Ganteng Ganteng Sombong
Ganteng Ganteng Swag.Sebuah lagu yang menyapu negeri ini dengan kontroversi.
Young Lexx, Kemal Palevi, Jovial Da Lopez, Andovi Da Lopez, Reza Arap Oktovian, Dycal.
Internet gempar karena 2 hal yang saling berkaitan:
– Lirik lagu tersebut
– Anak anak di bawah umur yang menggilai lagu tersebut.
Reaksi umumnya orang dewasa adalah mencekam rombongan GGS ini karena katanya mereka tidak sadar audience mereka anak anak & mereka mencontohkan anak anak ini hal buruk.
Sementara saya, tepuk tangan kepada GGS.
What they’re doing, is true hip hop.
Malah rapper rapper Indonesia lain antara harus malu karena tidak bisa bikin karya sehebat orang orang tadi atau berterima kasih karena masih ada mereka yang mengibarkan bendera hip hop tinggi dgn lagu rap mereka tadi.
NWA adalah sebuah grup rap dari Compton yang kini dianggap legenda dan karyanya “Fuck The Police” dipuja serta dianggap berpengaruh kepada tatanan sosial budaya Amerika. Tapi pada jaman lagu itu keluar, yang protes luar biasa. Jelas saja. Selain liriknya kasar (judulnya saja ada kata “Fuck”) bait pertama oleh Ice Cube menggambarkan keinginan Cube utk menghabisi polisi. Mohon diingat, yang mengidolai NWA kebanyakan adalah anak anak & remaja. Ketika ditanya media mengapa karyanya seperti itu, Ice Cube menjawab “Our art is a reflection of our society”.
Jangan salahkan kesenian kami, orang berkesenian ya harus jujur dengan dirinya & kejujuran ini datang dari lingkungan ini. Mudah sekali menunjuk 1 orang salah, padahal kalau mau benerin, ya benahi lingkungan sosialnya. Tapi tidak ada yang mau melakukan itu. Susah. Lebih mudah menyalahkan pelaku seninya daripada dunia yang mengilhami karya seni itu sendiri.
Contoh sempurna, lagu “Ganteng Ganteng Swag”
Orang paling sering membecandakan kalimat “youtube lebih dari TV” lalu mencemooh “kalau emang lebih dari TV kok lo pada masih tetap butuh TV?”
Padahal coba kesampingkan sinisme dan kebencian anda dulu & pikirkan baik baik.
Dalam banyak hal, youtube memang lebih dari TV.
Lebih variatif.
Lebih kreatif.
Lebih bebas.
Lebih mengakomodir anda untuk berkarya
Lebih cocok & murah (gratis bahkan bagi para pekarya) utk mempromosikan karya anda
Lebih adil ketimbang rating TV
Lebih menarik.
Lalu salahnya kalimat “youtube lebih dari TV” di mana?
Lagipula, tanpa sadar setiap kali di socmed ada yang menulis kalimat “youtube lebih dari TV” mereka melegitimasi kemampuan Jovi dalam menulis lirik yang catchy & nge-hook
Bagaimana dengan “Explicit Lyrics” di lagu ini? Kata kasar bertaburan dan dianggap mencontohkan yang buruk kepada anak anak.
Lucu orang orang itu.
Seakan akan sikap nyinyir dan menyindir mereka bukan contoh buruk utk anak anak yang membaca tweet mereka.
Seakan sikap ngomongin orang tanpa mention yang dimaksud bukan contoh buruk untuk anak anak.
Seakan sikap menggosip di belakang tanpa integritas adalah contoh baik.
Seakan sikap keroyokan di socmed kepada satu atau sekelompok orang adalah sikap mulia yang mereka mau contohkan ke anak anak.
Seakan sikap kebebasan berpendapat hanya utk yang sependapat sementara yang tidak sependapat diblok jadi contoh ideal untuk hidup dalam perbedaan bagi anak anak ini.
Bahasa kasar bisa dihentikan dengan larangan. Saya tahu persis karena saya Ayah dari 2 anak yang sudah punya sikap & bisa berbahasa.
Tapi mental anak anak melihat orang dewasa yang minim integritas akan membekas dan menjadi bagian dari jati diri mereka. Hati hati menghardik orang, mawas diri juga sebaiknya.
Soal memasang marka “Batas usia” pada konten saya setuju. Sewajarnya siapapun yang mengunggah konten seperti GGS punya kewajiban untuk memasang marka tersebut. Karena itu hal yang benar untuk dilakukan.
Kalau rombongan GGS menolak melalukan itu karena takut viewsnya turun drastis, ya berarti mereka tidak beda dgn TV yang lakukan apapun demi ratingnya tinggi.
Namun harus diketahui, itu tidak akan menahan anak anak dari menemukan konten negatif.
Anak anak saya suka nonton kartun di youtube. Kadang kadang tab suggestion menampilkan fan art dari sebuah kartun yang ternyata bahasanya kasar. Bahkan Dipo pernah tidak sengaja menemukan konten porno. Waktu itu dia belum bisa lancar baca. Lagi nonton nonton Angry Birds lalu dia klik sebuah video yang fontsnya menyerupai Angry Birds. Tiba tiba Dipo teriak memanggil saya & menunjuk ke ipadnya dengan panik. “Apa itu?” Tanyanya dengan gusar. Pas saya lihat videonya isinya cewek cewek seksi berbikini, videonya berjudul “Angry Girls”
-_-*
Jadi, terkait konten dan hal negatif yang seliweran di socmed, atau TV, atau sekolah atau les atau pertemanan, sadari bahwa pengekangan mata & telinga mereka adalah percuma. Lah saya bisa nonton bokep dari SD. Baca stensil dari SMP. Padahal jelas itu bukan konsumsi umur saya. Tapi ya begitulah anak anak.
Mereka selalu ketemu caranya.
Kuncinya, adalah orang tua.
Buat saya, memblokir konten internet karena takut anak terkena dampaknya sama lucunya dengan menutup warung makan karena takut terganggu puasanya.
Anda ingin tutup warungnya supaya puasanya gampang.
Anda ingin blokir internetnya supaya kerjaan anda sebagai orang tua gampang.
Tidak mudah jadi orang tua, saatnya kita sadar & ambil tanggung jawabnya.
Sayapun sudah sampai menjelaskan apa itu F word, S word dan jari tengah (videonya ada di sini) dan saya justru senang dia bertanya. Saya tidak memarahi ketika dia tahu kata kata tadi. Lebih baik dia tanya & dapatkan penjelasan dari saya dari pada orang lain.
Begitulah pendapat saya tentang lagu GGS.
Sekarang saya pamit dulu.
Mau nulis lagu rap yang bisa lebih keren dari GGS.
Begitulah kami di hip hop, kompetisi memancing kami jadi lebih baik.
Kelihatannya single saya selanjutnya setelah usai menjalankan Juru Bicara World Tour yang merupakan tur dunia pertama oleh orang Indonesia, judulnya juga GGS:
Ganteng Ganteng Sombong.
Pandji Pragiwaksono's Blog
- Pandji Pragiwaksono's profile
- 130 followers

