Jump to ratings and reviews
Rate this book

3

Rate this book
“Selama seseorang masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, dia tidak akan bunuh diri. Kecuali jika memang bunuh diri adalah satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia perjuangkan.”

Kalimat Hashimoto Chihiro membekas di kepala Nakamura Chidori, bahkan setelah perempuan itu bunuh diri. Apa sebenarnya yang mengubah pandangan hidup Hashimoto sampai dia mengakhiri hidupnya? Mungkinkah karena Nakamura tidak pernah menepati janjinya? Mungkinkah karena Nakamura menyimpan perasaan kepada Sakamoto, yang seharusnya merupakan sahabat mereka?

Setelah tujuh tahun tidak bertemu, Nakamura harus kembali berhadapan dengan masa lalunya. Di antara memori akan persahabatan, janji yang diingkari, impian, dan cinta yang tak berbalas, tersembunyi alasan kepergian Hashimoto yang sebenarnya.

320 pages, Paperback

First published July 27, 2015

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Alicia Lidwina

5 books57 followers
An author, an avid reader, an occasional blogger, and an observant dreamer. While the idea of deconstructing ephemerality through writings fascinates her the most, she has to concur with the idea of writing just for fun. Sometimes you might find her sipping espresso at the nearest cafe, other times she would be haunting vacant seats in food courts while munching on her endless supply of chocolate bars.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
65 (18%)
4 stars
177 (51%)
3 stars
87 (25%)
2 stars
12 (3%)
1 star
4 (1%)
Displaying 1 - 30 of 137 reviews
Profile Image for Utha.
735 reviews310 followers
November 14, 2019
Menganggap diri sebagai manusia biasa-biasa saja, artinya menempatkan diri sebagai orang yang mudah dilupakan. Dan Nakamura menganggap dirinya demikian.

Lantas, bagaimana jika ada dua orang yang menurutnya berkilau justru mengulurkan tangan kepada Nakamura?

Aneh. Asing. Menyenangkan tapi takut. Takut kebahagiaan itu hanya sekejap.

Membaca kisah Nakamura, kalian akan masuk ke dalam dunia gelap yang dingin. Bagaimana banyak pemikiran yang berkelindan di otaknya. Bagaimana perempuan itu menafsirkan cinta.

Dalam beberapa bagian, terasa dekat sekali dengan kehidupan personal.

Perasaan Nakamura kepada Sakamoto diceritakan begitu apa adanya. Mungkin bukan hanya Nakamura yang pernah menyukai seseorang, bahkan sebelum orang itu bersinar, bahkan di saat orang itu masih berada di level ulat.

Singkat kata, novel ini indah sekaligus pedih.
Profile Image for fayza R.
226 reviews55 followers
August 12, 2016
di halaman 250an mau ngasih 3 bintang aja, tapi belum ke plot twist ternyata, 3.7 deh pas baru beres karena twistnya, dan rasa twistnya bapernya kyk habis baca manga Ao Haru Ride, garuk2 tembok habis bacanya karenaaaa

bapeeeerrrr
nyeseeeekk
keseeeellll
ewwwwrrr
galaaww

kelamaan masnyaaa kelamaaaaan sampe >10 tahun kek gituuu, juara lah teteh Nakamura nya friendzone an selama itu, baper bgt pokonya

ini kayak lagi nnton dorama jepang jadi ga ngerasa ini orang Indonesia yang numpang hidup di Jepang dengan kebudayaan Indonesia (penulisnya orang Indo katanya)

and feel bad for Chihiro, yes hati2 sama orang yg terlihat selalu kuat dalam segala hal, they hide deep loneliness, alone.
Profile Image for Biondy.
Author 9 books217 followers
July 6, 2016
"3 (Tiga)" bercerita tentang Nakamura Chidori yang menerima panggilan polisi karena namanya berada pada daftar panggilan darurat Hashimoto Chihiro, seorang teman dari masa lalu, yang meninggal dengan dugaan bunuh diri. Di tempat kejadian, terdapat angka '3' yang ditulis dengan lipstik. Angka yang membawanya pada masa lalu yang menghubungkannya kembali dengan Hashimoto dan seorang sahabat lainnya, Sakamoto.

Membaca novel ini adalah pengalaman yang cukup unik buat saya. Untuk sebuah novel berlatar Jepang yang dibuat oleh penulis Indonesia, saya merasa seperti sedang membaca novel terjemahan Jepang. Bukan karena gaya bahasa yang digunakan, tapi lebih kepada nuansa melankolis dan muram yang ada di sepanjang buku. Soalnya kebanyakan novel Jepang yang kubaca punya warna yang sama, walau saya juga mengakui kalau saya lebih banyak baca novel Jepang zaman dulu (biasanya zaman perang) daripada yang baru (karena masalah bahasa tentunya).

Novelnya sendiri mengangkat tema tentang masalah persahabatan, serta suka-duka masa transisi dari seorang murid/mahasiswa menjadi seseorang yang dianggap 'dewasa' oleh masyarakat.

Seperti diriku yang kesepian, mereka juga merasakannya. Kami bertiga mungkin memang bukan orang biasa-biasa saja ketika di koukou, namun di luar sini, kami tiga manusia yang mencoba peruntungannya. (hal. 176).


Ya, masa transisi ini memang masa yang sulit bagi banyak orang. Dengan segala tanggung jawab dan kewajiban baru, serta sakit hati dan kesulitan hidup yang sangat berbeda dari masa kanak-kanak.

Dewasa. Sebuah kata yang menggelikan. Dulu, aku merasa orang dewasa tidak akan pernah merasa kesepian. Atau tidak berdaya. Atau begitu lemah dan tidak berharga. (hal. 176)


Menyaksikan kehidupan Nakamura, Hashimoto, dan Sakamoto ini seperti menyaksikan kisah hidup yang terasa familiar, nyata, dan sehari-hari. Tentang tiga orang yang tumbuh dewasa dengan segala macam senang dan susahnya.

Buku ini untuk tantangan baca:
- 2016 Read at Your Own Risk
Profile Image for Emilya Kusnaidi.
Author 3 books41 followers
November 27, 2015
First of all, selamat kepada Alicia Lidwina untuk buku pertamanya! Selain itu, terima kasih banyak karena sudah diizinkan membaca novel ini lebih awal dan diberikan postcard cantik :D

Awalnya jujur saya rada skeptis sewaktu membaca sinopsisnya. Apalagi dengan setting-nya yang di Jepang. Akui aja, beberapa tahun belakangan ini banyak banget (kalau bukan membludak) novel-novel bersetting Jepang dan Korea – yang jujur membuat saya malas membacanya karena cerita yang bikin berasa lagi nonton drama Korea, atau parahnya, kayak membaca fanfiksi dengan segala nama mirip artis. Tapi novel ini berbeda.

Novel ini mengambil setting di kota pinggiran, bukannya metropolis. Tokoh utamanya hanya pekerja kantoran biasa, bukannya idola. Permainan katanya tanpa kata-kata yang indah nan berbunga-bunga. Alur ceritanya bukan pula melulu kisah cinta heboh yang menggebu-gebu. Alicia menuturkan semuanya dengan kesederhanaan, dan kesederhaan itu pula yang menjadi senjata utamanya.

Saya suka bagaimana Alicia Lidwina mengupas semuanya dengan perlahan. Hal-hal yang sempat saya pertanyakan di awal semuanya terjawab (dan berhasil membuat saya puas), dengan penjelasan yang masuk akal. Konfliknya dituturkan dengan baik, kaya akan flashback namun sama sekali tidak menganggu.

Saya juga salut dengan research yang dilakukan oleh Alicia tentang Jepang dan kebudayaannya. Sebagai salah satu pecinta negara Sakura, saya merasa akrab dengan kehidupan sehari-hari para tokoh yang digambarkan dengan baik. Membuat novel ini berbeda dengan novel lain yang menggunakan negara Jepang sebagai setting tempelan saja.

Overall, saya sangat puas (dan senang!) membaca novel ini. Aftertaste bacanya krinyis-krinyis dan melankolis. Saya nggak akan ragu untuk membeli karya Alicia Lidwina berikutnya :)
Profile Image for Ray Hamonangan.
Author 1 book16 followers
August 14, 2016
akhirnya saya baca juga buku ini, karena pengaruh dari beberapa whisperer di salah satu grup chat mengenai buku ini

bukunya lebih didominasi oleh kehidupan tiga sahabat sejak masa sekolah hingga masa2 ketika mereka sudah mempunyai pekerjaan, namun harus ditinggal oleh salah satu sahabat karena bunuh diri, yang meninggalkan tanda huruf 3

sebagian isi buku ini memuat beberapa flashback yang diawali dengan pertemuan dua perempuan, Nakamura (cerita2 di buku ini dimuat berdasarkan sudut pandang dia) dan Hashimoto di kursus menggambar sewaktu mereka masih kecil, pertemuan kedua perempuan dengan Sakamoto di masa sekolah yang terbentuk menjadi persahabatan

menurut saya, tone dari novel ini cukup kelam, hampir ga ada hepi2nya, ya umumlah karya penulis Jepang, khususnya karya jaman2 dulu, ada juga beberapa penyisipan bahasa Jepang, meskipun ga banyak2 banget, serta cukup ringan untuk saya #hehe

selama baca 100-150+ halaman pertama, saya kira ini lebih mirip young adult, setelah masuk halaman 200, mulai ada nuansa metropop nya, walau ga terlalu kuat



saya salut sih, ternyata yang nulis ini adalah cowok, menggunakan nama alias cewek, mungkin karena jarang juga ya cowok nulis metropop

segitu review yg bisa saya tulis *walau masih pemula :')*

nilai: 3.3 / 5
Profile Image for Laili Muttamimah.
Author 4 books37 followers
July 17, 2018
Menghabiskan novel ini dalam dua kali duduk. 3 (Tiga) benar-benar penuh perasaan, berhasil membayar kerinduan saya membaca cerita semacam ini. Masih membekas sosok Nakamura, Sakamoto, dan Hashimoto sampai sekarang. Novel ini sempat mengingatkan saya pada novel Ai karya Winna Efendi. Latarnya sama-sama Jepang, ada unsur cinta segitiga juga antar sahabat (tapi kalau novel Ai, ceritanya dua cowok satu cewek). Tapi konflik besarnya berbeda dan Kak Alicia Lidwina punya cara bertutur yang menurut saya lebih unik.

Jujur, ketika membaca novel ini, ada satu perasaan yang muncul dalam diri saya, tapi susah dijelaskan. Rasanya seperti bertemu kawan lama yang hilang bertahun-tahun atau kembali ke tempat yang dulu pernah terasa sangat nyaman. Ya, belakangan ini intensitas saya dalam membaca sangat menurun, tapi novel 3 ini berhasil mengembalikan semangat saya untuk terus membalik setiap halamannya. Ketika banyak orang skeptis terhadap novel berlatar Jepang, saya justru menyukainya. Dan menurut saya, Kak Alicia bisa menempatkan latar itu dengan baik. Novel Jepang biasanya punya kesan suram dan melankolis, saya senang ketika menemukan kesan itu dalam novel ini. Ditambah lagi, deskripsi detail (yang juga saya sukai dari tulisan Winna Efendi) juga hadir dalam tulisan Kak Alicia. Penjelasan seputar ukuran kamar sampai bentuk penyajian makanan menjadi hal kecil yang saya baca berulang kali.

Omong-omong, pas bagian Nakamura seolah ngobrol sama hantu Hashimoto itu serem beneran sih. Apalagi yang hantunya ikut ke kamar mandi hahahaha itu merinding bacanya (emang dasar penakut). Hal lain yang saya acungi jempol adalah teka-teki yang disebar di awal cerita ternyata diselesaikan dengan apik sampai akhir dan latar maju-mundur yang ditulis dengan rapi. Mungkin yang saya kurang suka adalah penamaan tokohnya yang mirip-mirip gitu: Saka(moto) Taka(hiro), Nakamura (Chi)dori, Hashi(moto) (Chi)(hiro), Mayumi (nama depan Mayumi juga kayaknya mirip Nakamura tapi lupa), Minami, dan ada beberapa lagi.

Tapi, secara keseluruhan, saya sukaaa banget sama 3! Ini bakal jadi novel yang saya baca lagi. Sukses terus untuk Kak Alicia! :)
August 6, 2015
“Ketika kau jatuh cinta … kau bisa melarangnya, tapi kau tidak bisa menolaknya.” –Tiga, hlm. 89


Berita itu datang tanpa ada orang yang tahu, tiba-tiba saja semua orang berpakaian serbahitam dan Nakamura Chidori harus melihat Hashimoto Chihiro terbujur kaku di dalam peti mati. Ia masih mengenal senyum tulus itu. Senyum yang kembali membuatnya dirundung rasa bersalah.

Setelah tujuh tahun lamanya tidak saling bertegur sapa, Hashimoto memutuskan bunuh diri dan meninggalkan dirinya. Nakamura berpura-pura tidak lagi mengenal, tapi Inspektur Yamamura mendesaknya membuat alibi ketika melihat pesan terakhir Hashimoto, sebuah guratan angka tiga merah yang menggores lantai.


S : Bagaimana dia meninggal?
N : Dia melompat dari puncak gedung sekolah.
S : Mengapa?
N : Tidak ada yang tahu.
S : Hashimoto selalu bahagia selama ini. Aku tidak percaya. Orang bahagia tidak akan bunuh diri.
N: Dia tidak bunuh diri, dia hanya melompat dari atas gedung.
S : Apa bedanya? Dia mengakhiri hidupnya sendiri.
N : Tidak, dia membebaskan jiwa dari dalam raganya.

—Tiga, hlm. 27



Nakamura masih tidak percaya kalau Hashimoto akan melompat dari gedung sekolah. Melihat sosoknya yang begitu gembira, senyumnya yang tak pernah lekang oleh waktu, lantas apakah lantaran Nakamura mengingkari janji itu?

Menghadiri pemakaman Hashimoto, Nakamura tahu, ia akan bertemu dengan Sakamoto Takahiro. Pria yang ia cintai diam-diam kendati ia pun tahu, Hashimoto mencintai pria yang sama ketika mereka bertiga masih mengelu-elukan janji persahabatan. Sudah tujuh tahun ia coba tutupi perasaan itu, pergi tanpa sepengetahuan kedua sahabatnya, pun ditinggal meninggal ibunya. Nakamura kini tak ayal dihantui perasaan dan bayangan menakutkan itu. Di antara memori persahabatan yang begitu indah, Hashimoto datang menagih sebuah janji dan impian yang harusnya mereka lakukan bersama.



“Tiga” merupakan karya debut Alicia Lidwina yang bisa dibilang cukup mengagumkan. Sampul depannya terlihat sedikit menipu, dan sejujurnya, jika tidak melihat sinopsis, saya pikir ini akan bercerita mengenai sebuah cinta tanpa dilatari apa-apa, seperti novel roman Indonesia pada umumnya. Tapi, melihat nama-nama yang ada di sinopsis belakang—Hashimoto, Nakamura, dan Sakamoto, rupanya Jepang yang menjadi latar utamanya malah digeser dengan kesan misteri dari keberadaan siluet burung dan nuansa warna latar yang cenderung gelap. Secara genre, “Tiga” bukan novel misteri thriller yang menakutkan. Hawa tenang dan sangat Jepang yang membalut kisah persahabatan antara Hashimoto, Nakamura, dan Sakamoto lebih dapat digolongkan ke arah novel memoar, yang mana tiap lembarnya menceritakan bagaimana ketiganya dapat bertemu, bersahabat, kemudian memutuskan untuk mematok sebuah impian untuk membangun sebuah koji in—panti asuhan. Dan kehadiran misteri itu hadir, ketika satu di antara tiga sahabat tersebut memutuskan untuk bunuh diri, sehingga Nakamura, sebagai seseorang yang biasa-biasa saja mencoba untuk menggali masa lalunya yang coba ia kubur dalam-dalam.



Baca selengkapnya di: https://janebookienary.wordpress.com/...
Profile Image for Dion Sagirang.
Author 5 books52 followers
January 27, 2016
Merasa abnormal aja ini ngasih 2 bintang, tapi sesuai sama standar GR saja.

Saya mungkin terlalu nyimpen harapan ke buku ini, apalagi adegan pembuka yang menarik, yang mengingatkan saya sama The Cuckoos Calling. Awalnya saya baca buku ini karena butuh pelarian dari kerjaan, sejenis cari hiburan gitulah, tapi kenyataannya tidak membantu.

Saya kira ini novel misteri, tapi ternyata bukan. Ini novel persahabatan yang nggak begitu kerasa menurut saya, keluarga juga jelas bukan, cinta juga kurang tergali. Banyak hal yang saya pertanyakan setelah menutup buku ini. Karakter-karakter yang nggak ada satu pun yang bisa saya suka, apalagi bikin saya bersimpati. Mereka egois dengan cara masing-masing. Alasan tokoh laki-laki menolak cinta tokoh utama perempuan karena persahabatan mereka, tapi pada hari pernikahan tokoh laki-laki dengan perempuan lain, si tokoh laki-laki berciuman dengan tokoh utama perempuan. Lalu alasan tokoh kedua perempuan bunuh diri yang dipaparkan oleh tokoh utama laki-laki di akhir juga saya cuma bisa komen, "Oh, gitu, ya?" Penutur yang tidak bisa dipercaya. Dan masih banyak momen gitu ya-gitu ya lainnya.

Bagian yang saya suka di novel ini cara penulis bercerita dengan lugas dan feel Jepangnya kerasa banget. Acungi jempol juga buat plotnya. Penulis membuat Time Line acak-acakan yang keren, ini hal luar biasa buat sebuah novel debut. Kovernya juga juara. Selain tiga poin itu, saya nggak bisa suka sama buku ini. Bahkan, saya tidak menyebut nama tokoh bukan buat menghindarkan spoiler, tapi karena saya nggak bisa mengingatnya satu pun. Saking nggak ninggalin kesannya kali, ya? Padahal saya mulai lagi nonton anime sekarang. Yang saya ingat adalah nama perempuan yang dinikahi tokoh utama laki-laki, itu pun yang berhasil saya ingat malah jadinya Sianida.

emh...

sekian.
Profile Image for Ira Booklover.
607 reviews37 followers
March 9, 2016
"Selama kau masih hidup, pasti akan ada seseorang yang jatuh cinta kepadamu. Kau tidak bisa melarangnya, tapi kau bisa menolaknya. Tapi... hal yang sebaliknya juga berlaku.
...
... Ketika kau jatuh cinta... kau bisa melarangnya, tapi kau tidak bisa menolaknya."

(3, hlm. 89)


Jujur sebelum tantangan #GPU42, saya tidak terlalu ngeh sama lini metropop, awalnya saya kira metropop itu sebuah genre. Sebelum 3 (Tiga), sepertinya saya sudah membaca beberapa metropop, seperti Runaway Ran, One Last Chance, Autumn in Paris sama Spring in London. Tapi kok mereka tidak punya label metropop di covernya ya?

Karena penasaran, saya memutuskan untuk membaca setidaknya satu buku yang ada label metropop-nya. Setelah pencarian singkat di Goodreads, 3 menarik perhatian saya. Covernya cantik, judulnya juga unik. Cuma 3 (Tiga) gitu doang. Saya memutuskan untuk membaca 3 (Tiga) tanpa melihat sinopsisnya.

Sayangnya, karena saya tinggal di kota kecil di Kalimantan, saya tidak bisa mendapatkan buku tersebut secara langsung. Tidak ada toko buku besar yang menjual buku-buku tersebut. Mesan online terlalu lama, minimal kurang lebih seminggu kalau lancar, kalau ga, bisa sebulan lebih.

Akhirnya, saya pinjam ebooknya di iJakarta. Walaupun sebetulnya saya tidak terlalu suka membaca buku digital.

Eh tapi, setelah mulai membaca, 3 (Tiga) ternyata penuh kejutan. Pertama, saya bisa menamatkan ebooknya dalam 2 hari, yang artinya, 3 (Tiga) seru buat dibaca. Saya yakin kalau saya baca buku cetaknya, saya bisa menamatkannya dalam sekali baca.

Kedua, dalam pikiran saya, metropop itu ceritanya seperti Runaway Ran atau One Last Chance, cerita tentang wanita dewasa yang hidup di kota besar yang terkesan ceria lengkap dengan masalah karir dan cintanya . Saya tidak menduga kalau 3 (Tiga) ceritanya gloomy.

Ketiga, sekali lagi, karena rujukan saya tentang metropop adalah Runaway Ran dan One Last Chance, jadi saya kira semua metropop setting-nya di Jakarta atau kota-kota besar di Indonesia. Saya kaget ternyata 3 (Tiga) setting-nya ada di Jepang, tokoh-tokohnya juga orang Jepang.

Terakhir, saya kira semua cerita metropop itu ala sinetron, tapi yang ini tidak. Ini kisah tentang persahabatan, impian dan cinta yang dihantui oleh penyesalan dan masa lalu.

Terus, bagaimana dengan ceritanya? Ceritanya membuat saya speechless. Ini kisah tentang persahabatan 3 orang dengan karakter yang sangat berbeda. Sakamoto, pria yang seksi dan populer; Hashimoto, gadis pintar yang begitu aneh sampai dikira orang gila; dan Nakamura, yang menganggap dirinya sendiri gadis yang biasa-biasa saja.

Mereka bertiga mempunyai impian, namun mewujudkan impian tersebut ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Mereka bertiga memang berjanji untuk selalu bersama, namun janji tersebut tidak mudah untuk ditepati. Cepat atau lambat, perubahan akan datang. Dan Nakamura adalah orang yang paling tidak bisa menerima perubahan. Nakamura tidak suka dengan perpisahan, namun ironisnya, untuk menghindari perpisahan, justru dialah yang memulai perpisahan tersebut.

Selama kita memiliki impian yang sama, aku percaya kita akan bertemu lagi.
Tapi, jika suatu saat nanti salah satu dari antara kita ada yang tersesat dan tidak bisa menemukan jalan untuk kembali ke impian itu...
Tidak peduli meski sepuluh atau seratus tahun sekalipun.
Karena kebetulan belakan atau karena keinginan kita sendiri.
Kita bisa bertemu.
Di sebuah tempat di mana kita bisa melihat langit dengan lebih dekat.


Yah, itu adalah pesan perpisahan Nakamura. Nakamura sebenarnya gadis yang kuat menghadapi perubahan, hanya saja dia tidak menyadarinya. Sama seperti dia tidak menyadari apa akibat dari perbuatannya terhadap impian mereka bertiga. Nakamura jadi selalu dihantui oleh rasa bersalah dan juga masa lalunya, juga cinta terpendamnya untuk Sakamoto.

"Jangan menanggalkan hal-hal yang baik, Nakamura. Jangan sekalipun melakukannya. Kalau kau melakukannya, bukan saja kau kau akan kehilangan hal-hal tersebut, tapi lebih buruk lagi, mereka akan menjadi kenangan."

(3, hlm. 136)


Saya terkesan sekali dengan arti dibalik angka 3 (Tiga) yang menjadi judul dari novel ini. Kematian Hashimoto, meskipun menimbulkan luka bagi sahabat-sahabatnya, tapi juga mengungkapkan banyak hal yang selama ini terpendam dan juga harapan baru. Salah satunya adalah pertanyaan tentang tempat di mana mereka bisa melihat langit dengan lebih dekat.

At last, 4 dari 5 bintang untuk buku ini. I really liked it ^_^
Profile Image for Dhyn Hanarun .
314 reviews191 followers
December 21, 2015
"Jangan menanggalkan hal-hal yang baik, Nakamura. Jangan sekalipun melakukannya. Kalau kau melakukannya, bukan saja kau kau akan kehilangan hal-hal tersebut, tapi lebih buruk lagi, mereka akan menjadi kenangan." – halaman 136

Setelah tujuh tahun berlalu, Nakamura Chidori bertemu lagi dengan Hashimoto Chihiro. Sahabatnya itu sudah dalam keadaan tak bernyawa setelah melompat dari atas gedung sekolah. Pesan berupa tiga buah goresan berbentuk angka tiga di lantai atap gedung tersebut membuat Inspektur Yamamura menduga ini bukan kasus bunuh diri. Di upacara pemakaman, Nakamura bertemu Sakamoto Takahiro, sahabat mereka yang lain. Nakamura yang lelah akhirnya menginap di apartemen Sakamoto. Dia juga meminta agar Sakamoto mengizinkan dia tinggal di sana karena dia sedang kesulitan ekonomi dan terancam terpecat dari pekerjaannya. Sakamoto mengiyakan karena dia tinggal sendirian setelah bercerai dari istrinya, Mayumi.

Tiga hari dari setelah pemakaman, Hashimoto datang mengunjungi Nakamura. Ini terjadi saat Sakamoto pergi bekerja. Bayangan Hashimoto yang selalu mengintai dan menyapa, membuat Nakamura ketakutan dan terus teringat dengan pengkhianatannya, yang kemungkinan besar menjadi penyebab kematian Hashimoto. Setelah beberapa hari, Nakamura berani mengajak Hashimoto bicara. Dengan ekspresi yang sudah Nakamura kenal, bayangan Hashimoto mengungkapkan keinginannya untuk pergi ke suatu tempat yang lebih dekat dengan langit. Itu membawa Nakamura ke masa-masa lalu, ketika dia pertama bertemu Hashimoto dalam kursus menggambar, berkenalan dengan Sakamoto yang belum menjadi siswa populer, kemudian mereka menjalin persahabatan, dan memperjuangkan sebuah impian bersama.

---

Walaupun sinopsisnya terkesan seram, aku tegaskan kalau 3 (Tiga) ini bukan cerita misteri atau horor. Aku malah dibikin nangis sesegukan oleh cerita indahnya tentang persahabatan, perjuangan mewujudkan impian, usaha memaafkan diri sendiri, sembuh dari kesedihan mendalam, cinta terpendam, dan masih banyak lagi. Cukup kompleks, ya. Tidak terasa berat untuk diikuti, koq. Gaya penyampaiannya sederhana, enak dibaca, mengalir tapi tetep efeknya begitu kena di hati. Setting Jepangnya tidak terlalu dideskripsikan tapi sangat terasa dari hal-hal kecil yang terjadi pada dan dilakukan oleh para tokoh. Contohnya Hashimoto yang diduga mengakhiri hidupnya sendiri. Di pikiranku, kasus bunuh diri itu identik dengan Jepang. Lalu, entah mengapa, aku merasa kedinginan saat membacanya. Padahal sekarang, kan, lagi kemarau parah. Sepertinya suasana sendu itu datang dari isi ceritanya.

Ceritanya sendiri menggunakan alur maju mundur. Dari upacara pemakaman, kita diajak mundur dulu ke pertemuan pertama Nakamura dan Hashimoto, lalu kembali ke keadaan Nakamura dan Sakamoto menyesuaikan diri, lalu kembali ke masa-masa sekolah mereka. Tidak membingungkan sedikit pun karena dilengkapi dengan keterangan tahunnya. Malah bikin geregetan. Aku sudah terhanyut dengan kenangan sekolah yang asyik, eh ditarik buat kembali diam mengurung diri bersama Nakamura. Alur seperti ini seolah mengabaikan misteri kematian Hashimoto dan pesan ganjilnya. Tapi aku yang sudah tenggelam ke dalam ceritanya, merasa oke-oke aja. Persahabatan tiga orang ini terlanjur menarik perhatianku. Mereka mempunyai karakter yang berbeda tapi bisa dekat dan peduli satu sama lain.

Ada Hashimoto yang pandai, Sakamoto yang populer, dan Nakamura yang merasa dirinya biasa-biasa. Walaupun Nakamura merasa selalu tertinggal di belakang teman-temannya, dia adalah sosok yang kuat. Lewat sudut pandangnya, dia menuturkan kisah persahabatannya dari awal. Ada beberapa bagian yang sengaja dia lupakan, tapi itu menunjukan betapa besar rasa sakit dan kesedihan yang dialami. Dia juga cukup kritis, apalagi saat mempertanyakan arti cinta. Penjelasan yang didapatkan dari orang-orang terpentingnya, dia rangkum dan meramu kesimpulan baru. Keteguhannya memegang dan mempertahankan rasa cinta itu juga mengagumkan. Hanya saja dia takut mengalami perubahan. Ironis sekali melihatnya memisahkan diri karena takut akan perpisahan.

Baca review selengkapnya di http://dhynhanarun.blogspot.com/2015/... ;D
Profile Image for Pattrycia.
351 reviews
August 2, 2015
Awalnya saya agak skeptis sebelum membaca buku ini karena sejujurnya saya biasanya kurang tertarik dengan buku-buku yang berbau Jepang & Korea. Walaupun kenyataannya saya masih lumayan sering membaca buku yang berbau-bau Jepang. Tapi setelah saya membaca buku ini, semua perhatian saya rasanya terpusat di ceritanya yang super galau. Pertama kali menyelesaikan buku ini, saya merasa sangat lega, karena akhirnya selesai juga masa galau-galaunya. Kedua kali saya membaca buku ini, rasanya saya pengen ikutan Chihiro terjun dari atap gedung saking galaunya. Saya rasa kutipan dari buku Kyland sangat cocok untuk menggambarkan perasaan saya ttg 3.

One of the bleakest books I've ever read, offering no hope whatsoever. Made me want to throw myself off the nearest cliff. - KB

Jadi buku ini sebenarnya bercerita tentang kehidupan Nakamura dan Sakamoto setelah sahabat baik mereka yang bernama Hashimoto Chihiro meninggal. Kematian Chihiro meninggalkan banyak tanda tanya bagi kedua sahabatnya. Cerita pun bergulir tentang bagaimana Nakamura yang walaupun sudah memutuskan hubungan dengan Chihiro bertahun-tahun lamanya, namun masih sangat terpukul dengan kematian Chihiro. Berawal dari angka 3 yang digoreskan dengan lipstik merah di TKP, Nakamura mencoba mencari tahu alasan kematian Chihiro. Sakamoto berusaha menjaga Nakamura dengan mengijinkannya tinggal di rumahnya. Nakamura mulai dihantui oleh bayangan Hashimoto. Sampai pada suatu hari, Nakamura memutuskan untuk mengunjungi apartemen Hashimoto dan disitulah ia berhasil menemukan jawabannya.

Secara keseluruhan bisa dibilang buku ini galau banget. Nakamura terkesan sangat despo dengan kehidupannya yang berantakan ditambah rasa bersalah yang dipikulnya dengan kematian Hashimoto. Bagian flashback ke masa-masa SMA & kuliah sebelum mereka akhirnya berpisah menurut saya yang paling galau. Kegalauan juga ditambah dengan kenyataan bahwa selama ini Nakamura memendam perasaan terhadap Sakamoto. Disamping sisi galaunya, buku ini juga bercerita tentang impian ketiga sahabat ini yang cukup mulia. Mereka ingin mendirikan panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu karena Sakamoto & Hashimoto sendiri merupakan yatim piatu.

Intinya, buku ini cukup sukses membuat saya merasa galau. Dapet banget sih feelingnya & pembangunan suasananya juga sangat mendukung. Untuk ceritanya yang fantastis, saya sematkan 3.5 bintang *terjun dari tebing virtual*
Profile Image for yun with books.
544 reviews212 followers
March 20, 2017

First of all, INI ADALAH BUKU DEBUTAN DARI SEORANG NOVELIS INDONESIA yap! bisa dilihat, ini novel pertama karya dari Alicia Lidwina.

Pertama kali membeli buku ini, saya tertarik dengan ke-misteriusan judul & cover novelnya. Hanya angka '3', yaaaa literally saya suka banget angka 3 (tiga) like angka tersebut adalah my magical number. Lalu, ketika membaca halaman pertama langsung ada bagian tentang bunuh diri, wah...saya langsung berpikir kalo ini adalah cerita romantis--cinta segitiga yang misterus.

Dugaan saya tidak melenceng jauh, novel ini memang berkisah tentang tiga orang yang bersahabat deket banget, yaitu Nakamura, Sakamoto, dan Hashimoto. Mereka memiliki mimpi besar bersama, dan ingin mewujudkan bersama-sama. Cliche I know! But, the best part is....(tenang, bukan cinta segitganya kok), tapi adalah ketika di dalam hati mereka tersimpan perasaan-perasaan kelam dan pesimistis yang kadarnya tinggi. Gimana cara mereka untuk meredam itu semua demi sebuah PERSAHABATAN.

WHAT I LIKE
Adalah bagaimana cara Hashimoto yang pendiam mencintai kedua sahabatnya, yaitu Nakamura & Sakamoto dengan sepenuh hati, jiwa, raga, dan hidupnya. Bagaimana Nakamura dapat memendam nafsu terkelamnya, dan bagaimana Sakamoto dapat menjadi tenang di antara "dua badai" tersebut.
Selain itu, teknik penulisan novelnya yang udah kaya novelis ternama. Ini novel asik abis penuturan katanya dan perkembangan karakternya. Memang, semuanya dari setting tempat adalah full Japanese, tapi kesannya tidak ada pemaksaan yang 'sok tahu' dari penulisnya. Ini kaya kamu baca novel Jepang terjemahan. Padahal bukan.

WHAT I DON'T LIKE
Adalah, karakter Nakamura yang terkadang membuat saya marah & gregetan. Nakamura ini adalah tokoh utama dalam novel ini, jadi karakter dia begitu mempengaruhi semua jalan cerita. Saya tidak begitu suka dengan karakter yang begitu pesimistik.

Tapi, overall buku ini bagus, dan ga nyesel beli dan membacanya.
Profile Image for Shinta Amelia.
49 reviews21 followers
November 14, 2016
Di balik nuansa kelam yang membalut tragedi kematian Hashimoto Chihoro, tak kusangka 3 (Tiga) mempunyai jalan cerita yang heartwarming juga. Novel ini mengangkat tema persahabatan serta impian yang dibalut dengan cinta segitiga rumit di antaranya.

Menjadikan Jepang sebagai setting cerita, penulis tidak terlalu detail mendeskripsikan suasana dari tempat yang menjadi latarnya. Meskipun begitu, nuansa Jepang tetap terasa sangat kental penulis tampilkan, baik dari cara karakter saling berinteraksi, pemakaian banyak kosakata dalam bahasa Jepang yang menunjang narasi maupun nuansa melankolis yang mengiringi novel ini sejak awal.

Novel ini mempunyai alur maju-mundur. Cerita dimulai dengan prosesi upacara pemakaman Hashimoto yang berjalan sendu. Tujuh tahun lamanya Nakamura tidak melihat sahabatnya itu dan kembali hanya untuk bertemu dengan jasadnya yang tewas karena bunuh diri. Hashimoto juga meninggalkan pesan berupa tiga buah goresan berbentuk angka 3 yang ditulisnya sebelum meninggal menggunakan lipstik merah menyala. Hal tersebut membuat Nakamura merasa dibanjiri perasaan bersalah karena dulu telah melanggar janjinya pada Hashimoto dan mengkhianatinya. Apalagi dengan munculnya bayangan 'imajiner' dari sosok Hashimoto yang terus mengajaknya bicara serta mengungkapkan keinginannya untuk pergi ke suatu tempat yang lebih dekat dengan langit, membuat Nakamura semakin ketakutan dan merasa dihantui. Hal itu juga membuatnya terpaksa mengingat semua kenangan tentang masa lalu yang sudah lama ditinggalkannya.

Aku suka membaca kilasan-kilasan masa lalu yang menunjukkan betapa (memang) dalam dan sarat maknanya persahabatan di antara Nakamura, Hashimoto dan Sakamoto. Prosesnya tidak instan. Kita digiring untuk menyelami ingatan Nakamura, dari awal mula bagaimana ia pertama kali bertemu dengan sosok Hashimoto di kursus menggambar. Perkenalannya dengan Sakamoto yang merupakan sosok cinta pertamanya sekaligus cinta tak berbalasnya. Hubungan semu yang mengikat Nakamura dengan Hashimoto pada awal masa SMA mereka sebagai teman telepon, sebelum pada akhirnya benar-benar bersahabat 'sungguhan' dengannya dan juga Sakamoto—yang ternyata merupakan teman kecil Hashimoto di panti asuhan. Bertiga, pada hari kelulusan di atap sekolah, mereka berbagi impian yang sama dan berjanji akan berusaha mewujudkannya.

Selanjutnya (dalam flashback itu) menurutku alurnya berjalan cukup realistis dan diceritakan dengan cara apa adanya. Mengisahkan kehidupan sehari-hari, bagaimana suka dan dukanya berada pada masa-masa transisi dari seorang pelajar SMA menjadi mahasiswa yang mandiri, berjuang keras demi impian mereka. Dan suatu hari merasa cemas akan datangnya perubahan ketika mereka bertiga dihadapkan pada dunia nyata yang sesungguhnya—yang membuat Nakamura kembali merasa terasing. Dan juga cinta ... cinta yang terlalu lama dipendamnya sendiri, yang semakin hari semakin membebani. Membuat Nakamura merasa terpenjara hingga memutuskan untuk pergi, meninggalkan semuanya—persahabatan, cinta dan juga impian mereka.

Aku sebenarnya enggak terlalu suka dengan karakter Nakamura yang terlalu insecure, dia terkadang juga sangat overthinking. Dan soal keputusannya meninggalkan Hashimoto dan Sakamoto pada malam kepindahan mereka dari apartment ... sumpah! menurutku itu berlebihan banget dan merupakan keputusan paling menyebalkan yang Nakamura pernah ambil dalam hidupnya. Sangat disesalkan. Kalau saja saat itu dia tidak pergi dan tetap tinggal, kupikir akan ada banyak sekali hal-hal yang akan terselamatkan di masa depan, seperti perkembangan hubungannya dengan Sakamoto atau kasus bunuh diri Hashimoto itu, misalnya.

Ya, kan? Atau enggak? Sebenarnya aku mengerti perasaan dari masing-masing karakter. Persahabatan serta impian mereka terlalu berarti kurasa untuk dihancurkan atas nama cinta. Ketiganya ada pada posisi yang serba salah. Sakamoto, seperti katanya, cinta adalah mendambakan. Ia mendambakan bisa mencintai Nakamura dengan bebas, tetapi ia tidak bisa mengabaikan perasaan yang dimiliki Hashimoto kepadanya, dan juga impian yang ingin mereka wujudkan bersama mungkin akan kandas kalau ia mengungkapkan perasaannya saat itu karena akan sangat melukai Hashimoto dan membuat persahabatan mereka menjadi renggang. Selanjutnya ada Nakamura yang sudah lama juga memendam cinta untuk Sakamoto. Menurutnya cinta adalah mengejar, mungkin itulah alasan mengapa hanya punggung Sakamoto-lah yang selalu dilihat olehnya ketika ia memandang sosoknya dari belakang. Ia mengira selamanya mungkin cintanya hanya akan bertepuk sebelah tangan, Sakamoto tak akan pernah melihat perasaannya. Apalagi sedari awal dia memang sudah insecure dengan 'ikatan spesial' yang dimiliki oleh Sakamoto dan Hashimoto, yang ia rasa tak akan pernah bisa ia tembus meski mereka bertiga bersahabat. Di lain sisi ada Hashimoto yang selalu merasa ditinggalkan. Perasaannya yang terluka karena mengetahui laki-laki yang dicintainya ternyata mencintai sahabatnya sendiri tak pernah ia tunjukkan pada siapapun. Penderitaan dan rasa putus asanya sejak kecil—kesepiannya—masih selalu ia bawa dan simpan untuk dirinya sendiri. Setidaknya saat bersama Sakamoto dan Nakamura ia tidak lagi merasa sendirian. Hashimoto memiliki sahabat dan juga impian yang ingin ia wujudkan kala itu. Dia yakin dia bisa bertahan.

Aah, so long Hashimoto...
Profile Image for Alfa.
202 reviews9 followers
August 11, 2016
Ketika beberapa orang bilang baca 3 seperti membaca novel terjemahan, saya sih angguk-angguk saja secara saya belum pernah baca buku karya penulis jepang, tapi harus saya akui ketika banyak orang bilang novel ini keren saya setuju \^•^/

Penyampaiannya enak, tidak ada kata-kata yang berlebihan dan sok puitis seperti yang kadang saya temui pada novel-novel lokal (apalagi baca novel lokal fantasi duh.... seringnya bikin kepala puyeng duluan), karakterisasi jepangnya juga kuat bukan seperti asal comot nama jepang, seting jepang pokoknya asal nyerempet-nyerempet jepang.

Sejak awal suasana kelam di novel ini sudah kental, bikin hati serasa dipilin (ea.. jarang-jarang saya ngerasa begini pas baca buku). Frustasi sendiri dengan tindakan dan keputusan yang diambil oleh Hashimoto, Sakamoto dan Nakamura. Seharusnya tidak perlu sampai jadi seperti ini >_<.

Saya menikmati membaca novel ini dari awal sampai akhir, jempol deh ceritanya, apalagi ini novel perdananya Alicia Lidwina jempol dua buat sang pengarang, trus kemarin ada yang bilang penulisnya ini cowok bukan cewek, empat jempol deh karna sudah bikin hati saya nyeri :p
Profile Image for cindy.
1,979 reviews149 followers
January 22, 2016
Bayangkan jika suatu malam, kau mendapatkan telepon dari polisi yang mengabarkan salah satu sahabat karibmu telah mengakhiri hidupnya sendiri. Bukan sekedar teman atau kenalan, tapi sahabat lama sejak masa kanak-kanak, tumbuh besar bersama, berbagi kenangan masa sekolah, bahkan tinggal berbagi rumah selama masa kuliah. Sahabat di mana sebuah impian pernah dibagi dan tiga buah janji pernah dibuat.

Selama seseorang masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, dia tidak akan bunuh diri. Kecuali jika memang bunuh diri adalah satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia perjuangkan.
...
Hanya orang-orang yang impiannya sudah rusak, hancur, dan binasa yang akan melakukan tindakan menyedihkan seperti bunuh diri.


Telepon semacam itulah yang mengawali kisah Nakamura Chidori di novel ini. Hashimoto Chihiro telah bunuh diri dengan hanya meninggalkan goresan angka 3 dari lipstik merah manyala di atap gedung tempatnya meloncat. Dari sini kisah sepi Nakamura dan kedua sahabatnya, Hashimoto dan Sakamoto dijabarkan, melompat-lompat dari waktu satu ke waktu lainnya, lampau dan sekarang. Kisah persahabatan tulus namun aneh antara seorang yang merasa dirinya biasa-biasa saja, dengan seorang jenius pendiam dan seorang atlet pelajar populer, tentang belajar menjadi dewasa bersama, tentang pilihan-pilihan sulit yang mereka buat, kesalahan-kesalahan yang sengaja dan tak sengaja dilakukan, rasa cinta tak kesampaian dan rasa takut kehilangan yang sulit mereka atasi. Semuanya mengalir tenang terkendali, namun menyisakan riak-riak kekecewaan terpendam... yang akhirnya meledak dengan konsekuensi mengerikan. Dan kemudian Nakamura harus berhadapan dengan hantu-hantu masa lalunya, yang sudah ia pendam dalam-dalam.
Sampai hujan datang.
Sampai langit tampak begitu dekat.
Sampai burung-burung terbang,
.....karena merekalah makhluk yang paling dekat dengan langit.

Review lengkap ada di
http://readbetweenpages.blogspot.co.i...
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews68 followers
August 4, 2015
Semua bermula dari kematian Hashimoto Chihiro, sahabat yang sudah sekian lama tidak ditemui oleh Nakamura dan Sakamoto. Kematian yang sungguh tragis, kematian yang diduga karena bunuh diri, tetapi pesan kematian berupa angka 3 yang digoreskan dengan lipstik yang sama dengan lipstik yang digunakan dalam buku harian Hashimoto menimbulkan misteri dan tanda tanya besar, terutama pihak kepolisian.

Kematian Hashimoto sendiri membawa Nakamura dan Sakamoto bertemu kembali yang akhirnya membuka kembali segala kepingan kenangan yang mewarnai persahabatan mereka. Nakamura dan Sakamoto pun memutuskan untuk sementara tinggal bersama, apalagi Nakamura mengaku sedang mengalami kesulitan ekonomi. Dimulailah kehidupan Nakamura dan Sakamoto pasca kematian Hashimoto, sahabatnya.

Beberapa hari setelah kematian Hashimoto, Nakamura mendapatkan dirinya sering menemukan bayangan Hashimoto yang senantiasa hadir, apalagi jika Nakamura sedang sendiri, Sakamoto sedang pergi bekerja. Hal ini membuat Nakamura menjadi semakin depresi dan berpikir dia sudah gila, karena melihat Hashimoto yang telah meninggal. Namun, sosok Hashimoto seakan nyata dan ingin menagih janji yang telah sekian lama terucap diantara mereka. Ada apa sesungguhnya?

Review selengkapnya http://rizkymirgawati.blogspot.com/2015/08/book-review-3-tiga.html
Profile Image for Maggie Chen.
143 reviews86 followers
July 11, 2017
Tiga adalah sebuah cerita mengenai persahabatan, cinta, dan juga impian yang berlatar tempat di Jepang. Kisah ini berpusat pada kehidupan tiga orang tokoh utamanya yang bernama Nakamura Chidori, Hashimoto Chihiro, dan Sakamoto Takahiro. Di dalam buku ini, kita diajak untuk melihat satu persatu kenangan Nakamura akan Hashimoto dan Takahiro menggunakan alur campuran (maju-mundur).
Awalnya, sebenarnya aku merasa sampulnya kurang menarik. Dan sepanjang aku membaca buku ini, aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri. 'Mengapa angka tiga di bagian depan sampul dibentuk oleh sekawanan burung?" Namun, setelah selesai membaca, aku shock. Aku sangat menyukai alasan dibalik desain sampul tersebut dan mengubah pendapatku sebelumnya. Aku sangat suka melihat sampul yang berhubungan dengan isi cerita. Terutama jika 'sangat berhubungan' seperti Tiga ini.
Saat mulai membaca bagian awalnya, aku kira cerita ini akan sedikit berbau detektif karena Hashimoto meninggalkan sebuah pesan ganjil berupa angka '3' sebelum bunuh diri. Aku yang memang suka film detektif langsung menanti adegan penyelidikan apakah Hashimoto benar-benar bunuh diri atau dibunuh seseorang? Siapa pembunuh Hashimoto? Nakamura-kah? Sakamoto?

Read more on >> http://iamnumberthirteen.blogspot.com...
Profile Image for Nisa Rahmah.
Author 3 books98 followers
July 11, 2016
Selama kita memiliki impian yang sama, aku percaya kita akan bertemu lagi.

Tapi, jika suatu saat nanti salah satu dari antara kita ada yang tersesat dan tidak bisa menemukan jalan untuk kembali ke impian itu...

Tidak peduli meski sepuluh atau seratus tahun sekalipun.

Karena kebetulan belaka atau karena keinginan kita sendiri.

Kita bisa bertemu.

Di sebuah tempat di mana kita bisa melihat langit dengan lebih dekat.
--- Halaman 223

***

Novel ini bercerita tentang tiga orang sahabat; Nakamura Chidori, Hashimoto Chihiro, dan Sakamoto Takahiro.

Pada mulanya, Nakamura berkenalan dengan Hashimoto ketika sama-sama ikut kursus menggambar sewaktu kecil. Saat berada di bangku sekolah, Nakamura bertemu dengan Sakamoto. Saat itu Sakamoto masih seorang pemuda biasa-biasa saja, belum terkenal, tapi Sakamoto sudah merasa suka dengannya. Sampai pada titik di mana Sakamoto menjadi terkenal karena ketampanannya dan suka menolak banyak perempuan, Nakamura pun masih memendam rasa.

Ternyata Hashimoto dan Sakamoto sudah saling mengenal saat berada bersama di panti asuhan. Bahkan Sakamoto memanggil Hashimoto dengan "Chihiro", bukan "Hashimoto" yang merupakan nama keluarga yang lazim digunakan sebagai panggilan. Ini menunjukkan kedekatan yang membuat Nakamura cemburu. Hashimoto dan Sakamoto memiliki impian yang ingin mereka wujudkan bersama, yakni memiliki panti asuhan sendiri. Keduanya membagi impian itu kepada Nakamura. Nakamura, seorang gadis yang biasa-biasa saja, tidak cantik ataupun kaya, berada di antara Hashimoto yang pintar meskipun aneh (bahkan dikatakan agak gila oleh sebagian orang), dan Sakamoto yang tampan dan populer.

Sejak dulu Nakamura merasa bahwa dirinya hanyalah orang asing di antara kedua sahabatnya. Namun, ada satu titik di mana Nakamura memilih untuk menghilang sama sekali dari kehidupan mereka. Ketika beberapa tahun kemudian mereka bertemu lagi, segalanya telah berubah. Hashimoto meninggal karena bunuh diri, Nakamura dan Sakamoto menghadiri pemakamannya, polisi mengusut kasus ini dan meminta keterangan Nakamura karena namanya dan Sakamoto ada di dalam agenda milik Hashimoto. Segalanya masih menjadi misteri. Pusaran masa lalu mengharuskan Nakamura masuk kembali ke dalamnya, karena banyak urusan yang belum selesai selepas kepergian Hashimoto. Banyak janji meminta untuk ditepati.

Ada sesuatu dari gumpalan daging yang terus menyeretku dalam gravitasi masa lalu, tapi kurasa aku sudah lelah hidup. Terkadang, ada saat ketika aku harus membiarkan masa lalu menenggelamkanku, supaya aku tidak lupa.

Supaya mereka tidak hilang dalam ingatanku.
--- Halaman 230

***

Novel ini bagus banget.

Nggak percaya rasanya kalau ditulis oleh penulis lokal. Rasanya seperti novel terjemahan asia, mirip seperti saat saya membaca novel Please Look After Mom. Ceritanya kelam sekali, diawali dengan scene bunuh diri. Alurnya maju-mundur seperti sedang menyusun puzzle, di mana kepingannya satu per satu terbuka dan membangun cerita menjadi utuh. Plot twistnya bikin kesal. Sampai akhir bahkan saya sukar menebak apa yang terjadi di antara ketiga tokoh utamanya, atau apa yang menjadi alasan salah satu tokohnya bunuh diri.

Pada mulanya saya cukup bingung dengan penokohannya apalagi nama-nama Jepang tidak terlalu familiar. Kesan yang ditangkap juga agak membingungkan, apakah ini novel roman atau justru thriller karena bercerita tentang misteri pembunuhan? Tapi tak lama kemudian saya sudah berhasil untuk menikmati ritmenya. Kesan Jepang di dalam cerita ini melekat sekali, hingga merasa kalau ini seperti novel terjemahan. Mulai dari tempat-tempatnya, gaya hidupnya, dan hal-hal yang melekat dalam cerita ini membuat kesan Jepang melekat dalam keseharian, berhasil membawa atmosfer setting itu dengan sudut pandang orang lokal. Terkadang, ketika saya membaca novel lokal ber-setting luar negeri, penulis membawa sudut pandang sebagai seorang "turis" di sana, padahal yang menjadi tokoh adalah orang lokal atau orang yang sudah tinggal lama di kota tersebut.

Banyak pula kalimat-kalimat yang kena dan nendang (atau istilahnya quotable), membuat saya banyak sekali menandai di berbagai tempat. Terutama tentang persahabatan, cinta, atau patah hati. Sangat relatable dalam kehidupan sehari-hari.

Ada sesuatu yang hilang setiap kali kau bertemu dengan teman lamamu. Kata lama dalam istilah tersebut seolah menjadi pengekang yang membekukan lidah. Kau akan kehabisan kata-kata, bahkan meski kau menyimpan kenangan manis bersamanya. Kau tahu kau tak akan bisa kembali ke masa-masa itu, dan itulah yang membuatmu membujur kaku--mengutuk kelalaianmu sendiri untuk mengklaim balik posisi yang seharusnya sudah menjadi milikmu: seorang teman.

Tapi kau tahu kau tidak bisa melakukannya.

Kau buklanlah temannya lagi.
--- Halaman 58
Profile Image for Fakhrisina Amalia.
Author 14 books187 followers
September 6, 2015
(updated review)

Dulu, dulu banget, ketika aku masih labil (yah, sekarang juga masih sih) dan hobinya baca teenlit doang, aku tentu akan menolak membaca 3 ini. Kenapa? Karena bukunya bikin mikir. Dulu aku nggak suka baca buku yang bikin mikir.

Tapi tentu saja semua berubah setelah negara api menyerang. (Is, apaan sih ini? -_-)
Tentunya dengan kapasitas otakku yang pas-pasan dan jarang dilatih dengan bacaan yang bikin mikir, menyatukan kepingan-kepingan puzzle 3 ini susah bukan main, dan sampai akhir, aku masih berusaha menyusun semua keping yang sudah kukumpulkan itu. Lumayan berhasil, tapi masih ada yang kepikiran

3 (tiga) dibuka dengan kematian Hashimoto Chihiro yang mendadak yang membuat dua sahabatnya--Nakamura dan Sakamoto kembali menemuinya, yah, dalam keadaan yang sudah meninggal.

Meski bunuh diri, Hashimoto meninggalkan pesan di atap gedung sekolah SMA mereka dulu, pesan dengan lipstik merah yang membentuk angka tiga raksasa berjumlah tiga buah.

Angka itu tetap menjadi misteri, sampai Nakamura menyusun kembali petak-petak kenangan yang pernah mereka miliki bersama, dirinya, Hashimoto, dan Sakamoto.

***

Ada poin2 yang akhirnya aku simpulkan setelah menutup buku ini dan kepikiran dan galau dengan hubungan rumit di antara ketiganya. Koreksi aku jika salah:
1. Meski Nakamura yang merasa paling sedih dengan perpisahan mereka bertiga, sebenarnya justru Hashimoto lah yang paling depresi. Apalagi dengan menghilangnya Nakamura pagi itu, ia merasa sendirian dan ditinggalkan.
2. Pesan 3 itu tidak hanya menggambarkan tiga janji dan tiga sahabat. Tiga menggambarkan tiga ekor burung, dekat dengan langit, seolah2 tanda untuk Nakamura dan Sakamoto untuk melanjutkan impian Hashimoto yang selama ini berusaha diwujudkannya sendirian. Dia mempertemukan/mempersatukan Nakamura dan Hashimoto lagi di dekat langit, di tempat kepergiannya, bukan untuk menyalahkan mereka, tapi untuk membuat mereka meneruskan impiannya.

Bener nggak sih?

***

Pada akhirnya kematian Hashimoto, pesan kematiannya, dan kenangan yang terjadi di antara mereka lebih dalam dari yang bisa kupikirkan. Rasanya seperti ada yang hilang, ada yang kurang saat menutup buku ini. Dan mungkin itu jugalah yang dirasakan Hashimoto setelah berpisah dengan sahabat-sahabatnya, juga yang dirasakan Nakamura setelah melihat Hashimoto tergeletak tak bernyawa di bawah hujan malam itu....
Profile Image for Alya N.
304 reviews11 followers
October 15, 2019
Review ini akan bersifat personal.

Akhir-akhir ini saya sedang membaca dua buku: 3 (Tiga)-nya Alicia Lidwina dan First Love-nya James Patterson. Entah kebetulan atau bagaimana, keduanya sama-sama mengangkat tema friendship sebagai bahan baku utama, hanya dengan pengemasan dan bumbu yang berbeda.

Ngincer 3 (Tiga) sudah sejak lama. Dari 2015 kayaknya. Lalu saya masukkan di daftar want to read saya. Eh di penghujung 2019 ini, jastip buku langganan saya menjual 3 (Tiga) dengan harga yang sangat terjangkau. Ya udah, ngga pikir panjang, langsung beli.

3 (Tiga) beraura gelap, sepanjang novel ini hampir tidak ada saya temukan atmosfir riang yang sifatnya enlightening, bahkan di scene-scene bahagia pun, aura gelap-nya juga nggak pergi-pergi hahaha. Gaya bahasanya baku dan runut, juga rapi. Kalau kamu lagi ingin membaca buku novel dengan gaya bercerita yang ceplas ceplos kekinian, mungkin buku ini ngga ada di daftar, tapi entah kenapa cerita ini sama sekali ngga membosankan. Saya menikmati hampir keseluruhan buku. Meski ada beberapa dull moment tapi itu cepat teratasi dengan baik ketika kemudian membaca scene-scene berikutnya. Yang di dalamnya selalu ada sparks yang menarik minat kita untuk meneruskan ceritanya.

Karakter Nakamura sebagai tokoh utama entah kenapa terasa personal sekali dengan saya. Mungkin karena ada beberapa similar personality antara saya dan Nakamura yang membuat saya memahami Nakamura. Bitter, pesimis, apatis, diam-diam sangat melancholy dan hopeless romantic, serta yang paling penting: orangnya susah move forward dan senang sekali terbayang-bayang masa lalu. Ada beberapa part yang bahkan membuat saya bergumam, "ya ampun ini gue banget" dan klimaksnya di scene ketika malam perpisahan antara Nakamura, Sakamoto, Hashimoto, di mana mereka mengadakan pesta sederhana dan monolog Nakamura mengelaborasikan ketidakrelaannya berpisah dengan Sakamoto & Hashimoto, membuat saya menangis. Saya merasa: Nakamura ini saya banget. Not the whole, but some significant parts of herself are related to me.

Ya sudah, pada intinya 3 (Tiga) ini lumayan memorable. Saya suka.
Profile Image for Ria Destriana.
Author 4 books15 followers
November 23, 2015
Nakamura tidak pernah menyangka dia akan bertemu kembali dengan sahabat lamanya, Hashimoto, dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Gadis pendiam itu mengakhiri hidupnya dengan lompat dari atap gedung sekolah dan meninggalkan pesan berupa angka 3 yang tidak dipahami Nakamura.

Di acara pemakaman Hashimoto, Nakamura bertemu dengan Sakamoto. Pria yang mengenal mereka sejak lama dan dicintai Hashimoto—juga dirinya.

Bertiga dengan Hashimoto, dulu, mereka menjalin persahabatan yang erat. Sakamoto yang populer, Hashimoto yang pintar namun pendiam, dan Nakamura yang biasa-biasa saja. Mereka memiliki mimpi yang ingin mereka wujudkan bersama. Hingga di masa kuliah, Nakamura pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

Kepergian Hashimoto dan pertemuan kembali dengan Sakamoto membuat Nakamura dibayangi rasa bersalah. Lalu, dia mengingat kembali kenangan tentang persahabatan mereka, tentang cinta diam-diam, tentang mimpi yang tidak terwujud dan janji yang tidak pernah ditepati. Dia mencari makna pesan misterius yang ditinggalkan Hashimoto.

Jadi, mengapa Hashimoto mengakhiri hidupnya? Apa benar karena Nakamura? Temukan jawabannya di Tiga.


Review:

Aku pertama kali tahu tentang Tiga dari twit editornya yang bilang kalau dia jatuh cinta dengan cerita ini. Lalu, aku membaca review Tiga dan jadi semakin penasaran. Novel ini berlabel Metropop, memiliki cover berwarna biru dan pink cerah, tapi memiliki aura gelap yang sama dengan novel Colorless Tsukuru Tazaki dari Haruki Murakami.

Tiga memakai latar di Jepang dengan tokoh pegawai kantoran. Konflik yang diangkat juga hal yang marak terjadi di sana, tentang bunuh diri. Namun sebenarnya Tiga memiliki konflik yang kompleks dan lebih dalam dari itu. Melalui alur maju mundur, Nakamura mengenang sedikit demi sedikit kisah hidupnya bersama kedua sahabatnya, seraya mencari jawaban dari misteri kepergian Hashimoto.

Baca review lengkapnya di: https://girlwithwritingproblems.wordp...
Profile Image for Larasestu Hadisumarinda.
186 reviews34 followers
July 3, 2016
Latar belakang yang diangkat adalah hal yang pasti sangat saya sukai ketika duduk di bangku SMP, membaca buku ini seperti bernostalgia, saya pernah amat sangat menyukai Jepang. Kadar kecintaan saya terhadap Jepang sudah tidak sebanyak saya menyukai Inggris, Turki, Afganistan, Swedia, Italia, dan Eropa pada umumnya. Tetapi buku ini benar-benar membawa saya kembali terseret ke masa lalu, ketika saya masih hobi membaca banyak sekali komik, menonton anime, memenuhi playlist dengan lagu-lagu Jepang.

Meskipun ini buku pertama Alicia Lidwina, penulis termasuk jenis yang matang saat melakukan riset untuk tokoh dan tempat. Ceritanya pun menarik. Sudah lama saya tidak merenungi diri saya sendiri. Biasanya ketika membaca buku saya akan terseret oleh emosi dari karakter-karakter fiktif buatan saya yang biasanya membuncah dominan. Apalagi untuk genre seperti ini. Tidak menyangka saya sendiri lah yang larut. Dan di sini lah menariknya untuk saya.

Tidak pernah menyangka saya akan memuji genre Metropop. Tapi buku ini benar-benar layak dan bagus untuk dinikmati sebagai bacaan ringan yang mengena.

Genre Metropop pertama yang saya baca. Yang menghadirkan sensasi seperti membaca karya Cecilia Ahern, Where Rainbows Ends. Meskipun tidak sekuat kisah Alex dan Rosie tetapi buku ini saya apresiasi.

Proper review akan saya buat segera di WordPress.

Semoga udah pada siap buat #BuddyRead2016 selanjutnya.
Profile Image for Ayu Eddy.
58 reviews10 followers
July 12, 2016
Kelam......itu adalah hal pertama yg saya rasakan saat membaca novel ini. Selain itu seperti membaca novel terjemahan karena feel dan penggambarannya kental sekali, kalau tidak tau penulisnya orang lokal pasti akan mengira novel ini adalah novel asing. Alur yg di mix dan penggambaran tempat karakter kejadian terasa begitu nyata.

Tidak ada tokoh yg saya favoritkan di novel ini tapi saya tetap hanyut didalam ceritanya, kemurungan kesedihan dan perasaan putus asa yg dialami tiap tokohnya mempengaruhi saya. Saya merasa menyesal dengan keputusan Hashimoto yg memilih mati bunuh diri, jg jalan yg dilalui Sakamoto untuk menekan perasaan cintanya pada Nakamura. Seolah mencintai sahabat sendiri adalah hal terlarang, saya masih belum mengerti dimana letak salahnya hingga Sakamoto lebih memilih menekan perasaannya yg berakhir tidak hanya menyakiti dirinya sendiri tp juga pastinya menyakiti Nakamura dan saya juga bertanya-tanya jika saja Sakamoto berani saja mengungkapkan perasaannya akankah semua yg terjadi akan berbeda? atau apakah dengan begitu Nakamura tidak akan pergi maka akhirnya Hashimoto pun tidak akan bunuh diri?

Novel ini membuat saya merenung, mungkin saja apa yg dialami oleh Hashimoto Nakamura dan Sakamoto adalah hal yg entah disadari atau tidak dialami juga oleh kita pribadi. Keputusasaan dan perjuangan melawan diri sendiri, hal2 yg paling sulit diatasi dibandingkan bermasalah dengan orang lain, karena kita tidak bisa menghindari diri kita sendiri.
Profile Image for Nadhira R..
Author 1 book4 followers
August 9, 2015
Tentang memperjuangkan impian. Juga tak lekangnya persahabatan.

Hashimoto bunuh diri, mempengaruhi hidup kedua sahabatnya, Nakamura dan Sakamoto. Mengapa? Bukankah ia masih mempunyai impian untuk diperjuangkan? Apa arti angka 3 yang dilukiskan Hashimoto sebelum kematiannya?

Kilas balik menggali memori, mengenang kembali, mencari petunjuk juga bukti. Mengapa bunuh diri? Alur maju mundur yang membuat terpekur. Air mata yang membuat pandangan kabur. Kematian yang membuat hati hancur.

Apa itu cinta? Mungkin cinta adalah penjara. Menelisik analogi burung dalam sangkar, semuanya terjawab di tempat kita melihat langit lebih dekat.

Pusing bacanya? Ya, karena alur maju mundur yang selalu jadi kelemahan saya haha.. Debut yang luar biasa dari penulis baru ini. Hawa novel ini dingin, mungkin bingung ya kenapa novel punya hawa, tapi entah kenapa ini yang terasa saat saya baca. Setting Jepang yang nggak terlalu memamerkan tapi terasa Jepang beneran. Bahasanya asik, dan untuk romance freak macam saya, cukup memuaskan 'melihat' Nakamura dan Sakamoto. Well, saya belajar untuk memaafkan diri dari novel ini.
Profile Image for Lila Cyclist.
753 reviews60 followers
March 20, 2017
3, 5 bintang sih bener nya =)

Sedekat apakah hubunganmu dengan sahabat terdekatmu? Apakah sedekat tiga jari membentuk angka tiga yang terdiri dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis? Atau sedekat burung dengan langit?

Saya mendapat rekomendasi buku ini dari teman saya Cindy dari blog Let's Read Between Pages. Sekilas, saya sedikit terkejut dengan bacaannya yang bukan 'color'nya. Metropop! Seriously? Setelah saya membaca review nya, saya jadi manggut-manggut maklum karena kisahnya sangaaatttt Jdorama. Dan tak heran, Cindy me rekomendasi buku ini ke saya yang lagi tergila-gila dengan dorama Jepang =)

Dari awal saya sudah merasakan tone yang sangat Jepang: gloomy, depressing, sepi, patah hati, menyesakkan. Nakamura mendapat kabar kematian sahabat dari kecilnya, Hashimoto Chihiro karena bunuh diri. Setelah lama tak bersua, yang dia dengar berita dari sahabatnya ini adalah berita kematiannya! Satu tanda yang ia tinggalkan di apartemennya adalah coretan kurang jelas yang menyerupai angka 3.

Review lengkap di blog http://justaveragereader.blogspot.co....
July 27, 2015
Yang jelas buku ini menggelitik rasa penasaran saya.

Buku ini membuat saya menangis. Bukan buku pertama yang buat saya menangis memang. Tapi penulisnya membuat saya bertekad untuk menulis juga. Menulis sesuatu yang akan membuat orang lain menangis, juga terinspirasi lagi untuk menulis—seperti lingkaran tak berujung.

Secara teknis penulisan, setting tempatnya mudah dibayangkan, meski saya belum pernah berkunjung ke Jepang. Saya bisa merasakan dan menyelami pemikiran karakternya. Lagipula permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Itulah nilai plus dari novel ini sehingga pembaca mudah terhanyut dalam ceritanya.

Profile Image for Syifa L.
235 reviews85 followers
January 5, 2018
Selama kita memiliki impian yang sama, aku percaya kita akan bertemu lagi.
Tapi, jika suatu saat nanti salah satu dari antara kita ada yang tersesat dan tidak bisa menemukan jalan untuk kembali ke impian itu...
Tidak peduli meski sepuluh atau seratus tahun sekalipun.
Karena kebetulan belakan atau karena keinginan kita sendiri.
Kita bisa bertemu.
Di sebuah tempat di mana kita bisa melihat langit dengan lebih dekat.
Displaying 1 - 30 of 137 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.