Jump to ratings and reviews
Rate this book

Nayla

Rate this book
Inilah Novel pertama karya Djenar Maesa Ayu, seorang penulis perempuan yang selalu menuai kontroversi untuk setiap karyanya. Setelah menulis dua kumpulan cerpen, kini Djenar menghadirkan Nayla, novel yang berkisah tentang cinta yang terdistorsi antara manusia dalam setiap wujud relasinya. Antara sesama, antara laki-laki dan perempuan, antara ibu dan anak. Dengan tetap mempertahankan inovasi dalam gaya bercerita, novel ini juga menunjukkan wujud lain proses kreatif seorang penulis.

Tuturan khas Djenar yang berani dalam membahasakan dirinya membius pembaca untuk terus menyelesaikan Nayla sampai habis.

180 pages, Paperback

First published January 1, 2005

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Djenar Maesa Ayu

10 books298 followers
Djenar Maesa Ayu started her writings on many national newspapers. Her first book "Mereka Bilang Saya Monyet!" has been reprinted more than 8 times and shortlisted on Khatulistiwa Literary Award 2003.

Her short story “Waktu Nayla” awarded the best Short Story by Kompas in 2003, while “Menyusu Ayah” become The Best Short Story by Jurnal Perempuan and translated to English by Richard Oh with title “Suckling Father”.

Her second book "Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)" was launch February 2005 and also received great success. The amazing part is this book reprinted two days after the launching.

Other books by Djenar:
* Nayla
* Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
212 (15%)
4 stars
363 (25%)
3 stars
507 (36%)
2 stars
232 (16%)
1 star
92 (6%)
Displaying 1 - 30 of 155 reviews
Profile Image for Endah.
285 reviews144 followers
February 5, 2009
Pernah dengar istilah "sastra wangi"? Itu lho, sebutan yang beberapa waktu lalu sempat dialamatkan kepada para perempuan (cantik) penulis yang belakangan berbondong-bondong meramaikan dunia penulisan cerpen/novel kita. Mereka di antaranya adalah : Ayu Utami, Dewi Lestari (Dee), Fira Basuki, dan Djenar Maesa Ayu.

Nama yang terakhir ini cukup merebut perhatian sejak buku kumpulan cerpennya yang pertama -- Mereka Bilang Saya Monyet (2003) -- diluncurkan, disusul kemudian dengan buku keduanya, masih kumpulan cerpen juga, Jangan Main-main dengan Kelaminmu (2005). Cerpen-cerpen yang ada di kedua buku tersebut banyak yang mengangkat tema seksual dan perempuan. Judul-judul cerpen itu amat provokatif. Apakah ini salah satu kiat agar laku terjual? Bisa jadi, sebab ternyata kedua buku tersebut meraih sukses dalam penjualannya, terbukti telah mengalami beberapa kali cetak ulang.

Setelah sukses dengan cerpen-cerpennya, ibu dua orang anak ini, menerbitkan novel pertamanya : Nayla. (Seperti Seno yang kerap menamai tokoh ceritanya Sukab, Djenar pun suka menamai tokoh perempuan dalam cerita-ceritanya, Nayla) Tak berbeda jauh dari beberapa cerpennya, dalam Nayla, Djenar kembali mengangkat tema seksualitas perempuan (bukan aktivitas seksual tetapi masalah seksualitas, demikian ia pernah menjelaskan dalam sebuah wawancara) Tampaknya ia telanjur akrab dengan tema seperti ini. Dia menggugat ketertindasan perempuan dalam urusan seksual. Selama ini, menurutnya, perempuan cenderung hanya menjadi obyek seks (pihak yang dinikmati) saja, pada hal mereka juga berhak menikmatinya. Salah satu faktor penyebabnya adalah kesalahan mitos. Yang paling merugikan dan paling tidak adil adalah mitos tentang keperawanan. Laki-laki menciptakan mitos perempuan ideal. Perempuan ideal adalah perawan....Itulah bukti kesucian yang harus dijaga sampai tiba saatnya malam pertama (hal.78)

Cara Djenar menyampaikan protesnya sering menggunakan kalimat-kalimat yang terkesan vulgar, meski barangkali ia hanya sekadar ingin jujur mengatakan apa adanya. Bagi mereka yang merasa risih dengan tulisan-tulisannya, saya bisa mengerti, sebab wajar saja ada yang terkaget-kaget tatkala mendapati sesuatu yang biasanya hanya ada di ruang-ruang privat, kini tiba-tiba kita melihatnya di tengah-tengah publik. Namun, tak perlu cemas berlebihan, karena setiap zaman memang ada wakilnya sendiri-sendiri dan Djenar tengah mewakili era itu : era budaya pop.

Nayla adalah seorang perempuan yang hidup dengan trauma seksual. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan berbagai peristiwa tidak menyenangkan : perceraian orang tuanya, ibu yang otoriter dan kasar, diperkosa oleh pacar ibunya serta pernah dimasukkan paksa ke panti perawatan korban narkotika oleh ibu tirinya, meski ia bukan seorang pecandu. Nyaris tak pernah ia merasakan manisnya dunia kanak-kanak. Ia hanya sempat mengecap bahagia sejenak ketika tinggal bersama ayah kandungnya.

Berbagai penderitaan itu membentuk Nayla menjadi sesosok pribadi yang rapuh sekaligus mandiri. Ia sempat menggelandang sebelum akhirnya terdampar di sebuah diskotek. Di sana ia bekerja sebagai juru lampu. Di sana juga ia bertemu Juli, perempuan yang kemudian menjadi pasangan lesbiannya. Oleh sebab Juli terlalu posesif, mereka akhirnya putus hubungan. Selanjutnya, Nayla pacaran dengan Ben, kali ini lelaki.

Melalui novelnya ini, Djenar mengusung masalah kehidupan masyarakat kota metropolitan, dunia yang akrab dan sangat dikenalnya. Anak-anak malang produk keluarga broken home seperti Nayla, banyak kita jumpai dalam masyarakat kita sehari-hari. Jika mereka lulus dari ujian itu, mereka akan menjadi sosok-sosok tegar, kuat dan mandiri menantang kerasnya kehidupan. Tetapi jika mereka kalah, tak mustahil kehancuranlah yang akan mereka alami. Djenar tampak menguasai betul permasalahan yang dihadapi tokoh-tokoh metropolisnya, bahkan sepintas saya sempat berpikir bahwa Nayla merupakan penggambaran sebagian diri Djenar. Penggunaan berbagai atribut kehidupan masyarakat kota modern dalam novelnya ini - email, internet, sms, diskotek, minuman keras - menandai kelas sosial tokoh-tokoh yang diceritakannya.

Sebenarnya cerita ini bisa lebih berbobot jika Djenar mau menggugat lebih jauh lagi permasalahan perempuan di negeri kita, bukan melulu seputar seks. Masih banyak ketidakadilan yang diterima perempuan dari keluarga/rumah tangga, masyarakat, maupun negara di luar masalah seks. Seks memang penting tapi bukan segalanya.

Konon, sastra yang baik tak akan lekang oleh waktu dan memberi pencerahan , meski hanya berupa setitik cahaya. Apakah Nayla memberikan pencerahan itu? Penilaian atasnya, saya serahkan sepenuhnya kepada pembaca.
Profile Image for Sanya.
90 reviews6 followers
November 17, 2015
Tentang Nayla

Saya suka cara Djenar Maesa Ayu bercerita. Gabungan permainan kata-kata berima akhir, dan ‘kesemrawutan’ alur yang sebenarnya rapi dan disusun dengan berhati-hati. Semua bisa dijadikan cerita, mungkin begitu kalau dengan Djenar. Dan cara bercerita itu, tentu saja, masih terlihat di novel Nayla ini.

Banyak hal menarik dari novel ini, selain apa yang saya sebutkan di atas tadi, tapi saya baru ingat untuk mencatatnya setelah halaman 85. Pertama, Djenar memunculkan dunia parallel. Teknik seperti ini seingat saya pernah juga digunakan oleh Dee dalam novel Kstaria, Putri, dan Bintang Jatuh. Djenar memunculkan cerpennya sendiri yang berjudul “Menyusu Ayah” yang kemudian dibaca oleh Nayla dan teman-temannya yang hampir semuanya, bahkan Nayla sendiri, menanggapi cerpen itu dengan sinis, setelah sebelumnya heran karena nama tokoh utama dalam cerpen tersebut juga “Nayla”.

Saya kira, Djenar mengadopsi teknik-teknik penulisan cerpen dari cerpenis-cerpenis lain. Barangkali cerpenis-cerpenis lain juga mengadopsi teknik-teknik penulisan cerpen dari cerpenis-cerpenis yang lain lagi. Jadi, Djenar mengadopsi teknik-teknik penulisan cerpen dari cerpnis-cerpenis yang juga mengadopsi teknik-teknik penulisan cerpen dari cerpenis-cerpenis yang lain lagi. Haha.

Djenar seringkali menggunakan nama-nama yang entah seakan dicomot asal untuk nama-nama tokoh dalam cerpennya. Itu kalau ia sedang tidak menggunakan “saya”, “kamu”, “ia” atau “dia”. Asmoro, Adjani, dan Nayla ini salah satunya. Tapi nama-nama itu saya kira tidak sembarangan, sekalipun di alam bawah sadar, Djenar Maesa Ayu pasti memiliki alasan mengapa memilih nama-nama itu. Pun dengan nama Nayla.

Saya curiga, novel Nayla ini memang gambaran kehidupan Djenar. Tapi, apa benar sesakit ini? meskipun dalam novel ini, si Nayla sangat Djenar, tapi belum tentu ia memang benar-benar Djenar, kan? Sekalipun Djenar dan Nayla sama-sama memiliki nama panggilan “Nay”. Tapi, siapa sebenarnya “Nayla” ini?

Kalau boleh saya nyatakan, Nayla adalah perempuan. Perempuan korban pemerkosaan, yang juga korban kekerasan seksual, yang lebih sering disalahkan. Perempuan lesbian yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang merasa paling mengerti soal cinta. Perempuan yang sadar masih ditekan, dan ingin menyadarkan perempuan-perempuan lain yang masih berada di tekanan yang sama. Perempuan yang merasa perlu menyampaikan kebenaran dengan lantang sekalipun banyak yang bilang, kebenaran itu tidak boleh dikatakan, bahkan tidak dengan bisikan.

Nayla adalah perempuan tangguh, sekalipun bukan menurut Ibu.
Profile Image for Yuniar Meilyanti.
15 reviews8 followers
June 18, 2022
Membaca buku Nayla ibaratnya seperti memaksakan sebuah cincin emas yang sudah dibeli dengan hasil menabung mati-matian, namun tidak pas di jari karena ukuran jari yang menggembung, lebih besar dari diameter si cincin emas.

Membacanya buku ini saya lewatkan dengan penuh paksaan, namun tidak bisa saya selesaikan juga. Ide cerita yang menarik, namun dituang ke dalam buku dengan plot dan dialog yang amburadul.

Awalnya tertarik dengan sinopsis nya yang kontroversial. Menarik, seorang wanita yang memilih menjadi lesbian karena salah satu aspeknya adalah trauma masa lalu terhadap ibunya yang menusukkan peniti di kemaluan Nayla karena suka mengompol, mengatakan bahwa ayah Nayla adalah orang jahat dan bagaimana akhirnya perempuan itu diperkosa oleh pacar ibunya sendiri.

Sebuah ide cerita yang menarik kan? tetapi hambar ketika saya membacanya.

Setengah buku saya baca, saya memutuskan untuk berhenti walaupun bukunya terbilang sangat tipis.

Entahlah, mungkin pertama, karena isi percakapan antara Nayla dan teman-temannya melalui SMS yang membuat saya berpendapat “kok Nayla seperti abg jablay?” ataukah pengaruh zaman yang mana latar cerita ini di tahun 2000 an, saat keyboard ponsel masih berupa tombol tanpa layar sentuh. Saya tidak kuat membaca percakapan mereka melalui SMS.

Kedua, saya kesulitan mencerna pemilihan kata yang ditulis Djenar. Baku cuma setengah-setengah, alurnya juga kacau, tidak jelas, ketika Nayla berada di dalam rumah anak nakal dan narkoba juga saya tidak mengerti maksud Djenar membawa alur cerita ini ke mana. Cerita di bab-bab awal kebanyakan berisi surat-surat dengan alur yang acak membuat saya hanya dapat menarik napas dalam.

1.2 dari 5 bintang dari saya yang full memberikan bintang ini karena sinopsis nya yang menipu hasrat membaca saya. Banyak yang merekomendasikan buku ini dan menganggap ini adalah suatu karya masterpiece dari Djenar, tapi this book is not my cup of tea.

Salam
Profile Image for Mobyskine.
937 reviews128 followers
May 15, 2013
Nayla adalah buku pertama dari Djenar Maesa Ayu yang aku baca. Temanya mungkin bergabung antara LGBT dan seksualitas. Ini sepertinya membaca kronologi hidup Nayla dari saat kecilnya hingga dewasa. Nayla yang dididik keras oleh ibunya, punya molestation experience, dituduh mengambil narkoba dan disisih ke rehab langsung membesar sebagai seorang yang keras hati, egois dan tidak punya rasa percaya pada sesiapa malah juga dalam hal cinta sekalipun.

Bahagian vulgarnya agak keras. Penulis terlalu straight forward- tidak ada selindung langsung sehingga aku sendiri merasa jijik pada Om Indra.

Aku suka pembahagian jalan cerita buku ini yang dikategori mengikut pandangan tokoh-tokoh utama- dari sudut Nayla sendiri, Ben, Juli, Ibu dan Mbak Ratu. Ada unsur sarcasm yang memberi elemen lucu pada jalan ceritanya- aku sedikit terhibur. Isu feminisme yang dipersoal Nayla juga telah membuatkan aku berfikir tentang benar-salah persepsi umum terhadap kaum wanita.

Jadi, benar ya- cara didikan awal dari kecil bisa mempengaruhi seseorang bila saat dewasanya. Dari awal baca aku sudah kasihan dengan watak Nayla. Usai tamat baca juga, tetap aku masih kasihan sama Nayla.

Satu buku yang jujur dan punya banyak makna. 3.5 bintang untuk yang pertama ini.
Profile Image for Connie Wong.
15 reviews28 followers
May 1, 2013
Ini buku Djenar pertama yang saya baca. Sebenarnya saya lebih tertarik dengan kedua judul bukunya yang lain, tapi karena saya sedang ingin membaca novel, maka novel inilah yang menjadi pilihan saya.

Djenar perempuan cerdas. Itu tersirat dengan caranya menulis. Dia tidak seperti kebanyakan perempuan (atau juga kebanyakan laki-laki jaman sekarang) yang menulis dengan penuh emosi, tapi juga dengan logika. Ada sebab, ada akibat. Bukan sekedar kisah cinta mendayu-dayu yang cengeng. Basi.

Saya suka.

Keberatan saya hanyalah time frame yang maju mundur dalam cerita ini. Lumayan mengganggu dan membuat pening, bagi saya. Tapi di luar itu, saya suka membacanya. Saya suka kejujuran. Dan tulisan Djenar adalah kejujuran.
Profile Image for Irwan.
Author 8 books100 followers
October 31, 2013
Kepahitan. Luka. Rumitnya hubungan antar manusia. Seksualitas sebagai pelampias atau bentuk kekejian. Kasarnya ujaran.

Diawal ada semacam harapan untuk melihat sebuah pemberontakan atas norma yang seringkali jadi alat represi. Tapi ternyata tidak ada perlawanan itu. Dan sayangnya itu yang membuat karya ini jadi cemen. Dangkal. Segala kevulgaran hanya demi kevulgaran itu sendiri, sambil seakan berpura-pura atau bahkan menganggap tiada konteks yang membuat kevulgaran itu vulgar.
1 review
September 21, 2007
djenar selalu ok..bahasanya itu loohhh..straight to the point.walau kadang terasa vulgar,tapi memang itulah yang terjadi dan harus brani mengungkapkan.dan djenar melakukan dgn baik dlm setiap bukunya..
Profile Image for Gustav.
40 reviews2 followers
January 1, 2018
My favorite novel from Djenar Maesa Ayu. I love how she can break the rules and be bold of using straight-to-the-point language. How she bring the feminism issue to the story line that beyond my expectation, it's vulgar but it's not delivered in a porn way. Great !
Profile Image for Paresma Elvigro.
5 reviews5 followers
April 4, 2014
novel yang mengerikan. saya gak melanjutkannya sampe habis karena isinya sadis, gak cocok dibaca utk yg belum berumur 20 tahun yaa.
Profile Image for Mutiara.
41 reviews12 followers
August 18, 2017
Nayla adalah representatif dari hasil kekejaman familiar yang terjadi didalam sebuah keluarga. Terutama dari pola didik keluarga yang keras, cuek, tidak berempati dan kurang kasih sayang.

Nayla mengajari saya rasa kehilangan, terlewati, dan sulitnya mengakui bahwa kita tidak bisa terus terlihat kuat.

"Saya menyesal kita tidak punya waktu lebih banyak untuk saling mengenal. Saya hanya tak mau mengakui karena sebenarnya saya merasa begitu kehilangan." - Nayla

Nayla mengajari saya bahwa suara seorang anak penting untuk didengarkan, terkadang ketika dia perlu untuk membela dirinya sendiri.

“Kenapa Ibu tak pernah memberi ia kesempatan untuk menjelaskan?”

Nayla berpikir bahwa mungkin ketidaksengajaannya, keakuan dirinya mencintai seorang perempuan mungkin didasari atas pencarian dirinya mengemis kasih sayang ibu yang tidak ia dapatkan. Dan mengartikan kemandirian dan keteguhan ibu adalah dengan tidak membutuhkan lelaki didalam hidupnya.

“Entah salah atau benar, saya menemukan ibu didalam dirinya.” Nayla kepada Juli
“Bersamanya, saya merasakan kehangatan kasih yang pernah ingin saya berikan kepada ibu.” – Nayla
“Contohlah aku, aku tidak butuh mereka. Akan ada banyak lelaki seperti ayahmu yang kelak akan mencampakkanmu.” – Ibu

Menyalah artikan kebahagiaan, kepatuhan, kasih sayang dengan wujud yang salah.

“Saya tidak tahu seperti apa bahagia.” – Nayla
“Semua yang kulakukan untukmu adalah untuk kebaikanmu.” – Ibu

Nayla mengajari saya tentang kesenjangan peran laki-laki dan perempuan didalam lingkup sosial kita yang rentan, kurang akan pemberdayaan perempuan.

“Bahwasanya perempuan harus perawan, harus pandai mengatur keuangan, harus pandai memuaskan suami di ranjang. Sementara syarat menjadi laki-laki hanya satu, pandai-pandailah mencari uang.”
“…Upacara menjahit, mencuci, mengepel, menyapu. Heran, kenapa cuma keterampilan itu yang mereka bekali ke perempuan.”

Nayla dengan gamblang membuat saya mengerti pentingnya edukasi seks sejak dini, untuk membekali, mengurangi resiko anak-anak dibawah umur dimasa depan akan pelecehan seksual dimana saja.

“Anak anak perempuan dibawah umur tidak diberi pelajaran tentang seks dan tidak pernah mengetahui fungsi alat kelamin, dengan mudahnya ditipu oleh pelaku pelecehan seksual dengan mengatakan bahwa penisnya adalah permen loli.”

Buku ini mengajarkan saya banyak hal. Banyak sekali diluar semua yang telah saya uraikan. Saya memahami emosi Nayla, ego Nayla, keras dan rasa bertahan hidupnya yang tinggi dikarenakan oleh semua yang telah ia lalui. Bahwa pendidikan dan ajaran didalam keluarga penting. Bahwa meskipun diluar dengan budaya malam, diskotek, mabuk, dan seks bebas Nayla, ada rohani Nayla yang sebenarnya haus akan kasih sayang dirumah. Yang sebenarnya ingin ia isi dengan kasih sayang keluarga; kasih sayang seorang ibu, seorang ayah dan keluarga yang utuh. Bahwa ia mungkin bisa saja lelah mencari semua itu diluar, dilaki-laki hidung belang, diteman-teman sebayanya, dan pada akhirnya menemukan rasa aman, percaya, dan rasa terlindungi itu pada saat ia bertemu Juli.

Nayla tidak brengsek. Tidak murahan sama sekali, andai saja semua orang dapat selalu melihat cerita Nayla dibalik semua keputusan-keputusannya.

Terimakasih, Djenar Maesa Ayu.

It’s a masterpiece.
Profile Image for Lana.
54 reviews9 followers
May 9, 2022
Final rating = awalnya 4 bintang tapi setelah dipikir-pikir 5-in aja kali yah???

TRIGGER WARNING FOR THE BOOK = Explicit words, underage drinking and s*x, parental abuse, sexual abuse, mental illnesses, etc.


---

Woohoo this one is a ride!

Aku tahu buku ini dari salah satu artikelnya Kompas, dan langsung cek di GramDig. Ternyata di GramDig hanya ada terjemahan bahasa Inggrisnya, but suprisingly terjemahannya enak!

Buku ini menceritakan tentang kehidupan tokoh sentralnya, Nayla. Kalau bisa disimpulkan, kehidupan Nayla benar-benar gila. Crazy and unhinged. Pembaca diajak untuk mengikuti kehidupan gila Nayla dan dampaknya kepada karakter, gaya hidup, dan kondisi psikologis Nayla. And basically, the big theme of this book is basically abuse, sexuality, and also feminism.

She hated having to compete with men and their masculine energies. She loathed that though she had masculine energy within her, it was trapped inside her female body. She longed to be reincarnated as a man, that she might take full advantage of the masculine energy she already had and incorporate it into a male body. Obviously, there was no such possibility. Therefore, she resigned herself to the fact that men would always come up on tip when competing with her. So many of her lovers were eventually snatched away by male bodies. Not being in a male body also caused her to lose her precious relationship with her family — her family members, all living ‘normal’ lives in compliance the bodies they were born with.


Satu juga yang ingin banget aku highlight, format dari buku ini itu aneh tapi uniiikkk banget. Timelinenya gak beraturan sama sekali. Jadi kita melihat Nayla berumur 12, lalu berumur 20an, lalu kembali berumur 14, dst. Pembaca diajak menerka-nerka timeline kehidupan Nayla. Selain itu, format penulisan ceritanya juga beragam, ada yang berbentuk panggilan telepon, email, diary, dll. Aku kira aku bakal bingung banget baca buku ini, tapi justru aku malah ter-entertain dengan formatnya.

Tidak hanya itu, aku juga mendapat banyak insight baru seputar female sexuality dari buku ini. Padahal aku juga perempuan dan topik ini gak asing-asing banget buatku. Aku benar-benar merekomendasikan buku ini buat siapapun yang sama tertariknya dengan topik tersebut.

Women aren’t allowed to be expressive with their bodies and are exploited as mere reproductive machines. Women’s bodies aren’t endowed the right to have pleasure or to be pleasured. Women have to be virgins. Women have to be submissive wives. Women have to be adept at pleasuring men in bed. Women are merely second-class citizens and subordinate to men, Can you imagine, a lot of women do not actually know how it feels like to have an orgasm? Isn’t that pathetic?!


There are a lot more amazing things in this book than I can explain, but I think one just needs to experience it to know, you know?

Intinya, Djenar Maesa Ayu emang keren banget sih. Aku heran, kok ada yah yang bisa bikin cerita kayak gini?
Profile Image for Aauli.
66 reviews4 followers
June 9, 2020
Demi apa, ini buku pertama yang bikin saya sakit kepala selama membaca.

Bukan karena tulisannya jelek dan berbahasa Inggris, tapi timeline-nya yang membingungkan saya ditambah dengan beberapa karakter yang masing-masing berbicara atau bercerita soal Nayla, membuat buku ini terasa seperti membaca tulisan orang-orang yang saling berebut untuk didengarkan.

Saya suka sama buku-buku yang mengusung tentang ketidakadilan seksualitas perempuan. Awal petualangan saya menemukan buku ini adalah setelah saya membaca karya Djenar Maesa Ayu yang berjudul Jangan Main-Main dengan Kelaminmu. That book is absolutely stunning. Makanya ketika saya ketemu Nayla, saya punya ekspektasi yang sama ketika membaca buku sebelumnya. Yang mana masih mengangkat tema seksualitas yang sama, tapi disajikan dengan cara yang benar-benar berbeda.

Saya sama sekali enggak ada masalah dengan bahasanya yang vulgar dan blakblakan, soalnya saya juga terbiasa menemukan hal-hal semacam ini di tulisan-tulisan Eka Kurniawan. Hal lain yang membuat saya sakit kepala adalah betapa membingungkannya jalur hidup Nayla yang semrawut, a total mess.

Kalau kalian ingin membaca buku yang isinya hitam dan putih, si baik dan si jahat, ini sama sekali bukan buku yang tepat untuk dibaca. Djenar Maesa Ayu berhasil mengemas cerita ini dengan tujuannya yang bukan bermaksud untuk membuat karya tentang dikotomi si baik dan si jahat. Djenar berhasil membuat saya bersimpati dengan Nayla meskipun kehidupan dia sama sekali tidak berkaitan dengan pengalaman hidup saya, terutama pada bagian-bagian di mana Nayla membahas soal seksualitasnya, membahas soal kekerasan seksual sebagai korban (yang digambarkan dengan sangat baik, membuat kita bukan merasa "tergiur" dengan adegan kekerasan tersebut, melainkan membenci si pelaku dengan kelakuan bejatnya).

Untuk menulis buku seperti ini di Indonesia, saya bisa bilang bahwa ini buku yang benar-benar kelewat berani. Tetapi memang buku seperti ini harus ada, bahwa ada harsh truth yang wajib untuk dikemukakan mengenai betapa tertindasnya perempuan dalam segala aspek, entah itu melalui perannya, aktivitasnya, sampai ke tubuhnya sendiri.
Profile Image for Selvi Tamae.
47 reviews
May 20, 2022
Judul Buku: Nayla
Penulis: Djenar Maesa Ayu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Ada apa dengan peniti? Benda ini yang menjadi pertanyaaku saat memegang buku karya Djenar Maesa Ayu ini. Buku yang berjudul Nayla yang dilengkapi dengan kover depan bergambar peniti sangat mewakili isi buku saat aku selesai membacanya.

Berkisah tentang seorang gadis yang bernama Nayla. Berasal dari keluarga yang "broken-home". Ayahnya pergi meninggalkan Nayla bersama Ibu. Ia tumbuh dalam lingkungan yang "toxic". Dengan dalih kasih sayang seorang ibu kepada anak, Ibu memperlakukan Nayla secara keji. Tak segan-segan menusukkan sebuah peniti ke alat kelamin Nayla jika ia mengompol.

Bukan hanya tindakan keji Ibunda, Nayla juga menerima pelecehan seksual dari pacar Ibu. Lingkungan buruk ini memaksa Nayla untuk pergi mencari Ayah. Namun, baru saja mendapatkan kasih sayang ayahnya selama dua bulan, Nayla harus kehilangan. Ayah meninggal. Peristiwa ini membuat Nayla semakin limbung dan akhirnya terjerat pada lingkungan buruk yang semakin parah.

Nayla tumbuh menjadi gadis yang jauh dari kata baik jika dilihat dari norma sosial. Namun, bukan tanpa sebab, hal ini tentu saja imbas dari pendidikan dini yang salah dan masa remaja kelam yang dialami Nayla. Menyalahkan Ibu? Tentu Ibu pun salah. Namun, menurutku seorang Ibu sangat membutuhkan sebuah “support system” yang baik, sehingga ia akan mengalirkan emosi positif dalam mendidik ananda.

Menurutku, novel karya Djenar ini jauh dari kata basa-basi. Dekat dengan realita yang memungkinkan kita untuk berkaca. Sejauh mana kita berperan terhadap keluarga, dan apakah hubungan yang kita berikan adalah sebuah hubungan “toxic” bagi orang terdekat kita?
Profile Image for genia.
166 reviews4 followers
August 14, 2021
TW: sexual assaults, suicidal thoughts, alcoholism

But the future is meaningless without a remembrance of things past. All my wounds inform me of what choices to make for the future. They help me survive. Happiness, without pain, scares me.


A fellow Quoran recommends this book. I'm greatly thankful she does. Albeit I know all too well it’s not going to be everyone’s cuppa. I see some people whine of how this piece is quite a mess due to the back-and-forth timeline. As for me, it is rather the opposite. I simply love it. It helps me to come into realisation of just how quickly I judge one’s morale. Pathetic, isn't it? I shall work on it, that’s certain.

I didn't and don't deal with Nayla’s struggle. The only hardship she and I have in common is the fact that we’re both women. Nayla’s carelessness of her appearance resonates deeply with me. Women don't owe you pretty. We do share plenty beliefs, mind you, despite not having much in common. It is tremendously delighting to have a person who just thinks as blatant and do not conform to societal’s norm. In fact, there are a terribly lot of questions that have been wandering in my head that finally got answered solely by the way Nayla perceives things.

Contradicting myself a little bit, I feel extremely uncomfortable throughout most of the book. Hence you see I’m taking out a star. Nothing to do with the story, all merely personal.
Profile Image for juwitaju.
34 reviews6 followers
June 26, 2020
Nayla ibarat dengan luka yang tak kunjung sembuh, menganga dan butuh pertolongan. Nayla juga bisa disebut dengan jiwa yang melarat, yang membutuhkan bantuan. Nayla adalah oposisi moral masyarakat. Nayla adalah ‘inang’ dari segala pertanyaan yang tidak punya jawaban dalam buku ini.

Dengan memberikan kekayaan variasi bentuk penyampaian cerita, Djenar melahirkan karya yang seimbang antara penyampaian tokoh dan bentuk narasinya. Persoalaan luka Nayla yang tak habis-habis menjadi hal yang menarik untuk terus diikuti dengan variasi narasinya yang nggak melulu narasi-dialog. Kadang pembaca diajak menjadi Nayla, menjadi ibu, menjadi siapapun tapi tidak pernah lepas dari satu hal; menjadi seorang yang ketakutan—yang terluka.

Sebagai pembaca, aku tidak puas dengan kisah ini. Bukan karena buruk, tapi karena aku merasa ingin ada di pusaran waktu kehidupan Nayla, aku nggak puas dengan sekadar menjadi orang yang ‘melihat’ dan ‘menikmati’ Nayla. Tapi seperti kata Nayla, fiksi adalah dunia yang berdiri sendiri. Aku setuju, sebab ke-fiksi-an Nayla menjadikannya suatu realitas pada semestanya sendiri.
Profile Image for Deta Ariesandy.
48 reviews
May 1, 2018
Saya memutuskan membeli buku ini karena sepintas terbayang-bayang pernah mendengar nama penulis dan judul novel ini.
Dan isinya, wow!
It must be rated for 21+

Bagi para pecinta kisah dimana tokoh utamanya adalah wanita, diterpa berbagai macam masalah, namun si wanita tetap tegar dan menjalani kehidupannya dengan kuat, buku ini bisa dicoba. Nayla, tokoh dalam buku ini, menurut saya tidak waras karena bisa melewati semua masalah yg ada di hidupnya. Meskipun seringkali ia lari ke pelukan 'solusi' yang salah.

Pada bab-bab pertama, gaya penulisan Djenar rapih dan mudah dipahami. Namun, begitu masuk sisipan-sisipan dialog, petikan petikan sms dan email beserta waktu pengirimannya, ritme membaca saya mulai terusik dan bingung. Ditambah lagi sebenarnya ada beberapa narasi yang sebenarnya bisa dihilangkan tanpa mengurangi feel cerita.

Overall, buku ini cocok bagi orang-orang yang senang genre 'romance adult' dengan tema 'dark'. Juga bagi para pencari dukungan bahwa wanita itu makhluk kuat dan harus tegar apapun yg terjadi.

Selamat membaca!
Profile Image for Indah Wati.
8 reviews
February 17, 2023
Sebuah novel kontroversial karangan Djenar, mengisahkan seorang anak bernama Nayla yang dididik keras oleh ibunya, yang mana akhirnya pelariannya ke hal-hal seksual. Banyak sekali disajikan scene yang bikin bergidik ngeri, salah satunya di mana kemaluan Nayla ditusuk peniti panas oleh ibunya hanya karena ia mengompol, gila sekali. Novel ini mengusung tema feminis yang nyerempet radikal sebenarnya, karena ada sisipan LGBT dan biseksual juga. Bahasa yang digunakan Djenar sebagai penulis juga tegas, meskipun cenderung vulgar. Melalui tokoh Nayla, Djenar menyampaikan mengenai ketidakadilan gender yang dialami oleh para perempuan (mengenai tubuh perempuan, keperawanannya, hak dan kewajiban, dll). Meskipun ada beberapa pemikiran Nayla, yang aku tidak setuju. Novel ini menggunakan beberapa sudut pandang dari tokoh-tokohnya sehingga pembaca dapat memahami perasaan, pandangan, dan alasan setiap tokoh dari tindakan yang telah dilakukan itu (misal kekerasan Nayla, menurut Nayla itu menyakitkan, tapi menurut ibunya itu adalah bentuk kasih sayang agar Nayla tidak manja).
3 reviews
June 2, 2020
Buku ini memiliki sudut pandang tentang Cinta yang menarik dari Nayla, perempuan yang besar di lingkungan yang keras, tidak lazim. Tokoh tokoh di buku ini, hampir semua, diceritakan saat sedang hitam-hitamnya. Terkadang serasa nyata tetapi terlalu hitam. Gemas melihat buruk buruknya sifat tokoh di buku ini, tapi entah apa yang harus diperbuat. Entah apa yang dialami tokoh lainnya sampai berujung begitu, hubungan orang tua Nayla misalnya.

Part favorit saya adalah tulisan Nayla tentang edukasi seks. Tentang anak-anak perempuan yang disalahkan karena ketidak tahuan akan seks dan bagaimana untuk tahu jika masyarakat menganggapnya tabu.

Entah disetiap buku perlu diambil positifnya, mungkin yang bisa saya ambil adalah mau sehitam apapun hidup, tetap perlu berlanjut. Dan mungkin ga terlalu berharap pada Cinta, ya Nay?

Entah apa yang terjadi pada Nayla kemudian, entah ia berakhir bahagia atau tetap hitam, bagaimana dia melanjutkan hidupnya...
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Aliflanya A. Maghfirah.
49 reviews9 followers
July 17, 2019
Reading this book is like driving a car. Each part of this book will make you think about which intersection will you turn and which turnaround will you take. This book is raw and honest about how women needs authority of their body. This book speaks trauma and fear, but in the same time also speaks "how to being tough".
If you have depression you can easily engaged by this book, like an anti-depressants this book frankly speaking about how hollow your heart be when pain doesn't take any part but numbness take all the part of your heart.
I am an angel like Nayla. But also a devil like Kinar.
Profile Image for place hllcutes.
30 reviews
June 8, 2023
⚠️‼️hati-hati banyak trigger warning nya.

Cerita dalam novel ini adalah kompleksitas dari kehidupan tokoh utama bernama Nayla dimana kehidupan pelik anak broken home dari latar belakang orangtua nya membawa ia menjadi seorang dengan identitas biseksual dan terjerumus sebagai pecandu narkotika.

Cerita dalam novel ini sangat kontroversial dengan pandangan dari nilai dan norma sosial yang menyimpang yang sudah ada (tercipta) dalam masyarakat, secara penulisan bahasa (remaja dan ringan) Djenar sangat berani memberikan pandangan lagi usaha yang lain dari Novel Nayla ini, usaha untuk lebih bisa sembuh dari trauma dan takdir Nya untuk tetap hidup lebih baik lagi.
Profile Image for Sulin.
259 reviews55 followers
October 8, 2018
Cerita biasa, dengan skill dan trik menulis yang aneh-aneh pun tidak serta merta membuatnya jadi istimewa.
Tidak membuat saya tertarik pun tidak menambah wawasan..
Ceritanya berputar-putar disitu-situ saja. Tabunya nanggung. Lalu sepintas saya pikir malas banget sih menulis hal tambahan lain dengan riset. :(
Beberapa bagian terlalu halu.
Profile Image for Pretty.
28 reviews2 followers
March 5, 2022
So... the cover really tells the story..
Lots of trigger warnings here..
The beginning of story already hurts.. :(

To Nayla, maybe I don’t understand with your way of thinking.
But I do hope for all survivors, may you find peace & strength in this life.


Actually, it’s a 3.5/5
Kinda confusing for the timeline
And i wish, Nayla could ‘send’ the unsent letter to her mother.
Profile Image for caleeadri.
9 reviews
April 11, 2023
Bentar saya pijet kepala dulu

Buku yang sebenernya bikin saya mikir kalau apapun yang dilakuin seseorang tuh pasti bakal ada impact beruntun nya. Dan ya, kita disuguhin karakter karakter yang problematik disini, they had a reason why they choose to be that. Kepala saya sakit tiap baca per chapter nya karena buku inni lumayan banyak ngetriger saya dalam beberapa hal. So ya let's be more wise
Profile Image for Dysi Iliou.
8 reviews
April 19, 2021
Dark, but I like it. In my opinion, it's all about how the personalities of Nayla grow inside her through her experiences when she was a kid, teenager, and as an adult. It builds she strong outside but vulnerable inside.
10 reviews
January 17, 2023
Djenar menulis novel ini dengan gaya bahasa metropolitannya. Novel ini lumayan tipis, saya baca dalam dua hari. Menceritakan Nayla, seorang brokenhome dan kabur ke rumah ayahnya. Novel ini membuat saya merenung, bahwa peran orangtua terhadap pertumbuhan anak sangatlah penting.
Profile Image for Daisytidae.
2 reviews
May 6, 2019
' Saya tidak ingin kembali. Tapi saya tidak juga ingin meninggalkannya. Hanya dengan luka saya bisa bertahan hidup. Bahagia membuat saya takut '
Profile Image for Alien.
254 reviews31 followers
September 27, 2019
Second time reading after years. I remember why I sold/exchanged my copy - along with the "Mereka Bilang Saya Monyet".
Displaying 1 - 30 of 155 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.