"Mas!" katamu sedikit berteriak. Kini, kau membalikkan tubuh ke arahku. Matamu menatapku tajam. Tatap penuh luka. "Apa Mas pernah tahu? Hanya karena memendam rasa malu, warga Tengger membebaskan sukmanya? Menghabisi raganya? Itu hanya karena tidak ikut adat!!! Sekarang, Mas masih bisa bilang ini bukan salahku?" (Sayfullan)
"Jangan kira orang seperti kami mendirikan rumah di atas laut ini karena kami miskin. Kami memang cuma hidup mengandalkan laut. Tapi, laut ini sendiri adalah rumah kami. Andai si Hima bisa beli rumah di darat macam orang Bagai, tak mau bapaknya pindah dari sini. Pinde kulitang kadare, bone pinde sama kadare." (Zachira)
Para alumni #KampusFiksi di buku ini menceritakan cinta dalam balutan kearifan lokal (local wisdom) dari berbagai penjuru Nusantara, menghadirkan alur-alur cerita yang jauh dari kata biasa. Jangan coba-coba menebak ending-nya sejak awal. Nikmati saja hingga halaman terakhir ....
Jadi sebenernya saya beli buku ini karena lagi nyari inspirasi budaya lokal indo, ada rencana mau bikin short animation sama temen yang ada local culturenya gitu. Dan karena ada Gyhna Amanda sama Dian Iriana temen saya :") Trus jujur aja sebenernya saya agak kecewa sama isinya, makanya ratingnya cuma segitu. Tapi itu salah saya juga sih, ekspektasinya bakal baca cerita yg bener-bener tentang warga daerah terpencil yang punya kebudayaan atau ritual aneh gitu. Ada sih yang begitu, tapi kebanyakan isinya lebih ke orang kota yang wisata ke daerah trus ketemu anuan doang dan ga bisa bersatu karena halangan budaya.
But of course, ada beberapa cerita yang buat saya menarik banget. Dari segi local culture, yang paling saya suka nomer 3 (saya ga bawa bukunya pas nulis review jadi lupa judulnya =))), tentang berburu paus Koteklema, ada unsur fantasinya tapi beneran ngasi tau budaya di NTT yang saya sama sekali gatau, serius kaget gitu ternyata di Indo ada perburuan paus??! Ke mana aja saya??! Plotnya sebenernya biasa tapi bagus aja buat saya, menyentuh :') Dan ga ada romance-nya tapi bisa bagus :")
Trus kalo dari segi cerita paling suka yang nomer 12, tentang Sungai Kapuas. Plotnya suka deh, jarang rasanya baca yang beginian, meskipun agak-agak serem ya (...) Yang lain saya lupa, berhubung bacanya udah berminggu2 lalu baru sekarang inget nulis review =')) Ntar kalo udah pegang bukunya lagi saya liat lagi deh yang mana yang menarik buat saya =))
Cuma dua itu aja yang membekas kayanya, bukan berarti yang lain ga bagus, cuma bukan tipe yang saya suka aja. Dan kadang pas baca juga nemu yang bikin `waaah`, `oooh`, tapi lupa yang mana (.....) Oh, tapi thumbs up banget lah sama effortnya buat bikin cerita daerah Indo gini, pasti susah risetnya karena budaya Indo yang tersebar di internet masih dikit :-?
Kekurangan lagi: di beberapa halaman saya suka nemu kalimat yang aneh, yang kaya kurang kata atau belum selesai gitu, atau emang dimaksudkan begitu cuma saya aja yang ngerasa salah? =))
Satu lagi, ini preferensi saya aja sih, pasti bakalan lebih bagus kalau di tiap cerita dikasi info kebudayaan apa yang diangkat, dari wilayah apa, provinsi apa gitu. Bakalan membantu banget buat lebih mengenal Indonesia :")
Btw ini saya tulis ringkasan wilayah sama kebudayaan/inti cerita yang diangkat, saya ngelist emang karena mau ngeriset sih, jadi sekalian aja share, cmiiw =))
1. Suku Tengger, Gunung Bromo, Jawa Timur: Upacara Kasada 2. Sunda, Jawa Barat : Wayang Golek 3. Lamalera, NTT : Berburu Paus Koteklema 4. Gunung Manggar, Jember, Jawa Timur : Tambang Emas 5. Pulau Sambu, Batam : Pancung (sampan) 6. Suku Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat : adat, uma (rumah) 7. Pantai Ngobaran, Gunung Kidul, DIY : pantai 8. Indramayu, Jawa Timur : Upacara Ngarot 9. Sungai Serayu & Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah : jalan2 10. Kota Tua, Jakarta : jalan2 11. Suku Baduy, Orang Kanekes, Cikeusik, Banten : penyembahan Sasaka Domas 12. Sungai Kapuas, Kalimantan Barat : sungai 13. Benteng Fort Malborough, Bengkulu : tempat wisata 14. Bojonegoro, Jawa Timur : tambang minyak 15. Desa Gumelem, Banjarnegara, Jawa Tengah : kentang 16. Suku Bajo, Wakatobi, Sulawesi Tenggara : laut 17. Kuala Melibur, Bengkalis, Riau : tempat 18. Wae Rebo (rumah kerucut), Manggarai, Pulau Flores, NTT : tempat wisata & adat 19. Pulau Sertung, Lampung : Gunung Krakatau 20. Pulau Kera, Kupang, NTT : laut
Saya mau jujur, abis saya baca buku ini saya langsung pengen berubah jadi pot kembang aja trus pelukan sama tembok *guling-guling di karpet sambil jiper* Soalnya menurut saya cerpen-cerpennya bagus-bagus dan berbobot, bukan jenis-jenis cerpen ngasal yang diketik 3 jam sebelum deadline :'| *trus ngaca* *trus pingsan*
20 cerita pendek yang disajikan di sini memuat local wisdom dari berbagai daerah di Indonesia, jadi saya yakin para penulisnya yang merupakan alumni #KampusFiksi dari angkatan 1 sampai 5 ini sudah melakukan berbagai riset untuk membuat karyanya jadi semakin kaya. Dan itu terasa kok di cerpen-cerpen mereka. Nggak usah ragu sama kemampuan mereka merangkai kata, saya sendiri puas dibuai oleh permainan aksara yang disajikan dalam bentuk paparan budaya-budaya asli Indonesia, yang kebanyakan bahkan belum pernah saya dengar gaung namanya. Selain baca, kita juga jadi belajar, dan saya selalu suka karya yang sehabis dibaca ngasih saya 'sesuatu' :"D
Ada beberapa cerpen yang menurut saya premisnya sama persis, cuma beda di lokasi sama nama karakter aja. Ada beberapa yang lain yang cukup decent tapi kurang nendang. Tapi overall, buku ini salah satu kumcer yang cukup layak dibaca dan dikoleksi.
Trus keingetan bulan depan giliran #KampusFiksi angkatan saya, makin jiper aja rasanya... Apakah saya emang kudu menampakkan diri dalam wujud pot kembang aja.... *MULAI NGACO*
"Gadis 360 Hari yang Lalu" adalah kumpulan cerpen #KampusFiksiEmas. Saya ngasih 3.5 sebenarnya, tapi saya bulatkan ke atas.
Secara keseluruhan, saya takjub dengan kumpulan cerpen ini. Bukan lantaran ceritanya yang wah luar biasa, tapi berbagai setting (lokal) yang dihadirkan dalam kumpulan cerpen ini berhasil membuat saya sadar betapa kayanya budaya Indonesia. Banyak dari tempat itu yang sangat asing di telinga saya. Setting yang paling nemplok di benak saya adalah setting yang dipakai Devi Eka dalam cerpennya Istana Api, walau ceritanya sendiri saya kurang suka.
Secara cerita, tema yang diangkat hampir-hampir sama antara satu cerita dengan cerita yang lain. Semuanya hampir berputar pada masalah "cinta terlarang"/"cinta beda suku"/"cinta berbentur adat". Hanya beberapa cerpen saja yang mengambil tema lain selain tema yang sudah saya sebutkan di atas. Salah satunya adalah cerpen Farrahnanda, yang judulnya saya lupa karena panjang :p.
Saya agak sulit ngasih review panjang untuk kumcer. Jadi, ngasih komennya yang umum-umum aja, ya (alesan). Meski begitu, dari 20 cerpen yang ada, saya punya 5 cerpen favorit (versi saya), yaitu:
1. Gadis 360 Hari yang Lalu, karya Sayfullan Yang paling menonjol dari cerpen pemenang #KampusFiksiEmas ini adalah teknik penyajiannya yang dibuat mundur, entah apa sebutannya. Di cerpen ini juga pertama kalinya saya ketemu cerita yang endingnya di depan. Nah lho, makin bingung, kan?
2. Wajah Petaka dan Teladan, karya Adiyarakhman Cerpen ini bagus banget, syairnya apa lagi. Bahasa yang digunakan bikin iri penulis pemula. Rada gelap. Pokoknya mesti baca untuk tahu. Sampai sekarang saya masih bingung memutuskan cerpen mana yang lebih bagus antara cerpen ini dengan Cerpen Mas Sayfullan.
3. Kabar untuk Galuh dari Lumpang, karya Reza Nufa Tida berbeda jauh dengan karya Mas Sayfullan dan Mas Adit, bahasa yang dipakai Mas Reza juga bikin iri. Kadang perlu beberapa kali baca untuk benar-benar menangkap maksudnya. Tapi, yang paling saya suka dari cerpen ini adalah endingnya.
4. Darah Koteklema dan Air Mata Lama Fa, karya Farrahnanda. Ditengah cerpen-cerpen yang membahas cinta antarmanusia, pria-wanita, cerpen ini muncul dengan keunikan tersendiri berupa kisah cinta seorang anak laki-laki dengan seekor paus. Saya suka bagaimana Farrah mengenalkan tokoh-tokohnya, memperkenalkan keakraban tokoh utama dengan paus itu, ditambah dengan dialek khas timur Indonesia, nuansa lokal cerpen ini lengkap sudah.
5. Pelangi; Sekeping Kebahagiaan di Balik Kabut, karya Elisa S. Yang saya suka dari cerpen ini adalah bagaimana penulis menggambarkan kecemburuan dua bersahabat itu, yang persahabatannya harus renggang karena suatu masalah. Pokoknya saya suka cerpen ini. Titik. (Alasan nggak mutu :P)
Untuk cerpen-cerpen lain, saya hanya sekedar menikmati (atau sebal, pada beberapa). Tapi, setiap cerpen memberikan gambaran kepada saya betapa Indonesia begitu kaya dengan tempat yang perlu dieksplorasi.
Cerpen-cerpennya memukau. Tapi sayangnya, cuma ada beberapa yang menurut saya konten local wisdom dan ceritanya bener-bener nyatu. yang lainnya, ada yang ceritanya bagus tapi gak dapet local wisdomnya, atau sebaliknya. Ini dia beberapa yang menurut saya bagus banget: 1. Gadis 360 Hari yang Lalu 2. Astrajingga 2. Istana Api 3. Darah Koteklema dan AIr Mata Fa 5. Kabar untuk Galuh dari Lumpang 6. Pelangi 7. Retak-retak Mutiara di Tepi Laut Wakatobi 8. Wajah Petaka dan Teladan. Dan cerpen nome 1, 6 dan 8 adalah favorit saya. Gadi 360 hari yang lalu benar-benar memukau. Baca cerpen ini kaya lagi nonton film dengan nuansa dan dialog yang eksotis. Ditambah lagi ending sangat-sangat twisting. Terus di Pelangi, awalnya cerpen ini terasa biasaaa.. tapi pas baca dari pov3 tokoh kedua, berasa 'ya ya ya' pesannya dapat banget. Semaca renungan. Dan terakhir di Wajah Petaka dan Teladan, ah saya iri banget sama narasi dan syair di cerpen ini!
Cerpen-cerpen pilihan dari lima angkatan #kampusfiksi yang menguak kisah dengan sentuhan manis local wisdom dari pelosok nusantara. Alur yang tak mudah ditebak, mendebarkan, panas, serta penuh nilai kebijakan ikut larung dalam tiap plot dan settingnya. Suguhan karya yang tak biasa! (Sayfullan)
akhirnya bisa baca ketiga buku antologi cerpen Kampus Fiksi Emas. dan, Gadis 360 Hari yang Lalu ini adalah yang paling tebal dibandingkan dengan 2 buku setelahnya.
ada 20 cerpen dalam buku ini. banyak, ya. dan setiap cerpennya terdiri dari 16-20 halaman. banyak, ya. beberapa ada yang bikin jenuh dan terasa seperti mengulur-ulur, beberapa bisa dinikmati dengan baik.
tema lokalitas yang diusung di buku ini beberapa terasa kental dan terdeskripsikan dengan baik.
beberapa cerpen yang menjadi favorit saya: astrajingga, darah koteklema dan air mata lama fa, dongeng sepentas kenangan, kabar untuk galuh dari lumpang, dan lelaki pembawa lilin.