Tia Setiawati's Blog, page 764
February 19, 2013
"Ketika mencintai sesama, hatiku ini luas, seluas samudera. Namun ketika mencintai kamu, ia akan..."
-
Hatiku memang hanya untuk diisi satu orang saja.
- Tia Setiawati Priatna
"Rebah di dadamu, aku suka. Sambil menerka-nerka, di rusukmu yang manakah asalku bermula."
-
Puisi ini saya ambil dari buku kumpulan puisi : Kotak Perak Berpita Ungu
Silahkan intip postingan saya yang ini dan ini.
Buku Kotak Perak Berpita Ungu sudah siap dikirim, pada kalian yang memesannya.
:)
Masih Tentang Cinta, Hujan, Kamu
Tulisan pertama saya tentang hujan.
:)
Dear kamu,
Aku tahu, sudah sejak bermasa-masa lalu,
kita sibuk dengan dunia kita sendiri.
Aku dengan duniaku, kamu juga dengan duniamu.
Ada yang kurang diantara berlalunya masa-masa itu.
Ada jarak yang memisahkan,
ada kata yang tak pernah terucap,
ada waktu yang berlalu,
yang mungkin kamu pikir,
itu adalah waktu yang berlalu tanpa makna cinta antara kita.
Sudah lebih dari masa yang cukup,
aku menunggumu di sini.
Dengan keadaan apapun,
dalam waktu apapun.
Hujan adalah salah satunya.
Yang membuatku merindumu sampai menggebu-gebu.
Yang membuat rindu terasa semakin dingin dengan suara rintik-rintiknya.
Aku menunggumu.
Lewat tetes-tetesnya di daun jendelaku.
Atau lewat suara gemericiknya di depan halaman rumahku.
Ataupun, melalui setiap rintik kecil yang jatuh
saat aku membuka payungku.
![]()
Aku mengingatmu, merindumu, tanpa henti.
Karena aku juga mengingat saat itu.
Saat hujan, ketika kamu sibuk memelukku erat,
agar dingin tak sampai padaku.
Hujan adalah kenangan
tentang bagaimana jari-jari kita bertemu.
Aku mencintamu utuh.
Dengan waktu saat kita bersama,
ataupun terpisah jarak dan waktu.
Dialah yang membuatku kuat untuk terus menunggumu di depan pintu rumahku,
dalam waktu yang aku sendiripun tak tahu sampai kapan.
Dia pulalah,
yang selalu setia membuatku selalu merindumu,
yang membuat untaian kata menjadi lebih bermakna.
Aku selalu menunggumu,
sama seperti waktu-waktu kemarin.
Saat kita sama-sama berjanji
untuk bertemu dalam tenggang waktu yang kita janjikan.
Aku selalu menunggumu,
sama seperti waktu-waktu dulu.
Saat aku dan kamu terpisah oleh jarak.
Dan mendengar suaramu adalah serupa oase di padang pasir.
Aku selalu menunggumu,
sama seperti aku menunggu waktu dimana ‘selamat tinggal’ adalah kata yang tak perlu kita ucapkan.
Kumpulan kata-kata ini memang masih tentang cinta, yang juga masih selalu tentang kamu.
Bukan, cinta ini bukan usang,
bukan pula sudah terlampau basi.
Cinta ini memang ini-ini saja,
karena cintaku adalah memang tentang kamu saja.
Selalu hanya kamu yang membuat jatuh cinta berkali-kali adalah mungkin.
Ya, tentu hanya kepadamu.
-Tia Setiawati Priatna
Bandung, 30 Agustus 2010
"Walau kita sedang berjauhan, kamu jangan bersedih terus-terusan. Aku ada, walau mataku tak langsung..."
-
Because distance is just a test, how far a love can travel.
- Tia Setiawati Priatna
"Karena aku sayang kamu, aku akan mencari cara agar kesibukanku tidak pernah mengganggu waktuku untuk..."
- Tia Setiawati Priatna
"Selama aku masih sayang kamu, aku tidak akan berhenti berjuang. Bagiku, menyerah hanya berarti satu:..."
- Tia Setiawati Priatna
"Jangan terlalu lama menyadari bahwa aku sudah lama menantimu. Karena walaupun kau memiliki hatiku,..."
- Tia Setiawati Priatna
"Tak ada yang kebetulan. Begitupun dengan cinta kita, yang pasti sudah ditakdirkan Tuhan."
-
Semoga kita tetap ada di masa depan.
- Tia Setiawati Priatna
"Jarak bukanlah masalah. Ketidaksetiaan tidak berbanding lurus dengan jarak dua orang yang saling..."
-
Baik-baiklah kau di sana.
- Tia Setiawati Priatna
We Don't Spell Love
Piglet : We don't spell it, Pooh. We feel it.
- Winnie The Pooh


