What do you think?
Rate this book
232 pages, Paperback
First published April 10, 2012
Ya, berbagi justru bisa membuat kita lebih kaya.
Tidak heran bila kita mendengar atau bahkan menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang dewasa berhasil meraih mimpinya. Namun hal yang jarang kita saksikan anak muda yang telah mulai berkarya di usia muda. Penulis Dream Catcher ini salah satunya. Dengan mendirikan sebuah organisasi (The Cure for Tomorrow) di usia 14 tahunnya dia layak menjadi Delegasi Muda Indonesia ke berbagai negara.
Buku ini dibuka dengan pengantar dari Monique Coleman (UN Youth Champion) yang menyampaikan betapa dia selalu menggunakan prinsip disiplin, kerja keras, kebulatan tekad dan ketekunannya untuk melakukan segala hal, dimulai dari menciptakan mimpi hingga merealisasikan serta menjaga mimpinya. Pun buku ini mulai memberikan kisah seorang Zimbabwe di awal bagiannya. Disebutkan bahwa Dia, Tererai Trent yang merupakan anak perempuan yang dilarang ayahnya untuk bersekolah karena alasan bahwa perempuan hanya ditugaskan untuk menjadi seorang Ibu. Sehingga pada usia 11 tahun dia telah dinikahkan oleh ayahnya. Namun, sejak kecil dia memiliki passion yang kuat terhadap belajar. Semenjak kecil dia sering mengerjakan tugas sekolah saudara laki-lakinya. Setelah menikah, ia pindah ke Oklahoma. Di sana dia meneruskan mimpi-mimpinya. Dia terus belajar hingga memperoleh gelar master pada tahun 2003.
Buku ini tidak hanya memberikan contoh nyata terhadap orang-orang yang awalnya tidak didukung oleh keadaan sekitarnya untuk mereaih apa yang diinginkan hingga berhasil meraih mimpinya, namun yang paling membuat buku ini berbeda adalah dengan membaca lembar demi lembar buku ini kita diajak untuk menciptakan, menggali, melaksanakan, menjaga, merawat, dan menikmati mimpi-mimpi yang seluruh manusia pasti miliki. Sekecil apapun mimpi itu.
Di buku ini saya mendapatkan banyak hal menarik. Seperti tips-tips to make our dreams come true. Yang paling saya ingat hingga sekarang ialah Get out of your “no progress” zone di mana kita pasti akan berada di suatu zona uncomfortable kita dan secara tidak sadar bahwa keadaan tersebut lah yang akan membantu kita untuk mencapai mimpi.
Seperti halnya buku non-fiksi lainnya, buku ini di pertengahan tulisannya saya dibuat sedikit bosan karena isinya didominasi oleh kata-kata yang selalu memberikan anjuran walau saya akui kata-kata yang ditulis oleh Alanda adalah kata-kata yang mudah dicerna. Namun hal itu menjadi tertutupi dengan disuguhinya ruang khusus untuk pembaca menuliskan rancangan-rancangian mimpi kita, menuliskan langkah-langkah terpadu, dan kolom-kolom tersebut didesain dengan sangat menarik. Well, buku ini saya rasa sangat layak untuk dibaca, terlebih untuk para muda-mudi yang belum/sedang menemukan mimpinya. Buku ini akan sangat membantu Anda.