Hanoman dikenal sebagai seorang panglima bangsa Kera yang hanya menghamba pada dirinya sendiri. Mengukir perjalanan hidupnya sendiri. Bukan karena perintah, bukan karena pengaruh. Arah kehidupannya adalah kemana harus berjalan menurut pemahaman kebenarannya. Hanoman yang selalu belajar.
Dia sendiri tak yakin siapa ayahnya. Yang dia tahu, ibunya bernama Dewi Anjani yang tak terlalu sering menemuinya saat kecil. Adalah Sang Hyang Bayu yang justru membentuk pendiriannya sampai dengan remaja. Hidup di negri para Dewa, negri di awan Jonggring Saloka, di istana Bayu bernama Panglawung.
Saat mulai beranjak dewasa, Batara Bayu mengirimnya mengembara ke pulau selatan Dunia Wayang. Bersama Anila yang juga tak pernah tahu asal-usulnya sendiri. Menjelajah mengenali merah hitam kehidupan dunia yang sesungguhnya. Belajar memahami apa arti teman, mengenali rasa kecewa, marah. Melihat dan mendengar tentang makna kepemimpinan. Sampai kemudian takdir membuat dia ditunjuk menjadi seorang panglima sebuah penyerangan besar terhadap suatu negri seberang lautan bernama Alengka.
Hanoman yang kemudian memahami bahwa pertikaian, peperangan sampai pada pertempuran yang semula menurutnya berisi semangat perjuangan antara yang baik dan angkara murka, tak lebih adalah silang sengkarut benturan kepentingan. Kepentingan untuk menguasai, kepentingan untuk mengalahkan, kepentingan mewujudkan keinginan.
Itulah mengapa Hanoman mengambil pendirian tak terlibat Baratayudha. Perang dahsyat yang dia mengira akan menjadi pembelajaran. Ternyata Hanoman keliru. Ternyata perang akan selalu ada. Pertempuran tetap akan selalu terjadi..
Membaca, membuatnya tergerak untuk juga menuangkan ide, pikiran dan gagasannya dalam bentuk tulisan. Sejak tahun 1997 dia banyak menulis artikel yang lebih banyak bertema pemberdayaan diri terutama dalam lingkup diri dan keluarga. Sejak tahun 2006, Pitoyo mulai menulis buku yang mengangkat kembali falsafah dan nilai kearifan budaya Jawa yang tersalut dalam kisah-kisah Dunia Wayang.... profil selengkapnya
Highly Recommended, bagi siapapun yang ingin mengenal lakon perwayangan. ah jika saya katakan sungguj cerita2 seperti ini tak kalah besarnya dengan fiksi2 besar para novelis dunia lainnya.
karena saya tidak terlalu mengerti setting wayang, buku ini memberikan referensi baru buat saya. saya suka gaya penulisannya. yang saya pertanyakan bagian di akhir cerita, dimana disebutkan Kediri = jenggala bukannya Kediri = Panjalu?. diluar itu, novel ini sangat bagus bagi yang ingin tahu latar kehidupan seorang Hanoman.
Hanoman adalah sosok yang lahir untuk kebaikan. Panglima perang yang selalu percaya yang ia bela adalah kebenaran. Sampai perang ramayana itu terjadi. Perang yang seharunya tidak perlu terjadi. Hal ini membuat Hanoman mulai tidak percaya dengan semua yang dilihatnya. Hanoman adalah sosok pembelajar, dan ia belajar bahwa manusia tidak akan pernah berhenti untuk berperang. Hal yang menurut Hanoman tidak perlu terjadi. Ia hidup begitu lama dengan begitu banyak pertanyaan.
Sosok Hanoman adalah gambaran sosok yang tidak pernah berhenti untuk belajar. Ia lahir dengan ketidaktahuan siapa bapak dan ibunya, siapa dia sebenarnya. Namun hal itu tidak membuat Hanoman menyerah dan putus asa akan hidupnya. Kesatria yang luar biasa