Ada amin?

Pada episode perdana Sebelas12, kami mengundang Arie Untung yang belum lama kala itu dilepas dari posisinya sebagai pembaca acara Tonight Show di Net TV. Dalam pertanyaan pertama saya, saya bertanya “Rie, kan elo udah duluan nih jadi host program Late Night, gimana ya caranya biar gue ga dipecat juga kayak elo?”


Dengan 1 buah pertanyaan dalam 1 episode pertama kami, Sebelas12 menunjukkan pijakannya di program TV Indonesia.


With that 1 question, we set the tone for the whole year of Sebelas12.


Kami ingin menjadi berbeda, dengan mencoba mengucapkan, menanyakan, melakukan hal hal yang tidak dilakukan program lain.


Kami ingin program kami “Sebelas Dua Belas” dengan Late Night yang sesungguhnya.


***


Sebelas12, adalah sebuah program Late Night. Secara definisi, program Late Night adalah program Talk Show larut malam yang didesain untuk mengantar pemirsa tidur. Belakangan, perkembangan program Late Night sebagai penghantar tidur adalah memberikan 2 hal yang paling ingin didapatkan oleh pemirsa malam hari sebelum menutup hari:


Hiburan. Sesuatu yang lucu, dan membuat mood mereka enak sebelum beristirahat


Wawasan. Memberi mereka update terkait apa yang terjadi di negara mereka dan di dunia sementara mereka bekerja/ beraktivitas seharian.


2 hal tersebut jadi fondasi bagi seluruh program Late Night yang anda tahu.


The Tonight Show with Johnny Carson, Jay Leno dan sekarang Jimmy Fallon


Late Show with David Letterman dan sekarang Stephen Colbert sebagai pengganti.


Late Night Show with David Letterman (sebelum akhirnya pindah stasiun TV dan membawakan Late Show) hingga Seth Meyers


Jimmy Kimmel Live!


Conan


The Daily Show with Jon Stewart


Last Week Tonight with John Oliver


Semua program Late Night yang anda tahu, menjadikan Hiburan dan Wawasan sebagai 2 pondasi utama.


Untuk yang suka nonton Stand-Up Comedy saya, pasti tahu dua hal tadi adalah pondasi saya dalam melakukan pertunjukan Stand-Up Comedy.


Ketika saya ditawarkan Kompas TV untuk membawakan program Late Night, saya punya 2 syarat utama:


1. Saya terlibat secara kreatif


2. Saya dibolehkan membawa Stand-Up Comedian ke dalam tim kreatif.


2 hal tadi disetujui Kompas TV dan setelah melewati ratusan episode kini Sebelas12 memasuki 1 tahun penuh tayang di Indonesia.


Banyak yang bertanya tanya terhadap banyak hal yang saya lakukan di Sebelas12. Mengapa tidak ada meja khas Late Night? Mengapa seneng banget ngomong jorok? Mengapa Anaconda Dont? Mengapa Anaconda dont hilang? Mengapa ada C0-host? Mengapa selalu berubah?


Setelah 1 tahun menjalankan Sebelas12, mari ikuti cerita saya tentang apa yang sebenarnya saya ingin capai dari program Late Night milik Kompas TV ini.


Mari kita mulai dari hal pertama:


1. Host.


Pembawa acara program Late Night di luar negeri 100% adalah stand-up comedian. Alasannya mengapa semua adalah komika saya sendiri kurang paham. Tapi dari Letterman, Carson hingga Fallon dan Craig Ferguson adalah komika yang kemudian terlalu sibuk menjalankan program Late Night sehingga meninggalkan karirnya dalam Stand-Up Comedy.


Host Late Night menurut Jon Macks sang penulis komedi Jay Leno selama 22 tahun dan penulis buku “Monologue” harus punya 5 kemampuan: Monologue (Stand-Up Comedy), menciptakan kedekatan dengan bintang tamu, kesediaan untuk melempar pertanyaan atau melempar komentar yang juga ada di benak penonton, likability (disukai oleh penonton), kemampuan kreatif untuk menciptakan sesuatu yang ikonik dan menempel.


image_5


Tiap host Late Night dalam sejarahnya, punya kekuatan masing masing. Carson paling jago membuat obrolan jadi lucu. Leno tak tertandingi dalam urusan Monologue (secara statistik, Leno paling banyak melempar joke monologue di banding semua host Late Night lain dalam sejarah US), Steve Allen (pendahulu Carson) suka tertawa dan menular kepada yang nonton, Letterman dikenal paling berprinsip, Conan O’Brien tajam, blak-blakan, mulutnya paling kotor, Fallon kreatif dan seru, Jon Stewart sangat influential dalam urusan Politik, dll.


Kekuatan saya apa, saya kembalikan kepada yang nonton.


Yang pasti, Sebelas12 dari awal tayang sampai sekarang tidak pernah sekalipun tidak dibuka dengan Stand-up / Monologue. Semakin ke sini, Monologue-nya semakin dekat dengan hakikatnya Monologue dalam program Late Night sesungguhnya: Berita. Atau istilah yang lebih sering digunakan oleh penggiat Late Night di US adalah: People on the news.


image_5 image_6


image_4


 


image_4 image_1


image_2 


image_3


 


2. Set


Satu hal yang pasti dari set Sebelas12: Saya tidak mau ada meja khas Late Night Amerika Serikat


cameron-diaz-jimmy-fallon-dance-off-04


 


Mari saya jelaskan kenapa.


Saya sudah mewawancarai orang sejak 2001. Sejak siaran radio di Hard Rock FM Bandung & Jakarta. Saya sudah pernah wawancara seniman, budayawan, olahragawan dan politikuswan. Enggak sih, politikus aja.


Satu hal yang saya tahu persis adalah bahwa mereka hanya akan mengeluarkan ucapan ucapan yang mengejutkan, ketika mereka untuk beberapa detik lupa bahwa mereka sedang di wawancara. Kunci dari wawancara yang sukses adalah menyamarkan wawancara tersebut menjadi obrolan tongkrongan.


Meja khas Late Night tadi, memberikan kesan hirarkis. Ada yang nanya, dan ada yang jawab.


Padahal, kalau mau menyamarkan wawancara, suasananya harus seperti ngobrol dan itu berarti tidak boleh ada hirarki. Semua sama.  Itulah mengapa, seperti Mas Tukul di Empat Mata, saya memilih set sofa.


image


 


Itulah juga mengapa, kalau anda perhatikan baik baik saya dengan sengaja menimpali bahkan memotong sesaat omongan tamu dengan komentar saya sebelum membiarkan dia melanjutkan lagi omongannya. Karena dalam tongkrongan sehari hari ya begitu dinamikanya. Dalam tongkrongan sehari hari, ngobrol itu tidak statis: Tanya – Jawab – Tanya – Jawab – Tanya – Jawab. Kalau anda lihat lagi rekamannya, Sebelas12 itu lebih dinamis seperti tongkrongan dan bukan wawancara.


Itulah juga mengapa kalau anda ingat, saya terkadang suka ngomong jorok. Itu bukan kebadungan atau bukan ketidak mampuan saya untuk menahan omongan. Saya sudah pernah 1 tahun penuh membawakan acara Provocative Proactive secara live. Tidak pernah sekalipun saya kelepasan ngomong jorok.


Kalau saya melihat kira kira tamu tamu saya ini di tongkrongannya biasa ngomong jorok, saya akan pasti ngomong jorok dengan kesadaran pasti akan disensor. Tujuan pertama adalah untuk memberi ilusi nongkrong tapi alasan lainnya adalah untuk memberi kesan kepada mereka “Wah beda nih” karena kebanyakan tamu saya sudah puluhan bahkan ratusan kali diwawancara. Pewawancara harus kondisikan yang diwawancara bahwa dia ada dalam situasi yang baru sama sekali untuk menciptakan suasana antusias. Kalau ternyata saya meraba bahwa tamu saya tidak terbiasa ngomong jorok di tongkrongannya maka omongan jorok itu tidak akan keluar. Juga hal yang sama kalau anda melihat saya ngondek, besar kemungkinan saya mau mengondisikan tamu saya untuk merasa seperti dalam tongkrongannya supaya dia lebih nyaman.


Saya tidak mau menyebut nama, tapi coba tonton rekaman Sebelas12 ketika saya mewawancara seorang selebriti yang belum terlalu terbuka dengan gayness-nya. Lihat bagaimana dia sangat terbuka dalam cerita dan jawabannya.


Itulah ilusi nongkrong.


 


3. Format Sebelas12 


Setiap program Late Night pada akhirnya harus menentukan formatnya. Titik beratnya.


Misalnya, standar late night komposisinya adalah sebagai berikut:


Talk – 51%


Sisanya variasi antara: Musik, Komedi (termasuk monologue dan penampilan stand-up oleh tamu), Games. Di atas adalah komposisi khas The Tonight Show era Johnny Carson dan Jay Leno. Di era Jimmy Fallon, beda lagi:


Talk – 37%


Games – 26% 


Komedi 23%


(Fallon punya Thank You Notes, Pros & Cons, Letterman punya Top Ten, Conan punya Clueless Gamer)


Musik – 14%


Nah Sebelas12 titik beratnya di “Talk”. Karena kekuatan terbesar saya adalah kemampuan wawancara. Kemudian titik berat ke 2 adalah Komedi (Monologue, Stand-up, Nama penonton, Main Tagar, dll)


Saya ingat salah satu sensasi aneh yang saya dapatkan ketika diwawancara beberapa program adalah bahwa kehadiran saya tidak signifikan. Para host dan side-kicknya asik sendiri menciptakan kelucuan. Tamunya ditanya hanya sebagai formalitas, jawabannya bahkan tidak didengar. Besar kemungkinan karena hostnya insecure dengan obrolannya dan dalam ketakutannya akan kegaringan, mencari kelucuan sendiri di luar obrolan. Sementara saya ingat sekali tweet Dave Hendrik setelah diwawancara oleh saya di Sebelas12…


photo-2.


 


4. Prinsip Sebelas12


Prinsip saya dalam menjalankan talk show (bukan hanya late night) adalah:


Bintang Tamu. Saya. Penonton.


Itu adalah urutan orang yang harus dibuat puas dalam talk show saya. Bintang Tamu dulu, Saya sendiri, baru penonton. Kalau bintang tamu saya nyaman dan senang, saya nyaman dan senang, maka hasilnya adalah talk show berkualitas. Penonton pasti akan senang sendiri juga nontonnya. Kalau mereka tidak suka, ya berarti hanya masalah selera.


Bagi saya selalu mendengarkan apa maunya penonton akan membuat Sebelas12 tidak jelas arahnya. Bill Cosby pernah bilang “One thing i know is that you cant please everyone. Its impossible”


Makanya, saya tidak pernah mendengarkan apa kata penonton. Bahkan, bisa dicek kepada seluruh tim terkait Sebelas12, saya tidak pernah mau membicarakan rating dan share. Rating hanya baik dalam memberi tahu kita apa yang “works” dari yang sudah pernah dilakulan. Selalu mengikuti maunya rating sama dengan mengulang pola pola yang sudah ada. Mengikuti rating, mematikan inovasi. Mematikan inovasi sama dengan mematikan kreativitas. Saya lebih baik program saya umurnya pendek karena dia luar biasa daripada umurnya panjang tapi biasa biasa saja.


Saya selalu bilang kepada tim saya di Sebelas12, untuk bekerja seperti mereka yang bekerja di Apple.


Apple tidak pernah bertanya kepada konsumen maunya apa. Karena mengikuti maunya konsumen hanya akan melahirkan produk yang medioker. Tim Apple tidak pernah baca review, tidak pernah baca apa yang lagi trend, tidak pernah mendengarkan kritik. Mereka bekerja dalam kondisi (ibaratnya) pintu dan jendela tertutup dan sepakat untuk membuat produk terkeren bagi mereka. Pokoknya kalau menurut mereka keren, maka produk itu keren. Cukup.


Ini juga yang menjelaskan, fenomena Anaconda Dont. Sebuah tarian yang begitu disukai penonton, tapi juga banyak penonton yang bingung kenapa saya melakukan hal “rendah” seperti itu.


Ya seperti yang saya sudah jelaskan. Bintang Tamu. Saya. Penonton.


Lihat reaksi Bintang Tamu saya…


image_1 image


 


image


image_1 image_1 image_2 image_2


image


Their reaction is  Priceless.


Saya sudah dari 2004 berada di industri TV, saya belum pernah lihat reaksi seperti ini terhadap apa yang saya lakukan. Kendatipun banyak yang protes, bagi saya kesan yang bintang tamu saya bawa pulang adalah lebih penting daripada approval penonton.


Sekarang, Anaconda Dont sudah tiada. Sudah saya kubur.


image_3


Bukan karena dicekal, tapi karena inovasi adalah bagian dari gaya hidup kami. Kalau sudah bosan, ya tinggalkan saja. Sekarang kami punya pengganti yang lebih epik lagi. Namanya #KataKejutan. Tonton saja sendiri di Sebelas12, yang pasti reaksinya bintang tamu yang kena adalah seperti ini..


image_4  photo-3


image


 


7. Masa depan Sebelas12


Sebelas12 akan semakin sarat akan bobot berita. Dua alasannya.


Pertama, Kompas TV mengukuhkan diri menjadi TV berita. Menemani Metro TV dan TV One. Maka wajar, Sebelas12 meningkatkan muatan beritanya.


Kedua, karena saya terbahagia ketika bisa membahas berita berita terhangat, mengundang tokoh tokoh politik atau setidaknya people on the news dan menyergah mereka, berdebat dengan mereka terkait isu sosial ataupun politik yang ada di Indonesia.


Kelihatannya, Sebelas12 akan mencoba jadi perpotongan antara Fallon / Kimmel dengan Jon Stewart / John Oliver. Im super excited.


Untuk anda penonton setia Provocative Proactive, saya terinspirasi The Daily Show-nya Jon Stewart saat itu dan nampaknya secara sikap, Provocative Proactive yang tidur di dalam diri saya akan bangun kembali.


Yang pasti kami akan terus berjalan mendekati yang kami anggap ideal. Masih banyak yang ingin kami coba cermati dan kembangkan: Editing kami, Co-Host, Band, bahkan sayanya sendiri.


Kami belajar terus, kami menggali ilmu terus. Saya pribadi lagi mempelajari Johnny Carson Show, program 2 season yang begitu fenomenalnya membuat Carson ditunjuk untuk membawakan The Tonight Show. Sebagaimana di jaman sekarang Fallon yang sukses membawakan Late Late Show ditunjuk untuk menggantikan Leno membawakan The Tonight Show. Juga saya pelajari Jerry Lewis yang dulu saya pandang sebelah mata karena slapstick. Tapi kutipan Jerry Seinfeld di kotak DVD membuat saya penasaran “Kalau anda tidak mengerti Jerry Lewis, anda tidak mengerti komedi”. Saya pikir, mau apa saya kalo Seinfeld sudah bicara begitu. Ketika saya pelajari, ternyata Jerry Lewis adalah seorang jenius dan kutipan terpenting darinya adalah “Komedi itu ada temponya, ada ritmenya, ada timingnya, yang kalau kamu tidak miliki, maka kamu tidak bisa punya komedi”. Ucapan itu membuat saya ingin mendalami masalah ritme wawancara kami dan terutama editing Sebelas12.


photo-4 photo


 


Tujuan akhir kami: Menjadi program Late Night yang membuat penontonnya berkata “NAH INI, baru program Late Night” dan bisa berjalan selama mungkin. Leno 22 tahun, Letterman 30 tahun, Mas Tukul 12 tahun membawakan Empat Mata. Cita cita kamipun ingin bisa berjalan sejauh mereka.


Ada amin?


 


 

1 like ·   •  1 comment  •  flag
Share on Twitter
Published on June 24, 2015 13:22
Comments Showing 1-1 of 1 (1 new)    post a comment »
dateUp arrow    newest »

message 1: by Sintalanthe (new)

Sintalanthe Terima ksh K Panji..saya sangat menyukai sebelas12 n tdk prnah melewatkan acara itu krna acaranya berkelas..terus berkarya K Panji..God Bless You.


back to top

Pandji Pragiwaksono's Blog

Pandji Pragiwaksono
Pandji Pragiwaksono isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Pandji Pragiwaksono's blog with rss.