Melanie Seitgar, a kleptomaniac and aspiring actress who lives by the rule "Don't Get Caught," finds her life spiraling wildly out of control when she meets Mr. Right. Original.
Melanie is a young, aspiring actress that deals with her stress by shoplifting. She knows that it’s wrong, but she just can’t resist the “warm-all-over-feeling” that she gets when she takes just “a little something” home after a bad day. Although this is a serious problem, I enjoyed the way that Mary Carter tackles this sensitive topic by mixing humor with the crimes. She doesn’t make it okay to be a thief and we get to see how Melanie is negatively affected by her chosen hobby.
Despite the grand larceny angle, this was a “gumdrop” of chick-lit – sweet and delicious! She reminded me a little of Becky in Confessions of a Shopaholic, one of the reviews on the back of this book even compares her to Becky, but it’s a totally different story and although it was funny, there was a deeper message behind the story of her kleptomania and Mary Carter was gifted in the way she gave out clues that all was not always right in Melanie’s world.
There’s even a little Emma Corrigan of Can You Keep a Secret? In this plot line, as Melanie, like Emma, finds a burgeoning attraction to her boss, but this story stands alone as a very special kind of chick lit story – I have to applaud Carter’s creativity in choosing this controversial storyline and giving readers a peek into the many reasons why someone would steal. It’s not just greed or lack of money – this shoplifter gains something greater than the object itself and while Melanie admits that it’s wrong, she just can’t seem to stop helping herself – to other people’s stuff!
Mary Carter is a gifted story-teller and keeps things exciting as we get to watch Melanie as she almost gets caught many times and we’re like, “yeah, right” each time she swears she’ll never steal again. So, in the end, does Melanie get caught and get sent to “the big house” to pay for her crimes? Does her boss find out that she’s “criminal-minded”? It’s fun being “on the run” with Melanie to see if she thinks it’s worth it in the end and to find the answer to the age-old question…”does crime pay?”
Hello shopaholic. This book is exactly like the confessions of a shopaholic except the character steals instead of buys. I'm not sure which book came out first but I read shopaholic first. There's even the rich boss that she falls in love with and a version of Alicia bitch long legs. I liked the book a lot except the ending, which seemed extremely rushed. In the last 20 pages, she comes clean (on a tv show none the less) gets her man back with a snap of her fingers, revenges against the bitch, and becomes incredibly successful in more ways than one. Just wish the ending was writin with more care
it is hillarious. i'd never read this kind of book before, but when i bumped into it one day in a book store and read the synopsis at the back, well, well, well, i got interested. after reading it, it was real...i love it. it is berry entertaining. :) and...love the romantic part. it's usual, but romantic.
I’ve never read anything like this before it was an interesting view into a kleptomaniac on another note I hated the ending it felt rushed and it didn’t make any sense on to why he was ok with all of it and he was way to easy to forgive her and accept everything. The ending needed way more details not happy it felt like a waste off time
This entire review has been hidden because of spoilers.
A friend of mine is the author. It is a very good book. It is a funny and easy read. Takes place in New York and is basically about a woman who is addicted to 'shopping'.
Abandoned on page 8 of 308. Kleptomania doesn’t seem the right subject for a romance. Also why are all the Little Black Dress books in the first person. It doesn’t work that well for romance.
Meskipun buku ini saya beli di sebuah acara obral buku, tapi isinya sungguh tak mengecewakan! Sama sekali nggak bikin menyesal telah merogoh kocek 12ribu (doang)! Hehehe. Dan meskipun ini bukan buku baru, tapi saya merasa perlu untuk menuliskan resensinya. Cos it’s worth reading. Pernah baca novel seri Shopaholic? Nah, bisa dibilang novel ini adalah oposisi dari novel karangan Shopie Kinsella tersebut. Mengapa saya bilang begitu? Tentunya tak lepas dari perilaku menyimpang tokoh utama dari kedua novel tersebut. Melanie Zeitgar, tokoh utama dalam novel She’ll Take It, dan Rebecca Bloomwood, tokoh utama dalam novel seri Shopaholic, sama-sama nggak tahan jika melihat barang-barang lucu nan imut. Lantas apa yang membedakannya? Jika Becky ketagihan belanja, hingga tagihannya menggunung, maka Mel sebaliknya. Ia ketagihan mengutil. YES! She’s a cleptomaniac! “Perjanjian dengan Diri Sendiri: Saya, Melanie Zeitgar, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani (dikurangi lima setengah kilo) bersumpah dengan segenap hati bahwa: 1. Saya tidak akan mengutil lagi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! *Terkecuali jika: penelitian telah menunjukkan bahwa menyusun arsip-arsip seharian di dalam ruangan yang gelap dapat mengakibatkan kekurangan Vitamin D yang bisa menyebabkan kekacauan temporer dalam pertimbangan benar dan salah.” (halaman 138) Tunggu dulu. Sebelum Anda menge-judge Mel sebagai pelaku kriminal sekaligus musuh masyarakat lantaran merugikan banyak toko tempatnya pernah mengutil, sebaiknya Anda nikmati dulu cerita kocak sekaligus mengharukan novel ini. Mel adalah wanita ambisius, yang sebentar lagi akan berusia 30 tahun, tapi belum satupun pencapaian besar telah ia raih. Ia bermimpi menjadi seorang aktris di kota penuh gemerlap New York, dan sejauh ini ia hanya pernah membintangi beberapa pertunjukan murahan, dan itupun tak sebagai pemeran utama. Padahal ia yakin, pengalaman bersekolah akting membuat kemampuan aktingnya tak kalah dengan artis yang lain. “Aku adalah aktor yang memiliki teknik, belajar di Sekolah Akting Village, di mana aku tenggelam dalam pelatihan ‘Ingatan akan Rasa’.” (halaman 24) Anehnya, berlawanan dengan kepercayaan-dirinya itu, ia lebih sering gagal dalam audisi akting, seperti audisi payah yang terakhir diikutinya. Belum lagi, cowok gebetannya, Ray, juga sudah lama tak menghubunginya. Hal-hal menyebalkan semacam ini semakin mendorongnya untuk berjalan-jalan masuk ke toko-toko, dan mencuri apapun yang menarik perhatiannya: sabun lavender mungil, selendang, permen, mangkuk saus. Pernah suatu kali, ia melanggar peraturan yang ia buat sendiri dengan mencuri sebuah jam tangan seharga $1800! “Perjanjian dengan Diri Sendiri Saya, Melanie Zeitgar, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani (dikurangi dua setengah kilo) bersumpah dengan segenap hati bahwa: 1. Saya tidak akan mencuri dari toko milik ibu-ibu dan bapak-bapak. 2. Saya tidak akan mencuri barang dengan harga lebih dari $100. 3. Saya tidak akan mencuri dari tempat yang sama dua kali. *Tak ada terkecuali!” (halaman 212) Gagal pada audisi terakhirnya itu membawanya menjadi seorang pengangguran. Lalu tiba-tiba ia mendapat pekerjaan temporer dari Fifth Avenue Temps, sebagai penata arsip di sebuah firma hukum. Belum cukup dengan perasaan terhina yang melandanya (ia bisa mengetik 95 kata per menit, untuk apa ia melakukan pekerjaan membosankan itu?), perasaan muak menyergapnya ketika ia mengetahui bahwa Trina Wilcox, musuhnya, adalah asisten si ahli hukum di sana, Steve Landon dan Greg Parks. Dengan kata lain, posisinya di firma itu berada di bawah Trina. Nenek sihir itu tak henti mengganggu hidupnya, mulai dari menuduhnya mencuri tempat sabun mutiaranya (belakangan diketahui bahwa tempat sabun itu ternyata cuma hadiah yang murah, bukan benda pusaka keluarga, seperti yang dikatakannya). Trina juga berusaha merebut kembali Ray, mantan pacarnya. Juga mengunggah foto menjijikkan Mel yang memalukan di internet, hingga ditonton jutaan orang. Insiden [yang disengaja] tersebut membawa Mel bertemu dengan Greg Parks, di mana ia meminta saran tuntutan hukum apa yang bisa ia gunakan untuk membuat fotonya di internet itu dihapus. Mulut besarnya juga tak bisa dikendalikan, hingga ia membohongi semua orang di firma hukum itu bahwa ia adalah seorang seniman, pematung jam. Ketika seorang pemilik galeri mendatanginya, ia kelabakan dan membuat portofolio palsu, dibantu dua orang temannya, Kim dan Tommy. Bukan cuma itu, keluarganya juga sama sekali tak membantu. Ibunya yang hanya mengomelinya atas cita-citanya sebagai aktris dan menuntutnya untuk kuliah agar bisa bekerja dengan layak. Kakak laki-lakinya, Zach, yang adalah seorang pengacara yang kaku dan menyebalkan. Ayah tirinya yang aneh, yang memiliki lima ekor anjing yang disebut “anak-anak”. Ia tak bisa melawan ketika keluarganya tiba-tiba mengajaknya makan malam, dan anehnya, mereka semua bersikap manis. Ini membuat Mel heran, lalu terkejut, karena ternyata ibunya diam-diam telah mengundang Greg, atasannya. Kejadian itu membuat hubungan Mel dan Greg menjadi dekat, selain berkat presentasi-presentasi Greg yang pernah dibantu oleh Mel. Namun, hubungan mereka yang sudah hampir sampai pada tahap pacaran itu digagalkan oleh kelakuan klepto Mel yang kelewatan. Apakah akhirnya Mel mengakui jati dirinya yang sebenarnya—sebagai seorang kleptomaniak? Dan akankah Greg menerimanya kembali? Novel setebal 426 halaman ini terbagi menjadi 34 bab, sehingga tiap-tiap bab terdiri dari jumlah halaman yang lumayan tebal. Belum lagi ditambah dengan sudut pandang orang pertama, “aku”, yang bisa jadi membosankan karena terlalu monoton. Tapi,...bravo! Sang penulis telah berhasil menceritakan tingkah laku dan cara berpikir si “aku” dengan fresh, kocak, dan jujur. Kondisi psikologis si “aku” tergambar sangat gamblang dan menarik. Mengalir apa adanya. Membuat saya tak mampu beranjak dari melahap tiap halaman yang tersisa. Meskipun kadang vulgar, hingga menjadikan novel ini cocok untuk kalangan dewasa, namun itu bukan masalah besar. Ya, mengingat setting novel tersebut adalah kota New York, yang gaya hidupnya bebas, jadi tak masalah jika banyak hal-hal yang vulgar terumbar di sana. Justru itu jugalah yang mampu memicu kelucuan. Begitu juga, alur yang penuh kejutan tak akan membuat Anda bosan. Mary Carter berhasil menceritakan pengalaman-pengalaman seru ketika mencuri dengan sangat hidup. Seolah memang ia benar-benar pernah mengalaminya (well, of course, si penulis bukanlah kleptomaniak). Karakter-karakter dalam novel ini berhasil tergambar dengan kuat, terutama si Melanie, tentu saja. Meskipun ia seorang pelanggar hukum dan sampah masyarakat, tapi dengan membaca ceritanya, kita tak bisa tidak mencintainya. Di balik mulut besar dan jemari nakalnya, Melanie adalah sosok berhati lembut, suka menolong, cerdas, dan kreatif. Beberapa kesalahan penulisan yang ada dalam novel itu untungnya tak mengganggu keasyikan membaca. Selain itu, footnote-footnote yang ditambahkan oleh sang penerjemah juga sangat membantu ketika Anda menemui istilah dalam bahasa Inggris yang mungkin jarang Anda temukan di bacaan lain. Misalnya, cocks, nutter, dan gobsmacked (halaman 51). Meskipun begitu, menurut saya, bagian ending-nya terasa agak dipaksakan dan terburu-buru. Bagian akhir novel ini hanya terdiri dari sekitar sembilan halaman. Padahal awalnya, cerita mengalir dengan tidak terlalu ketat, hingga penulis bisa mengeksplor ceritanya lebih detail. Juga ada beberapa hal aneh yang saya pikir akan sulit terjadi di dunia nyata, seperti Mel yang tiba-tiba beneran bisa membuat karya seni berupa jam-jam aneh. Lalu seorang pemilik galeri terkenal bahkan meminjaminya studio, padahal sebelumnya ia menolak mentah-mentah portofolio Mel. Beberapa kekurangan itu tak membuat kesegaran novel ini berkurang. Coba saja baca sendiri! Dan jangan kaget ketika tiba-tiba Anda membayangkan menjadi tokoh Mel, saking terbawa oleh kisah yang diceritakan oleh tokoh “aku” dalam novel ini. Yah, benar sekali, this novel will successfully appeal to your emotion!
abis baca novel ini, saia cuman berharap bahwa kalau saia punya toko, Melanie tak window shopping ke toko saia....:)
Hmm… sedap sekali. Tapi, agak sedikit mual. Yeah, saya terpukau begitu menyelesaikan ChickLit debutan Mary Carter ini. Terperangah. Ternganga. Terpesona. Terpikat. Sekaligus, bosan. Sungguh kontras memang, tapi itulah yang sebenar-benarnya saya rasakan. Cerita yang fantastis tetapi kelewat bertele-tele.
Stop. Sebelum saya meracuni siapapun juga. Bertele-tele yang saya maksud di sini dalam artian positif, kok. Bagus, bukannya jelek. Sebuah improvisasi yang kereeeen meskipun bagi saya kelewat berputar-putar. Mirip film India. Kalau kita melihat film India, lihat deh, sedikit-sedikit pasti nyanyi, sedikit-sedikit pasti nari, tidak peduli lagi sedih atau senang. Pokoknya nyanyi dan nari. Tapi, justru itulah uniknya film India. Ciri khas. Coba saja bayangkan film India tanpa nyanyi dan nari (sudah ada sih film India yang tanpa nyanyi dan nari), kayaknya kurang afdhol, kan?
Begitu juga dengan ChickLit yang topik utamanya membicarakan seputar kleptomania ini. Detil panjang-lebarnya yang hampir saja ‘membunuh’ minat saya untuk merampungkan membacanya, sebenarnya adalah bumbu utama yang tidak bisa dihilangkan dari novel setebal hampir 500 halaman ini. Saya berjanji, akan membaca ulang secara lengkap, dan semoga kebosanan yang menyerang saya ketika membaca untuk kali pertama tidak lagi muncul. I hope. Janji tinggal janji, saya belum menyentuh novel ini lagi sampai dengan sekarang.
Entahlah, saya selalu suka dengan karya terjemahan. Maka, sudah sepantasnya saya acungkan jempol, dua sekaligus, bagi pengalih bahasanya. Mereka jenius sekali (ini pujian yang tulus dari seseorang yang sudah belajar bahasa Inggris bertahun-tahun tapi masih juga payah!), bisa menerjemahkan karya dalam bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dengan pilihan kalimat yang gokil. Bagus banget. Cool, deh!
Kalau untuk kritik positif, rasanya 4,5 bintang dari 5 bintang yang biasanya disiapkan dalam kasus resensi, saya berikan untuk ChickLit ini. Saya sampai sebal dibuat kalang kabut oleh Melanie, tokoh utama dalam novel ini. Karakternya ajaib, konsisten, dan tak tergoyahkan hingga akhir cerita. Unik. Nggak nyangka. Susah deh diungkapkan dengan kata-kata, sangking oke penokohannya.
Kritik negatifnya, teteup! Kesalahan teknis, entah penrbit entah penyunting entah pengetik naskah, masiiiiiiiiiiiih ada yang salah ketik/double. Plis deh!
Dari segi tulisan, susah nyari cela-nya. Namun, yang masih sedikit mengganjal adalah kemahiran Melanie dalam meng-klepto barang-barang kadang kurang terekspos secara maksimal sehingga saya kurang menghayati keterampilan penuh talenta itu. Entahlah, apakah memang sengaja tidak didetilkan (biar tidak dianggap mengajari cara mengutil yang mantap) ataukah memang sulit mendeskripsikannya. Dan paling, detil panjang-lebar yang membuat saya bosan apalagi gaya flashback yang digunakan Mary membingungkan saya. Misalkan saja, Melanie sedang di meja makan, terus ada kejadian tidak enak, pikirannya langsung melayang pada kenangan masa kecilnya. Kejadian begitu, sering sekali dibuat oleh Mary. Saya yang kurang sabaran menjadi cepat sekali bosan. Selebihnya, TOP BGT dah! Kocak. Seru.
Melanie Zeitgar adalah seorang aktris yang masih juga belum beruntung mendapat peran apapun dari berbagai audisi yang pernah diikutinya. Maka demi mendapatkan uang ia rela bekerja temporer dalam bidang apa saja, mulai dari menjadi tugas pengarsipan hingga tukang scanner barang di sebuah supermarket, yang selalu mendatangkan sial. Mel tinggal seapartemen dengan Kim, sahabat sekaligus model yang cantik dan seksi yang selalu menimbulkan rasa minder pada Mel, dan juga berteman dengan Tommy, seorang model pria tampan yang homo.
Mel tergila-gila pada Ray, seorang vokalis band yang adalah mantan pacar dari musuh bebuyutannya, Trina. Mel rela melakukan apa saja untuk mencuri perhatian Ray dan menjauhkannya dari jangkauan Trina. Ketika menjadi petugas pengarsipan, Mel bertemu dengan Greg Parks, partner dalam firma hukum tempat Mel bekerja. Mel mengingkari getar perasannya apalagi saat itu ia memang sedang kasmaran pada Ray.
Namun, dari semua hal yang aneh itu, Mel punya rahasia besar yang tidak diketahui oleh siapapun, bahkan orangtua dan sahabatnya, kecuali alarm sensor dan kamera pengintai di toko-toko/supermarket. Yeah, Mel adalah seorang kleptomaniak. Pengutil. Tapi, Mel tidak sembarangan dalam mengutil, ia selalu punya alasan setiap melakukan aksinya. Ia pun selalu membuat perjanjian-perjanjian, langsung dengan para Santo, sebelum melaksanakan aksinya.
Lalu, bagaimana aksi Mel tersebut? Apakah ia berhasil menaklukkan hati Ray? Apa yang dilakukan Mel pada keluarga, terutama Mom dan Zach, kakaknya yang selalu mencampuri hidupnya? Bagaimana dengan Trina? Kemudian, apakah selamanya rahasia Mel akan tetap terjaga? Apa hubungannya dengan pengakuannya bahwa ia adalah seniman pembuat jam? Siapakah Greg Parks sesungguhnya? Bagaimanakah nasib persahabatannya dengan Kim dan Tommy? Nah, temukan jawabannya dalam novel yang juga mendapat banyak pujian dari sesama penulis ChickLit ini.
Ich musste leider abbrechen, da es sprachlich einfach übertrieben geschrieben wurde. Mir gefällt es, wenn der Autor oder die Autorin im Präsens und in der Ich-Form schreibt. Hier aber habe ich das Gefühl, als würde ich mich mit einer Freundin treffen und sie mir viele, viele Dinge erzählt, die mich einfach nicht interessieren. Wäre es also dezenter verfasst, wäre es bestimmt ein guter Roman.
I didn’t expect to like it as much as I did. The protagonist, Melanie, was super funny and relatable. As a recovered klepto, those book was very accurate and I loved the way she went through the process of a take.
I didn’t expect to like this as much as I did. The protagonist, Melanie, is super funny and relatable. As a recovered klepto, this book was very accurate and I loved the depiction of the process of a take. 4.5 stars.
It was exciting although the ending was slightly abrupt. One could empathise with the main character as far as doing something self-destructive and not knowing how to really help oneself.
i really enjoyed this book. however, as a lighthearted and fun read, i wasn’t expecting it to get dark or mention tw/ self harm. a trigger warning, somehow, would’ve been nice.
definitely one of those book that doesn't take lot of concentration, fun and fast read. But since I have the Indonesian version ones, I'm reading it slowly in between the other books that I read at the time.
The reason I picked up the book because I thought it would be one of those chick-lit like the Shopaholic Series by Sophie Kinsella. Turn out this book is more than that. There's a lot of back story that made the main character - Melanie - the way she does. And weirdly I could relate to her - not the shoplifting part! But the way her family treat her, I could totally understand the feeling.
I love the way Mary Carter created her character to realized that shoplifting is bad, that her 'lifestyle' affected people around her.
Character development was great, story was good but the ending could have been much better. The plot didnt really start until the middle of the book and then the peak of the story didnt happen until right at the very end. I felt the ending was cut short and had the potential to be so much better.
Okay, not great. After she had stolen every item/prayed to every saint imaginable i wondered where the story was goin .. esp as by then i was halfway! But it picked up from there so i dint put the book down. If you dont think you can put up with that just pick up Accidentally Engaged, its much better!
baru sekilas sih, baru bolak-balik baca sinopsisnya. Genre-nya chicklit gitu lah..tentang seorang vewek kleptomania. Keknya seru nih buku. Kocak, dan katanya sih ada sedihnya juga. Tar lah aku cerita begitu dah kelar baca..hehe
Although it is somewhat formulaic in a chick-lit kind of way, Mary Carter's She'll Take It frequently made me laugh out loud on the subway, which is the ultimate test, since I am generally in a foul mood there. Melanie Zeitgeist, I mean Zeitgar, is a lovable keptomaniac you won't soon forget.
The story follows Melanie, who is a kleptomaniac, and happens to be a failing actress as well. When ever something goes wrong in her life, she finds something to steal...lipstick, scarves, even salt & pepper shakers. It's a light chick lit read, but the first half was better than the second half.
I read a lot of LBDs and this is probably my favourite to date. It's original, witty, smart and laugh out loud funny. I'm going to have to buy another copy, because I gave mine away, and now I want to read it again.