walau tidak bisa digeneralisir. Tapi yang paling penting (untukku), buku ini membuatmu memikirkan ulang bahwa banyak yang bisa disyukuri saat kamu belum berpasangan, di dunia yang begitu mengagungkan manusia yang berpasangan. Dan dibandingkan membandingkan dirimu dengan teman-temanmu, kurasa bersyukur justru lebih penting. :3

Well, siapa yang takut menjadi single? *grin*
Profile Image for Yuliana Martha Tresia.
50 reviews19 followers
December 13, 2020
Buku ini termasuk ringan, seperti rangkuman singkat yang bisa dibaca sekali habis. Mba Feby dalam kolaborasinya dengan ilustrator, memadukan tulisan dan ilustrasi, full color di setiap halamannya, nyaman disimak para pembaca. Namun untuk konten, harus diakui, buku ini belum bisa merangkul semua perempuan lajang.

Perempuan lajang sendiri bukanlah kelompok tunggal, terlalu banyak ragam latar belakang mengapa seorang perempuan melajang (single). Ada yang memilih demikian dengan bebas, tetapi ada juga yang sebenarnya tidak. Belum lagi bicara tentang privelese. Kenyataannya, untuk konteks Indonesia yang masyarakatnya masih bergulat dengan urusan stabilitas ekonomi dan kekerabatan keluarga yang masih erat, tidak semua perempuan lajang bisa menikmati privelese ekonomi yang cukup besar untuk bisa pelesir & wisata misalnya, atau shopping ini-itu untuk memanjakan dirinya, atau bahkan sekedar waktu 'me-time' karena kemelekatan dengan tanggung-jawab terhadap keluarga besar. Nah, buku Mba Feby sepertinya hanya merangkul teman-teman perempuan lajang yang tinggal di wilayah urban & punya privelese ini. :)

Di sisi lain, buku Mba Feby juga sepertinya lebih ditujukan bagi perempuan lajang yang masih membuka opsi untuk pernikahan, mengingat alasan ke-69 bicara soal 'pada saatnya akan menemukan orang yang tepat'. Sayangnya, saya termasuk yang mencari-cari ruang untuk para perempuan lajang yang memang ingin memilih untuk melajang seumur hidup tanpa pernikahan. Jadi, harus diakui, buku ini kurang menjawab untuk proses pencarian saya. :')

Secara keseluruhan, buku ini tetap merupakan teman yang baik untuk para perempuan lajang. Setidaknya ada 27 alasan dari 69 alasan dalam buku yang ditulis Mba Feby ini yang saya rasa menarik dan relatable buat saya. Termasuk soal kucing-kucing. :)))
Profile Image for Riza.
99 reviews9 followers
March 7, 2021
Menurutku buku ini lumayan untuk memberitahukan bahwa menjadi single itu gak jelek kok. Juga banyak para single yg cemas karena belum menemukan pasangan. Dan harusnya apapun keadaannya bisa kita syukuri. Harus disyukuri. Tapi buat yg udah marriage, kayaknya jangan baca deh. Bisa bikin kesel. hehe.

Walaupun ada beberapa bab yang sedikit kurang tepat menurut saya. Seperti bisa kentut sembarangan, lebih langsing dan menjaga penampilan. Kentut sembarangan saya rasa siapapun bisa, meskipun sudah menikah atau masih single. Karena kentut adalah kebutuhan. Kalau gak bisa kentut kan bisa sakit. Untuk yg lebih langsing, ini seperti sebuah bullying buat saya. Apakah hanya orang single saja yg boleh langsing? Setiap orang pasti ingin menjaga tubuhnya ideal, namun menjadi lebih berisi pun juga tidak masalah. Mereka cantik apa adanya. Juga bagian menjaga penampilan. Bukankah tiap orang juga menjaga penampilan apalagi jika keluar rumah? Ibu saya pun juga berdandan ketika keluar rumah.

Meskipun begitu, ada point lain yg saya sukai. Seperti mencintai diri sendiri tanpa perlu pengesahan orang lain. Selain itu juga bagian mengejar passion, hobby, vacation dan study lanjut.
Profile Image for papermiwnt.
66 reviews
January 18, 2022
buku yang sangat ringan dan ringkas, saya suka sekali dengan ilustrasinya bang emte yang keren dan bikin buku ini makin menarik.

beberapa poin bikin saya senyum senyum sendiri karena truthfully, cukup memotivasi saya dan membangkitkan 'pride' saya sebagai seorang single haha. seperti:

• "kamu tidak memerlukan validasi dari siapa pun bahwa kamu cantik, berharga, dan layak dicintai. karena seseorang yang tidak bisa berbahagia ketika single, juga tidak akan berbahagia saat sudah memiliki pasangan." ─hlm. 138
i really felt that.

tapi beberapa point juga cukup kontradiktif dengan persepsi saya dalam memandang seorang wanita yang married, seperti :

• "lajang umumnya berpenampilan lebih menarik ketimbang yang sudah menikah." ─hlm. 22

hmm, bagi saya kita ga bisa membandingkan kedua hal ini dengan penampilan atau takaran kebahagiaan sih, bisa saja justru wanita yang married juga tetap menarik karena menjaga penampilan untuk suaminya dan kurang elok rasanya untuk mengkritisi pilihan hidup perempuan lain, setiap perempuan memiliki kebebasan untuk memilih pilihan hidupnya sendiri, tanpa perlu dikritisi satu sisi demi menaikan sisi lainnya.
Profile Image for Nura.
1,029 reviews28 followers
February 8, 2020
Nemu buku ini pas butuh bacaan pendek di TJ dan muncul di feed iPusnas. Gw suka angka 69, karena lambang bintang gw. hehehe. Kalo tagline buku chicklit itu happy being single, di sini Feby mo bilang be grateful for being single. Nikmatin aja selagi bisa, akan tiba waktunya saat lo akan mengeluh ga bisa bepergian, karena punya anak. Ga bisa ikutan ini itu, karena ada arisan keluarga. Ga bisa flirting karena udah punya suami. XD

tapi satu yang menohok banget buat gw adalah, yang gw sempat kutip di status goodreads. "When we are busy growing up, we often forget they are also growing old." Selama kita lajang kita bisa nemenin ortu di rumah atau sekadar jalan-jalan. Ini sih yang jarang gw lakukan, padahal masih tinggal menumpang. Kalimat itu kayak lecutan buat gw supaya meluangkan waktu untuk mereka. Lagi-lagi, mumpung masih bisa.

#iPusnas2020
Profile Image for Rita Nurday.
Author 1 book6 followers
Read
November 18, 2022
Aku lupa mulai baca ini kapan... Wkwk Sempat rame di tl Twitter terus jadi penasaran karena kontroversi buku ini 🙈 Lalu baca tapi nggak selesai.

Nah barusan aku baca ulang sampai rampung (efek kegabutan yang hqq).

Seperti judulnya, buku ini berisi 69 paragraf pendek berjudul, masing-masing tentang bagaimana kita melihat diri yang single secara positif. Ya walaupun nggak jarang tulisannya ngejek pasangan atau yang udah berkeluarga.

Ilustrasi-nya fashionable banget... Nggak bisa berhenti saya lihat gambar mbamba cantik penuh percaya diri pake baju" modis 🤌✨.

Baca ini untuk mengisi waktu luang sebenarnya, seberapa luang itu terisi, Saia tyda yakin. Kemudian apakah nasihat" yang baru saya baca itu bisa merasuk saya juga tak yakin.

Sekian~
Profile Image for Citra Rizcha Maya.
Author 5 books20 followers
January 10, 2018
Pastilah buku ini sengaja dibuat untuk menyenangkan saya. Ilustrasinya kece punya dan yeah Feby saya setuju untuk mensyukuri ke-69 hal tersebut. Dan saya tertawa jahat untuk no 14. Saya pernah melakukan hal tersebut!

Pada dasarnya untuk cewek egois yang phobia komitmen macam saya mungkin menjadi single adalah keadaan terbaik, walau jelas kala PMS melanda, saya butuh phennylethilamine dari coklat untuk mendapatkan rasa jatuh cinta buatan. Eh!


Buku ini akan tepat sekali dibaca kala mendapat undangan pernikahan dari kerabat, teman, adik kelas, atau mantan pacar.

Menghibur dengan cara yang segar, manis, dan sedikit sinis.
Profile Image for Dian Shinta.
170 reviews
January 20, 2018
Dua bintang hanya untuk gambar ilustrasi di dalamnya. Bagus!

Saya sangat tertarik dengan buku ini karena judul dan covernya. Budaya yang masih memojokkan orang-orang dengan berbagai pertanyaan berawalan kata "kapan", terlebih tentang kapan nikah, buku ini sebetulnya bisa jadi buku motivasi. Tapi kok saya ngga merasa termotivasi ya? Hahaha

Saat melihat isinya sekilas dan lanjut membacanya, pendapat saya: ini buku lebih ditujukan untuk wanita lajang yang sudah sangat "dipepet" oleh orang sekitar. Ada beberapa hal di dalamnya yang saya kurang setuju.

Buku ini dibaca hanya kurang dari 10 menit. Dan tidak meninggalkan kesan apapun, kecuali ilustrasi gambar yang bagus. 😢
Profile Image for Ditta Arianti.
15 reviews
October 15, 2022
Buku ini karena dikasih oleh kakak saya yang kebetulan adalah teman dari si penulis. Ceritanya menarik : tentang seorang perempuan yang masih melajang tanpa perlu khawatir kemana-mana sendirian..

Kalau buat saya yg memang masih single, ini sih related banget di saya. Mumpung belum ada pasangan hidup, saya bisa melakukan ini dan itu. (Tapi bukan berarti tidak menginginkan untuk menikah yah).

Memang terkadang, menjadi perempuan lajang tuh banyak sekali tantangannya. Menurut saya, selama masih single, nikmati saja hidup ini - mumpung masih muda.

Dan yang membuat saya tertarik adalah ilustrasinya yang bagus banget, disampaikan dengan singkat dan jelas..
Author 1 book33 followers
November 13, 2017
Saya suka sekali dengan ilustrasinya yang cantik dan berwarna.
Tapi, tidak untuk kontennya. Sorry to say. Yang saya tangkap ketika membaca buku ini adalah hiburan buat para single. Bagus memang idenya. Namun saya kecewa karena saya tidak mendapat hal positif. Justru yg saya dapat adalah hal sindiran dan sinis buat yang sudah menikah, sehingga saya justru menjadi kasihan dengan para single. Harus menghibur diri dengan memandang negatif orang yang sudah punya pasangan.
Profile Image for Bina Izzatu Dini.
94 reviews5 followers
December 21, 2017
Bacanya karena iseng iseng aja, nemu di koleksi ipusnas. Ternyata ilustrasinya bagus. Terutama bagian menyatukan dua keluarga besar (ilustrasi no 10).

Yah sambil kontemplasi juga sih akhirnya: oh ternyata begini ya, oh ternyata begitu ya.

Bacaan ringan penuh makna yang cukup menarik! Eh tapi kontennya gabisa ditelan mentah-mentah sih, ada lumayan banyak poin yang saya kurang setuju. Jangan terlalu diambil hati juga hehe.
Profile Image for Stefanny Natalia.
252 reviews26 followers
January 12, 2018
suka banget sama illustrasinya. untuk kontennya sebenernya cukup menyenangkan, cuma ada beberapa yg saya kurang setuju,karna kurang cocok dengan budaya di sini (padahal penulisnya orang Indo) . dan juga saya merasa penulisannya mengarah ke "mengejek" wanita yg sudah berpasangan...
jadi selama membacanya ,saya selalu menjaga mindset saya supaya gak terlalu terpengaruh juga,karna pada akhirnya setiap wanita akan datang masa "panggilan" untuk memiliki pasangan dan membina sebuah keluarga.
Profile Image for Meirna Fatkhawati.
94 reviews2 followers
August 28, 2021
ilustrasinya cantik banget. masyaallah. nggak salah pilih partner ya kak feby.

ada tulisan yang saya setuju. ada juga yang tidak setuju.

ada yang iya bener banget. ada yang, ih apaan deh, nggak banget.

karena ada beberapa yang tidak sesuai dengan prinsip saya. seperti tiba2 jalan2 padahal bergelut dengan tugas kantor. jalan2 ke mana saja, saya nggak bisa karena belum ada mahram.

sisi positifnya, buku ini memotivasi para lajang.

semangat! kamu tidak sendiri
Profile Image for Tamara Fahira.
130 reviews3 followers
Read
December 20, 2021
Gak mau ngasih rate, deh. Suka banget sama ilustrasi-ilustrasinya yang keren abis, tapi, beberapa pendapat nampak konyol, jumawa dan sok feminis, gak suka.

Menjadi single memang asik, berumah tangga emang kadang ruwet, tapi, gak perlu ngerendahin orang-orang yang udah berumah tangga sabi lika. Ini buku cuma buat ngadem-ngademin diri author yang sebenernya bosen ngelajang mungkin. Kenapa seakan membangun banyak statement bahwa kehidupan bersama pasangan itu gak enak.
Profile Image for Ossy Firstan.
Author 2 books78 followers
December 27, 2017
Saya suka sekali ilustrasi di buku ini. Menarik dan cantik banget.
Buku ini membuat saya semakin bersyukur menjadi single dan terus ingin menjadi single. >.<
Sayangnya, ada beberapa hal yang kurang saya sukai di sini, mungkin karena kurang sependapat saja. Terutama kegiatan membanding-bandingkan lajang dan in relationship yang terlihat agak menyudutkan.
Sekali lagi, suka sekali ilustrasinya ^^
Profile Image for Ririn.
683 reviews4 followers
September 18, 2017
2 bintang isinya, 6 bintang ilustrasinya.
Gileeee... emte ngeluarin buku kumpulan ilustrasi ngga sih? I'd buy the shit out of THAT book.
and judulnya bukan harusnya 69 things to be grateful for being single ya?
Profile Image for Aiko.
54 reviews23 followers
October 2, 2017
Having just finished Feby's other book, Bukan Perawan Maria, I'm questioning everything about this book. It's like a Buzzfeed article in a book format, so yeah.

The illustrations are AMAZING though. I am seriously considering ripping off my favorites and using them as decoration!
Profile Image for Ega.
47 reviews12 followers
December 25, 2017
Beberapa relatable, beberapa cuma komen sarkastis yang tidak koheren karena beberapa nomor mengindikasikan lajang harus pura-pura terlihat bahagia, tapi yang lain mendorong untuk menghargai diri sendiri.
Mau lajang atau menikah, setiap orang bisa memilih untuk bahagia.
14 reviews
July 16, 2019
Lucu ilustrasi atau gambarnya. Gara2 itu jadi ga sadar udah sampai halaman terakhir. Walau banyak bgt yg ga sesuai pandangan saya, tapi it's okay to me. I like it karena bukunya ringan di baca di kala sedang santai di rumah.
Displaying 1 - 30 of 46 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.