Tia Setiawati's Blog, page 762
February 21, 2013
Berlayar Menuju Ragamu
Because distance is just a test, how far love can travel.
:)
Di kotaku yang jauh dari kotamu,
semoga kita masih saling merindu seperti dulu.
Dan jika mengingatmu adalah candu,
maka mendoakanmu adalah serupa berlayar
: menuju ragamu yang jauh.
Twitter, November 2012
- Tia Setiawati Priatna
Merasakan Puisi
Puisi tidak selalu berkaitan dengan kegalauan hati.
But well, katakan sesukamu, biarkan aku dengan duniaku.
:)
Di musim yang rusuh ini, kota dan kita rentan bencana,
kamu dan aku rentan gila.
Minumlah puisi serindu sekali.
Begitu banyak suara-suara miring.
Kurasa mereka begitu kehilangan minatnya,
pada hidupnya masing-masing.
‘Puisimu terlalu kelabu.
Tak adakah awan cerah, agar kau mampu membuat bibir pembacanya merekah?’
Ah, dangkal sekali pikiranmu, Tuan, Nona.
Pada waktu-waktu tertentu,
mungkin puisi adalah sebuah gambaran hati.
Gambaran hati terdalam,
yang mungkin hanya akan dikeluarkan oleh bibir pemiliknya
dalam sunyi yang diam.
Namun kurasa,
puisi juga adalah sebuah keindahan.
Entah kelabu, atau pun serupa pelangi setelah badai dalam kalbu.
Puisi adalah hamparan kelapangan hati.
Bahwa dari semua persoalan dalam hidup ini,
si penyair masih mampu mencintai semesta Tuhannya
: mencintai semesta, dengan penghayatan yang berbeda.
Maka, tutup lah telingamu.
Jangan mencoba berpikir dengan terlalu.
Jangan terburu-buru bersedih.
Baca dulu dengan teliti hatimu.
Sedih yang salah sumber masalah.
Karena ini lah puisi.
Di mana kau seharusnya mampu lebih merasai
berbagai hal dalam hidup ini,
yang gagal untuk kau nikmati indahnya,
hanya dengan mata dan telinga.
Mari, ‘merasakan’ puisi.
Bukan malah ‘melogikakannya’.
Told you once,
: I make poems for heart, not brain.
![]()
Tangerang, 24 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
Puisi-puisi ini, untuk semua Ayah di seluruh dunia
Sudah sebesar apapun, jangan pernah malu untuk mengatakan
: ‘I love you, Papa’ :)
Ketika Cintaku Hanya Untukmu
I was in love, this made me a woman, fully lived.
And all I ever did, try to do, was for you.
Dahulu kupikir,
mencintai satu orang saja adalah tidak mungkin.
Terlalu banyak mereka yang menawan,
bagaimana mungkin kita hanya mencintai satu orang?
Lalu aku bertemu kau, Tuan.
Kau memang biasa saja.
Namun kuakui,
aku begitu mengagumi senyumanmu yang rupawan.
Dan semakin kita dekat,
aku jadi tahu
cinta tak pernah membutuhkan alasan kuat.
Ia hebat dengan segala hal ajaib yang digenggamnya sendiri.
Maka selama ini,
aku menyadari aku telah mencintaimu sedalam ini.
Kau membuatku menjadi seorang wanita.
Utuh.
Penuh cinta.
Memberi tanpa dipinta.
Semua itu untukmu; untuk cintaku.
Tangerang, 14 januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
February 20, 2013
Tersenyumlah Ketika Mengingatku
Rasa sakit yang begitu nyeri kau rasa,
jangan kau pelihara.
Maka tersenyumlah ketika mengingatku.
Aku ingin kau percaya,
bahwa yang dahulu ada diantara kita,
memang bernama cinta.
Akan ada suatu waktu,
di mana kau mungkin akan mengingatku.
Dengan atau tanpa sengaja,
itu tak mengapa.
Namun, kumohon tersenyumlah.
Tersenyumlah ketika mengingatku.
Karena air mata,
sungguh tak pantas terlihat di pipimu berlama-lama.
Akan ada suatu waktu,
di mana kau merasa sesak yang terlalu.
Karena hatimu ternyata tak mampu semudah itu melupaku.
Bersabarlah dulu.
Janganlah membenci kenangan.
Karena itulah satu-satunya yang tersisa dari kita di masa lalu.
Lalu kumohon,
tersenyumlah saat mengingatku.
Karena aku sungguh tak rela,
kau bersedih lama-lama.
Tersenyumlah.
Aku ingin kau bahagia.
Karena pernah sekali waktu,
kucintai kau dengan sepenuh hatiku.
Percayalah,
masa lalu kita akan baik-baik saja.
Dan kau yang sekarang
adalah seorang baru yang harus hidup dengan riang.
Bintaro, 21 Februari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Tuhan tidak pernah tidur saat kamu berbuat jahat. Maka ketika kamu mendapatkan balasanNya, itupun..."
- Tia Setiawati Priatna
"Sebelum ada kamu, hidupku baik-baik saja. Setelah ada kamu, hidupku lebih indah. Dan setelah kita..."
- Tia Setiawati Priatna
"Rasa bersalah yang terasa di diri seseorang terkadang ditentukan oleh seberapa sayangnya orang itu..."
- Tia Setiawati Priatna
"Saat tak ada kamu, aku merasa kehilangan separuh jiwaku. Aku butuh satu bagian penuh, untuk menjadi..."
- Tia Setiawati Priatna
"Betapa cinta tak pernah sia-sia. Walau pada akhirnya, pasti akan ada mereka yang ditakdirkan tidak..."
- Tia Setiawati Priatna


