Tia Setiawati's Blog, page 759
February 25, 2013
"Kangen itu seperti rasa nyaman yang kita rasakan; tak bisa dibuat-buat apalagi dijadikan..."
- Tia Setiawati Priatna
Cinta itu seperti mentari.
Begitu hangat di awal mula, sering...

Cinta itu seperti mentari.
Begitu hangat di awal mula,
sering berapi di pertengahan jalannya.
Semoga selalu ada akhir yg teduh serupa senja.
- Tia Setiawati Priatna
February 24, 2013
Satu Malam Lagi
Setiap kita bertemu di suatu hari saat kau pulang menujuku,
selalu ada satu harap kuucap dalam senyap.
‘Aku ingin kau di sini. Satu malam lagi.’
Maka,
ketika kau bertanya apa yang kumau di malam itu,
dengan sigap kujawab,
‘Aku mau kau di sini. Satu malam lagi.’
Kau terdiam.
Kulihat ada kemelut di matamu.
Lalu selanjutnya,
hanya ada kecupan hangat di dahi
yang kau berikan dengan hati-hati.
Katamu,
‘Kelak akan selalu ada kita,
tanpa pisah yang perlu kita terima.’
Kotaku dan kotamu,
tak pernah berjarak terlalu jauh
dari dua hati kita yang menyatu.
Bintaro, 25 Februari 2013
- Tia Setiawati Priatna
February 23, 2013
Teruntuk Kamu yang Merindu Puisi-puisiku
Please visit the link above. :)
Seseorang pernah berkata :
‘Di mana kau menaruh puisi-puisi panjangmu? Aku merindu.’
Aku Selalu Bangun Lebih Pagi
Banyak cinta disampaikan seorang ibu kepada anak-anaknya,
juga seorang istri kepada suaminya,
melalui sebuah hidangan yang tersaji di meja makan.
Kelak, akan kau lihat itu,
langsung dari mataku.
- Tia Setiawati Priatna (24 Februari 2013)
Sudah sering kukatakan,
jarak jauh adalah pertanda,
bahwa Tuhan ingin kita menguatkan cinta.
Maka aku ingin hati kita tetap merasa dekat,
walau kita telah dipisahkan ribuan kilometer jarak.
Aku sudah memutuskan,
untuk bangun lebih pagi dari waktu bangun tidurmu di sana.
Aku ingin suaraku lah yang kau dengarkan pertama kali.
Mengucapkan selamat pagi,
mengecupmu walau hanya melalui elegi,
dan mendengarkan suara kekanakanmu dengan berseri.
Aku ingin mengirimkan doa-doa,
walau raga kita tidak nyata saling merangkul mesra.
Aku ingin memastikan,
kau tak melewatkan waktu sarapan.
Aku ingin kau mengingatku,
sebanyak aku mengingatmu.
Maka, aku akan terus bangun lebih pagi.
Kelak nanti, akan kubuatkan kau dan putra-putri kita,
sarapan dengan penuh rasa cinta.
![]()
Jakarta, 29 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Ketika mencintaimu, aku akan beristirahat ketika lelah; dan bukan malah langsung menyerah."
- Tia Setiawati Priatna
tia. aku sudah putus dengan dia setahun lalu. tetapi sebetulnya tidak ada komunikasi 6bulan sebelum ini. pada waktu sekarang, dia sudah berteman dan aku masih sendiri. aku masih mengingato dia. bahkan termimpi dan kenangan itu terlalu kuat. aku terlalu b
About exes, please see these links (hope you don’t mind) :
Masih ingat puisi saya yang berjudul Ternyata, Beginilah Patah Hati kan?
:)
tia. aku sudah putus dengan dia setahun lalu. tetapi sebetulnya tidak ada komunikasi 6bulan sebelum ini. pada waktu sekarang, dia sudah berteman dan aku masih sendiri. aku masih mengingato dia. bahkan termimpi dan kenangan itu terlalu kuat. aku terlalu b
About exes, please see these links (hope you don’t mind) :
Masih ingat puisi saya yang berjudul Ternyata, Beginilah Patah Hati kan?
:)
Betapa Kau Mampu Begitu Menyebalkan
Those you love the most, could hurt you the worst.
:)
![]()
Sesekali aku ingin bercerita padamu,
tentang semua hal, tentang apa saja.
Tentang betapa aku terlalu sering merindukanmu.
Tentang betapa aku begitu mengkhawatirkan keadaanmu.
Tentang betapa sapa darimu adalah yang kunanti-nanti setiap harinya.
Tentang betapa dahulu jarak begitu menjadi masalah buatku, dan sekarang ia telah mampu menjadi teman dekatku karena kamu.
Tentang betapa aku begitu tak ingin bangun dari tidurku,
saat memimpikanmu.
Sampai sebuah hal ini,
: tentang betapa kau mampu begitu menyebalkan bagiku.
Jadi, harus darimana cerita ini kumulai, Tuan?
Tuan,
sadarkah kau bahwa sering kali kau membuatku menangis tak tahu tempat?
Sehingga aku harus sibuk bersembunyi,
agar air mata tak nampak di mata mereka yang mungkin akan menghakimi.
Tuan,
apakah kau tahu rasanya menunggu waktu bertemu denganmu?
Sesaat terasa lama, dan lama terasa seperti selamanya.
Dulu kurasa, menunggu tidak akan semenyeramkan itu.
Tuan,
ingatkah kau bahwa ketika kita memutuskan untuk tak saling bicara,
kita masih saling memberikan perhatian?
Kita tak pernah menyebutkan nama dalam kalimat-kalimat di media sosial,
namun kita selalu tahu,
kau dan aku sama-sama menyelipkan berbagai doa kebaikan.
Kau perlu tahu sebuah kebenaran, Tuan.
Puisi-puisiku tak akan setara dengan doa-doa yang setiap saat kuucap pada Sang Pencipta.
Doaku sederhana.
: Aku hanya ingin kau bahagia.
Jika itu memang denganku, itulah kebahagiaan terbesar bagiku.
Bila bukan, tak mengapa.
Toh bahagiamu, juga tetap menjadi bahagiaku.
Walau mungkin ada secuil rasa nyeri,
karena aku tak mampu membayangkan,
ada wanita lain yang mampu membuatmu merasakan cinta sebesar cinta yang telah kuberikan.
Lalu Tuan,
apakah masih menempel di ingatanmu
bahwa kita sama-sama pernah berniat mencari pengganti?
Dengan asumsi masing-masing dari kita sudah bahagia bersama yang lainnya?
Untunglah kenyataan berkata ‘tidak’.
Kau dan aku, kita sama-sama tersentak.
Namun aku tahu,
jawaban selalu diberikan Tuhan
pada mereka yang bersungguh-sungguh melakukan perjalanan pencarian.
Tahukah kau, Tuan?
Bahwa kau seringkali menjadi pria yang sangat menyebalkan?
Kau terlalu sering tak tahu harus berkata apa,
di saat aku sedang berduka.
Kau harus tahu,
terkadang aku tak ingin sebuah solusi.
Aku hanya ingin kau ada dan tak kemana-mana.
Seperti yang biasa kulakukan, saat kau sedang membutuhkan seseorang.
Kau pun sering menghakimi,
maka tak jarang aku hanya akan berdiam diri.
Cukup lah kurasa, kegalauan yang kurasakan sendiri.
Kau sering tak sadar,
bahwa semua keceriaanku adalah untuk mencerahkan harimu.
Dan kebisuanku, semata adalah ketidakberdayaanku untuk berkata, ‘aku tak ingin kau merasakan kesusahan yang sama’.
Kau selalu saja mempermasalahkan segala rasa khawatirku atasmu.
Seandainya saja, ya seandainya saja kau merasanya juga.
Kurasa kau tak ingin, merasanya sampai dua kali.
Kau, Tuan.
Kau lelaki yang kucintai berkali-kali.
Kau lelaki yang kubuatkan ratusan puisi.
Kau lelaki yang terlalu sering menyebalkan hati.
Kau tak pernah tahu, dan tak pernah mau kuberi tahu.
Tahukan kau, Tuan.
Terkadang ketika kita merasa sudah tahu segalanya,
saat itulah kita merupakan orang yang sama sekali tak tahu apa-apa.
Maka kukatakan sekali lagi.
Biarkan aku bercerita padamu tentang banyak hal.
Aku ingin kau tahu tentang banyak hal,
: termasuk tentang bagaimana kau mampu begitu menyebalkan.
Jakarta, 4 Januari 2013
- Tia Setiawati Priatna
"Seharusnya kita malu, ketika kita sibuk mengeluh atas sesuatu yang sangat disyukuri orang lain yang..."
- Tia Setiawati Priatna


