Jangan mencari kisah cinta yang berakhir happy ending di dalam buku ini. Cinta dilukiskan Djenar sebagai sesuatu yang memiliki banyak segi dan banyak arah. Para pelakunya pun bukan seperti Cinderella dan pangeran tampan. Mereka adalah karakter yang berkutat dengan kegetiran. Tokoh-tokoh perempuannya adalah steel magnolia yang mengakhiri kisah cinta tidak dengan kalimat... and they live happily ever after. Pengkhianatan, perselingkuhan, perbedaan orientasi seksual, pelecehan seksual, penganiayaan anak, diangkat Djenar dalam beberapa cerpennya. Tidak cukup dengan menulis, Djenar pun membuat sketsa untuk mengekpresikan pikiran dan kegelisahannya.
Buku ini diperuntukkan bagi pembaca dewasa dengan pikiran dan hati terbuka untuk melihat bahwa ada sisi-sisi lain yang tak semuanya bahagia dan baik-baik saja di dunia ini.
Djenar Maesa Ayu started her writings on many national newspapers. Her first book "Mereka Bilang Saya Monyet!" has been reprinted more than 8 times and shortlisted on Khatulistiwa Literary Award 2003.
Her short story “Waktu Nayla” awarded the best Short Story by Kompas in 2003, while “Menyusu Ayah” become The Best Short Story by Jurnal Perempuan and translated to English by Richard Oh with title “Suckling Father”.
Her second book "Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)" was launch February 2005 and also received great success. The amazing part is this book reprinted two days after the launching.
Other books by Djenar: * Nayla * Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek
Buku kumpulan cerpen ini diluncurkan berbarengan dengan perayaan ulang tahun penulisnya, Djenar Maesa Ayu, 14 Januari 2006 di Dharmawangsa Square, Jakarta. Dimeriahkan oleh grup band Gigi, acara peluncuran buku ini bagai pesta. Tamu undangan yang terdiri dari para pesohor sahabat Djenar, gelas-gelas anggur beradu berdentingan saat toast, batang-batang cerutu yang dinyalakan, bir, musik, aneka snack lezat. Semua demi memanjakan dan menyenangkan para hadirin malam itu. Sementara sang empunya gawe, seperti biasa dan selalu, tampil cantik dalam balutan busana malam nan seksi dengan model backless (punggung terbuka) tampak menebar senyum indahnya ke seluruh ruangan sambil menyalami para tamunya satu demi satu *)
Perhelatan bergaya kota besar, seperti ingin mengejawantahkan ke dunia real cerpen-cerpen yang terkandung dalam buku yang diluncurkan malam itu : cerpen-cerpen dengan setting kota besar termutakhir.
Tak ada yang kelihatan baru dari kedua belas karya Djenar ini; baik dalam pemilihan tema mau pun gaya penulisan. Masih tetap Djenar yang sama dengan Djenar yang menulis Nayla dan Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) Tak beranjak jauh dari perselingkuhan, seks, dan -maaf - selangkangan. Pun penokohannya, tetap setia pada para perempuan kota yang menderita karena suami atau kekasih tak setia, perempuan (istri/anak) korban kekerasan domestik, anak perempuan produk keluarga tak harmonis, atau lesbianisme/homoseksual.
Tadinya saya sempat berharap akan menemukan sesuatu yang baru dari Djenar di buku ini. Setidaknya, baru dalam soal tema. Tetapi rupanya Djenar masih betah bermain-main di seputar kelamin dan kehidupan kota besar dengan problem yang 'itu-itu' saja. Apakah Djenar memang hendak mengukuhkan dan memberi stempel dirinya sebagai penulis spesialis (urusan) seks dan kelamin? Atau memang ia tak mampu keluar dari citra tersebut?
Cewek yang juga kolumnis tetap di majalah Matra ini, tetap tampil dengan gaya penulisan yang blak-blakan, cuek, ringan, dan terkadang agak sinis. Oleh sebab ia merupakan manusia produk kota besar, maka yang ditulisnya adalah persoalan-persoalan kota yang diakrabinya sehari-hari, siang dan malam, di jantung-jantungnya : kafe, club, bar, diskotik, mal, hotel..Yang berbeda dari buku-buku sebelumnya adalah ia melengkapinya dengan ilustrasi lukisan-lukisan karyanya. Sesungguhnya, ia perempuan dengan multibakat.
Perkara blak-blakan ini ada juga para pembacanya yang memaknainya sebagai "jujur". Entah maksudnya jujur karena Djenar menulis dengan bahasa apa adanya, tidak munafik atau jujur dalam pengertian tulisan-tulisannya (cerpen atau pun novel) menggambarkan kehidupan dan karakter ia yang sesungguhnya. Ya, boleh-boleh saja sih 'kejujuran' itu tetap dipertahankan, selama ia bisa berkisah dengan tema beragam, tidak malah jadi monoton seperti yang terjadi kini.
Buku berjudul Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek ini merupakan buku Djenar keempat setelah Mereka Bilang, Saya Monyet!, Jangan Main-main (dengan Kelaminmu), dan Nayla.
*) Berdasarkan cerita Kurnia Effendi yang turut menghadiri acara peluncuran buku ini.
Buku yang sinikal dan jujur. Not that bad walaupun aku sedia tahu cerpen-cerpen di buku ini tidak punya happy ending.
Paling suka Pasien, Nachos dan Dislokasi Cinta. Aku baca Pasien dua kali. Entahlah kenapa. Barangkali kerana endingnya yang aku tidak jangka. Dan aku rasa Dislokasi Cinta itu lucu.
"Malam menculik senja. Cinta menculik kami. Menculik kami ke butir pasir cokelat di luar kamar. Menculik kami ke asap rokok yang terasa lebih lembut dari malam berkabut."
Emmm, sekali lagi buku ini sangat Djenar: Wanita, seks, selingkuh, dan cinta.
Seperti judulnya, cerita pendek tentang cerita cinta pendek, buku kumpulan cerpen ini memang mengahdirkan cerita tentang cinta. Tapi bukan cinta yang merah jambu, bukan pula cinta yang penuh rindu dan bunga. Selingkuh merupakan tema dominan, entah si pria atau si wanita yang berselingkuh, entah suami atau istri yang berselingkuh. Seks merupakan garamnya, yang tak akan sedap tanpanya di tangan si koki Djenar. SAkit hati adalah bawang putihnya dan kesepian adalah gula pasirnya.
Tak selamanya cinta itu indah, apalagi kalau diolah di tangan Djenar. Tak ada yang fresh, meskipun memang tak diragukan bahwa Djenar merupakan nama yang bisa dijadikan jaminan untuk sebuah cerpen yang "nendang" dan memukul telak di ending cerita. Tak banyak cerpenis sekarang yang mampu membuat cerpen penuh kesinisan sekaligus kesepian, dengan ending yang tak terduga seperti ini.
Walaupun dibaca hanya singkat, namun ternyata bekasnya cukup lama tertinggal. Worth kok menurutku.
Buku Djenar yang baru pertama kali kubaca. Dan kurasa aku gak kapok buat baca lainnya. Aku terkesan diksinya. Aku menikmati rangkaian bunyi rima di tiap cerita. Kesanku tidaklah buruk untuk buku ini.
A solid 4 stars! Buku kedua Djenar yang kubaca setelah “Nayla”. Buku ini tetap ditulis dengan gaya khas Djenar dengan pemilihan kata, alur, plot yang lebih menarik! Isi buku sesuai dengan judulnya. Sesuai ekspektasi. Cerpen favoritku di buku ini adalah “Al + Ex = Cinta”.
Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek berisi 16 cerita pendek yang mengangkat cerita cinta yang tidak biasa, full of surprise pada endingnya, dan sangat "Djenar" sekali. Membaca buku ini membuat saya harus menjadi teliti pada setiap kata maupun kalimat yang terkandung di dalamnya karna setiap kata ataupun kalimat tersebut memiliki makna dan "rasa" yang menciptakan ruh untuk tiap-tiap cerita pendeknya.
Seperti dalam novelnya yang lain ( Nayla, 1 Perempuan 14 Laki-laki, Jangan main-main dengan kelaminmu ) dalam novel ini pun menyinggung masalah sex, orientasi seksual, dan hal-hal yang terkesan vulgar dan provokatif, namun disinilah letak magical touch dari seorang Djenar Maesa Ayu. Ia mengangkat hal-hal yang dianggap tabu, vulgar, provokatif dengan porsi yang tepat dan sesuai dengan esensi cerita nya karna menggambarkan apa yang dirasakan para lakon di dalamnya.
Djenar memiliki gaya menulis yang berbeda sehingga menghadirkan kesan yang berbeda pula sewaktu membaca karya-karyanya. Djenar Maesa Ayu salah satu penulis wanita Indonesia yang berani untuk jadi berbeda dalam menghasilkan sebuah karya, dan karya nya memberi "nafas" untuk para pembaca nya yang ingin meng-"kiri"-kan jalannya supaya tetap seimbang.
Di dalam Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek ini Djenar mengangkat kisah-kisah tentang pengkhianatan, perselingkuhan, pelecehan seksual, penganiayaan, serta disorientasi seksual. Uniknya...buku ini juga dilengkapi dengan sejumlah sketsa yang merupakan buah karyanya. Sketsa-sketsa tersebut ikut menggambarkan kegelisahan yang ingin diwakilkannya dalam 13 cerpen di dalam buku ini.
Kumpulan Cerita Pendek ini sudah dua kali cetak, dan yang membuat saya takjub, cetakan kedua tidak berselang lama dengan cetakan pertama. Bahkan di bulan dan tahun yang sama. Hebat !!!. Bisa kita lihat betapa buku ini laris bak kacang goreng, menyusul kesuksesan ketiga bukunya.
Kalau membaca buku Djenar Maesa Ayu, siap-siap saja. Isinya akan mostly berkutat pada seks dan kekerasan, termasuk buku ini. Kumpulan cerita pendek yang dibuat Djenar di buku ini yang paling menarik dibandingkan bukunya yang lain (ex. Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) dan Mereka Bilang, Saya Monyet!)
Khas Djenar yang selalu menarik adalah caranya dalam membawa cerita. Format cerita selalu unik untuk setiap cerita pendek yang dibawa.
Buku ini bukan untuk sex-freak maupun lunatic-violence-lover. Cocok dibaca oleh orang yang sedang stres dan butuh tulisan yang dapat meng-amin-i kestresan tersebut.
buku ini kereeen banget.. cinta tuh ga selamanya indah seperti yang diceritakan didongengdongeng dengan akhiran, "and they live happily ever after". cinta juga punya wajah muram.. buat kamu yang "merasa" mengerti cinta, sebaiknya jangan baca. penceritaan dan bahasa yang dipake djenar kayak nampar kita dengan realita yang terjadi diluar sana. and what i like the most is, the book teach us, girls, to respect ourselves and that we have full prerogative on our body, our heart and our mind.
Walau sudah sering lihat penulisnya wara-wiri di media sosial dan beberapa acara, saya baru kali ini membaca karyanya. Mengangkat kisah wanita yang bukan biasa. Walau beberapa cerita sangat samar buat saya. Tapi keseluruhannya bermakna. Pembaca dibuat tidak boleh mencap sang tokoh adalah salah-benar, baik-buruk, karena setiap kejadian pasti ada latar belakang dan kerumitan pikiran sang tokoh.
Sangat direkomendasikan untuk wanita, dan siapa saja yang mau memahami wanita, dengan pemahaman yang sudah dewasa.
Pertama membaca karya Djenar, aku suka. Tidak banyak orang, terutama perempuan, yang berani bicara begitu vulgar tanpa sensor. Keberaniannya patut diacungi jempol.
tapi, begitu karya selanjutnya keluar, tidak ada lagi kebaruan disana. dan terus terang membuat bosan.
tapi kumpulan cerpen di "cerita pendek tentang cerita Cinta pendek" lumayan lah dibanding 'Jangan main-main' atau 'nayla'. Ada beberapa cerpen yang penulisannya dengan cara yang tidak biasa.
Kehidupan urban, kota-kota besar, dengan gemerlap dan kegelapannya. Djaenar masih sama seperti di buku-buku lainnya. Masih berbicara tentang ‘selangkangan’ pengkhianatan, cinta, hingga hal-hal yang tak terucap.
Salah satu cerpen favorit saya di dalam buku ini adalah cerpen pertamanya, yang berbicara tentang nachos, imajinasi, juga pengharapan.
Sebagai pemuja cinta yang absurd.. membaca kisah di kumpulaln cerpen ayu kali ini menambah cakrawala saya mengenai cinta yang memang tak selamanya indah pada akhirnya...
Cinta dengan segala wujudnya Cinta dengan berbagai wajah yang ditampakkannya...
Selayaknya buku djenar, belum bergeser dari soal selingkuh dan rekan-rekan yg terkait. Bosan dan tertinggal setelah membaca 1 cerpen beberapa lama...dibaca lg utk nambah2 target read on 2011 krn lumayan tipis..
tapi, tapi, dan tapi ceritanya bener2 pendek2 sesuai dengan judulnya, semuanya kayak judul2 berita di lampu merah "bapak perkosa anak,; 'ibu hamil bunuh diri setelah membunuh suaminya', 'pacar bunuh selingkuhan', inspirasinya dari situ kali ya hehhehe....
Sekitar seminggu lalu, ada kesempatan main ke Kineruku. Memang niatnya untuk membaca sambil lirik-lirik barangkali ada buku bagus yang dibawa pulang.
Akhirnya, terpilihlah untuk baca karya Djenar ini. Dari dulu sih sudah suka karya Djenar, belum lagi ini kumcer. Jadi prediksinya, kalau bosen atau harus segera pulang, masih okelah berhenti ditengah-tengah jalan.
Eh! Ternyata cukup seru juga. Walaupuuun, tidak sebagus karya Djenar lainnya. Kumcer ini agak hambar soal cerita-cerita cinta, yang banyaknya tragis atau nestapa. Yaaa, ciri khas Djenar lah ya. Walau agak hambar, masih ada satu cerita yang jadi favorit, yaitu “Suami Ibu, Suami Saya”-yang sudah bisa ketebak lah ya, bercerita soal apa.
Buat light reading, bukunya cukup seru nemenin ngopi sambil menikmati udara dingin Bandung.
Ini karya kedua Djenar Maesa Ayu yang saya baca, setelah novel Nayla. Saya suka, persis sukanya dengan Nayla. (Ada Nayla dimunculkan di cerpen terakhir, saya sedikit kaget waktu ketemu lagi sama tokoh ini.)
Saya suka cerpen Three More Days karena saya suka laut. Dan saya nggak pengin pulang setiap lihat laut. Saya juga suka Suami Ibu, Suami Saya - meskipun judulnya bikin kentara, apalagi kalau sudah tahu khasnya Djenar itu cerita yang seperti apa.
Bagian yang paling saya suka adalah Al + Ex = Cinta saat pertemuannya dengan Alex dalam wujud perempuan bernama Alice, yang sangat sebentar, tapi saya selalu ingat bagian itu bahkan setelah selesai baca, apalagi kalau disuruh menyebutkan bagian mana yang paling disuka dari keseluruhan cerita.
Masih soal seks, masih soal sperma yang muncrat, soal benda yang lengket di selangkangan, dan soal perempuan yang seolah-olah menjadi korban seks namun tetap saja ia mau melakukannya. Masih sama dengan keempat bukunya yang lain yang saya baca. Uft! Dan masih sama juga, hal yang paling menarik di kumcer ini adalah kepiawaian Djenar menuliskan kalimat yang padu, serta pemilihan diksi yang hampir sering seirama. Membuat saya terus menunggu-nunggu kata apalagi yang ada di ujung kalimat setelahnya. Djenar sungguh cerdas dalam memilah kata. Bahkan saya lebih banyak dibuat tersenyum oleh sebab diksi-diksinya ketimbang ceritanya. Di antara semua cerpen dalam buku ini, cuma satu yang saya suka. Pasien.