Terkadang, manusia suka memelihara kesedihan.
Sampai lama, sampai mereka tak sanggup lagi memelihara.
Aku bertanya,
‘untuk apa?’
Kau jawab,
‘mungkin saja kesedihan mampu membuat manusia menjadi lebih manusia’.
Jadi kuputuskan saja,
untuk berkendaraan di sepanjang jalan bebas hambatan.
Aku sendirian.
Aku kesepian.
Dan aku sedang dirundung kesedihan.
Saat itu, aku mencoba membuang kesedihan
di tepi jalan bebas hambatan.
Karena tak ada yang tahu.
Tak ada yang peduli.
Tak ada yang akan menghakimi.
Dan aku sungguh tak perlu
menampilkan wajah yang pura-pura berseri.
: karena bukankah aku memang sedang bersedih?
Aku sungguh tak hendak memelihara kesedihan.
Dan membiarkannya memakan kebahagiaan.
Jakarta, 4 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
Published on January 04, 2013 01:38