Mudahnya Pesan Tiket Kereta Api dengan Bebasbayar
MASIH ingat kemacetan parah di pintu keluar tol Pejagan-Brebes jelang Lebaran kemarin? Salah satu kenalan saya cerita salah satu temannya yang ikut jadi korban. Dia terjebak macet berjam-jam, sampai kehabisan bahan bakar dan terpaksa beli Premium dengan harga berlipat-lipat! Kalau saja ia rencanakan mudiknya lebih baik, perjalanannya tidak akan sedramatis itu.
Kemacetan parah di pintu keluar tol di Brebes saat itu benar-benar menjadi pusat pemberitaan. Tak cuma media nasional, sejumlah media asing ikut mengangkat beritanya setelah tersiar kabar ada pemudik yang tewas akibat lama terjebak macet.
Teman dari kenalan saya sendiri berangkat dari Jakarta tanggal 2 Juli pagi. "Habis Subuh" kalau mengutip istilah waktu yang dipakai kenalan saya di Twitter. Tujuannya ke Tegal, seharusnya sebelum adzan Dzuhur sudah sampai rumah. Tapi jam setengah 11 malam ia masih terjebak di tol Pejagan.
Saya lalu balik cerita soal keponakan yang mudik nyaman naik kereta api ke Pemalang. Berangkat dari Jakarta jelang tengah malam, sebelum Subuh sudah sampai tujuan. Jarak dari stasiun ke rumahnya memang tidak bisa dibilang dekat. Tapi adik-adiknya siap sedia menjemput, sembari menunggu waktu sahur.
Stasiun Pasar Senen mungkin terlihat lebih padat dari biasanya. Tapi masing-masing penumpang sudah memegang tiket, jadi tidak ada ceritanya berebutan tempat duduk seperti naik KRL. Anak si keponakan yang baru berusia tiga tahun, which is cucu saya dalam silsilah keluarga besar, pun bisa tidur nyenyak sepanjang perjalanan.
Benar-benar mudik yang menyenangkan, bukan?
Perbedaannya terletak pada perencanaan. Temannya kenalan saya belum bisa memastikan kapan akan mudik, jadi spontan saja begitu mendapat waktu luang langsung berangkat naik kendaraan sendiri. Sebaliknya, keponakan saya sudah jauh-jauh hari merencanakan perjalanan mudik. Tiket dipesan sejak sebulan sebelum tanggal keberangkatan.
Kemacetan parah di pintu keluar tol di Brebes saat itu benar-benar menjadi pusat pemberitaan. Tak cuma media nasional, sejumlah media asing ikut mengangkat beritanya setelah tersiar kabar ada pemudik yang tewas akibat lama terjebak macet.
Teman dari kenalan saya sendiri berangkat dari Jakarta tanggal 2 Juli pagi. "Habis Subuh" kalau mengutip istilah waktu yang dipakai kenalan saya di Twitter. Tujuannya ke Tegal, seharusnya sebelum adzan Dzuhur sudah sampai rumah. Tapi jam setengah 11 malam ia masih terjebak di tol Pejagan.
@bungeko_ temen saya mas dri JKT abis subuh skrg masih dibrebes jam sgni. Bensin abis beli eceran 1,5 L Rp 30.000 mas gimna mau positif mas?
— Imam Satrio Wibowo (@Satrio13_) 3 Juli 2016
Saya lalu balik cerita soal keponakan yang mudik nyaman naik kereta api ke Pemalang. Berangkat dari Jakarta jelang tengah malam, sebelum Subuh sudah sampai tujuan. Jarak dari stasiun ke rumahnya memang tidak bisa dibilang dekat. Tapi adik-adiknya siap sedia menjemput, sembari menunggu waktu sahur.
Stasiun Pasar Senen mungkin terlihat lebih padat dari biasanya. Tapi masing-masing penumpang sudah memegang tiket, jadi tidak ada ceritanya berebutan tempat duduk seperti naik KRL. Anak si keponakan yang baru berusia tiga tahun, which is cucu saya dalam silsilah keluarga besar, pun bisa tidur nyenyak sepanjang perjalanan.
Benar-benar mudik yang menyenangkan, bukan?
Perbedaannya terletak pada perencanaan. Temannya kenalan saya belum bisa memastikan kapan akan mudik, jadi spontan saja begitu mendapat waktu luang langsung berangkat naik kendaraan sendiri. Sebaliknya, keponakan saya sudah jauh-jauh hari merencanakan perjalanan mudik. Tiket dipesan sejak sebulan sebelum tanggal keberangkatan.
Published on July 24, 2016 09:32
No comments have been added yet.


