Pandji Pragiwaksono's Blog, page 9
March 15, 2015
Ya udah
Banyak yang bertanya kepada saya:
“Kok Mas Pandji sabar banget menghadapi orang orang yang ngomongin hal hal negatif, ngejelek jelekin, memaki, menyalahkan Mas Pandji karena Mas pilih Jokowi?”
Jawabannya ada 3. Dan jawabannya sederhana saja.
Pertama, saya adalah orang yang mendapatkan penghasilan dari beropini. Baik itu dari musik, buku, terutama Stand-Up Comedy. Masak saya nyari uang dari opini tentang orang lain (bahkan dengan sangat tajam) tapi orang ga boleh beropini tentang saya? Ya boleh lah.
Ke dua, karena kalau saya ada di posisi mereka, kemungkinan besar saya akan melakukan hal yang sama. Kalau saya benar benar percaya bahwa (misalnya) Prabowo tidak layak jadi presiden karena kasus HAM-nya tidak pernah disidang, atau Prabowo buat keputusan yang layak dipertanyakan keadilan & kebenarannya, saya juga tiap hari akan protes. Walaupun gak sekasar & sekampungan yang biasa saya terima. Tapi ya itu kan selera. Selera orang (termasuk dengan cara mengkritik) kan beda beda.
Ke tiga, saya biarkan saja orang berkomentar apapun kepada saya karena sesungguhnya komentar mereka tidak akan mengubah apa apa.
Memangnya kenapa kalau mereka memaki saya karena saya pilih Jokowi?
Orangnya udah jadi Presiden.
Mau apa lagi?
Memang kalau mereka memaki, Jokowi lalu turun dari jabatan? Ya nggak lah :))))
Yang mereka lakukan itu ya semacam masturbasi. Tidak berdampak apa apa, hanya memuaskan nafsu diri sendiri.
Ya biarin aja.
Masak saya mau melarang orang masturbasi. Biarin aja lah. Hak dia.
Kecuali mereka bilang “Ya sudah! Kita turunkan Jokowi!”
Ya silakan saja mencoba.
Tapi ingat ingat saja, memaki orang di twitter tidak akan mengubah kenyataan bahwa orang yang disebut dungu, pandir, kampungan, oleh mereka, saat ini SUDAH menjabat jadi Presiden.
Ya udah.
February 14, 2015
Masa Depan Untuk Diperjuangkan
Ini faktanya:
Kanker pada anak punya kemungkinan sembuh yang besar kalau ditangani sedini mungkin.
Selama pengalaman saya membantu adik adik pasien kanker bersama YPKAI (@YPKAI_C3) kebanyakan anak anak ini datang dalam kondisi lanjut dan membuatnya sulit untuk ditangani.
Kalau ditanya mengapa mereka tidak segera bawa ke rumah sakit, jawabannya ada 2:
Pertama, karena tidak tahu ciri ciri anaknya terkena kanker. Memang, kanker pada anak tidak ada deteksi dininya seperti misalnya pada kanker payudara. Namun ketika terkena, ada beberapa ciri fisik yang andai dipahami akan membantu mereka memberikan tindakan sedini mungkin
Kedua, karena takut tidak ada biaya.
Di sinilah YPKAI berperan. Sejak Yayasan ini berdiri di 2007, kami fokus dalam 3 hal:
– Pembiayaan
– Terapi Psiko Sosial
– Sosialisasi
Kegiatan kami bahkan laporan keuangan kami bisa dibaca agar anda bisa yakin bahwa dana yang dikirimkan dimanfaatkan dengan bertanggung jawab, silakan cek di www.ypkai.or.id
Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia sudah bantu lebih dari 500 pasien anak sepanjang perjalanan kami. Karena kepercayaan donatur baik perseorangan & perusahaan, kami bisa terus bantu adik adik pasien kanker di Indonesia.
Dari 2 alasan tadi, jelas bahwa sosialisasi mengenai kanker pada anak teramat penting. Itulah mengapa pada tgl 15 Februari 2015, YPKAI via akun @YPKAI_C3 mengajak sebanyaknya akun mengganti avatarnya dengan gambar Pita Kuning.
Untuk menunjukkan kepeduliannya tapi tujuan utamanya adalah: Untuk ditanya. Karena dengan ditanya, anda bisa mulai berbagi informasinya.
Seperti ini kira-kira:
Dia: Kenapa avatarmu gambarnya begitu?
Anda: Ini dalam rangka Hari Kanker Anak Internasional
Dia: Apa hubungannya pake avatar itu dengan membantu anak anak itu?
Anda: Karena avatar ini membuka pembicaraan seperti yang kita lakukan saat ini. Setidaknya skarang kamu tahu bahwa hari ini adalah Hari Kanker Anak Internasional, dan kita bisa bantu tingkatkan awareness dengan meretweet info terkait kanker pada anak di akun @YPKAI_C3
Dia: Ogitu, panjang amat tweetnya? Lebih tuh 140 karakter
Anda: Ohiya, namanya juga ngayal…
Ya begitulah pokoknya hehehehe
Yuk kita bantu tingkatkan pemahaman publik terkait kanker pada anak.
Ingat, kita semua punya masa lalu untuk diceritakan. Anak anak ini punya masa depan untuk diperjuangkan
February 5, 2015
Kenapa Coba?
Kadang, saya suka terima tweet yang isinya “Manggungnya di depan orang Indonesia kok disebut World Tour” atau “Lho, pake bahasa Indonesia? Itu sih bukan World Tour!”
Saya mau bahas ini dari 3 sudut pandang.
Pertama, secara Etimologi: World + Tour.
Tour, secara definisi adalah sebuah rangkaian pertunjukan yang dilakukan di beberapa kota.
Jadi jelas kegiatan yang saya lakukan, pertunjukan Stand-Up di Singapore, Melbourne, Adelaide, Brisbane, London, Amsterdam, Berlin, Guangzhou, Beijing, Los Angeles, San Fransisco adalah tur.
Nah skarang mari kita bahas lingkup turnya. National Tour? Nggak juga, wong keluar negri kok. Regional Tour? Nggak juga, kan ke 4 benua.
Ya “World Tour” adalah jawaban yang paling betul.
Kedua, secara pengakuan. Bukan hanya saya yang menyebut ini sebagai World Tour, tapi juga media media terpercaya.
Kalau anda tidak percaya saya, boleh lah. Tapi bagaimana dengan majalah Rolling Stone?
Ketiga, saya mau bahas tudingan bahwa kalau World Tour penontonnya harus warga setempat & harus pake bahasa Inggris.
Setiap kota (kecuali Singapore kayaknya) pertunjukan saya selalu ditonton warga lokal, jumlahnya sekitar 10-15% total penonton. Siapa sajakah mereka? Warga lokal yang menikah dengan orang Indonesia sehingga bisa bahasa Indonesia. Atau pelajar lokal yang mengambil jurusan Bahasa Indonesia di kampus mereka seperti di Belanda, Australia, Tiongkok.
Saya memang tidak menutup pertunjukan saya hanya untuk orang Indonesia, siapapun yang mau menonton boleh selama bisa bahasa Indonesia.
Nah, terkait bahasa Indonesia, saya tidak habis pikir ucapan orang orang yang bilang bukan World Tour kalau tidak pake bahasa Inggris.
P (Pandji): “Kenapa harus bahasa Inggris?
D (Dia): “Ya biar warga sana bisa nonton elo”
P: “Jadi kalau gue manggung di Australia, Inggris & Amerika gue harus pake Inggris?”
D: “Iya lah”
P: “Katy Perry pernah World Tour?”
D: “Pernah dong”
P: “Kalau di Indonesia, dia nyanyinya pake bahasa Indonesia?”
D: “Ya enggak lah”
P: “Kalo dia manggung di Jerman nyanyinya pake bahasa Jerman?”
D: “Ya enggak sih… Tapi kan bahasa Inggris dipelajari semua orang! Makanya semua orang ngerti!”
P: “Artis Korea yang manggung di Indonesia liriknya diubah jadi bahasa Inggris?”
D: “Engga…”
P: “Kenapa nggak kita bikin karya yang bagus & bikin orang orang jadi belajar bahasa Indonesia sebagaimana orang orang Indonesia pada belajar bahasa Korea supaya ngerti lagu lagu & serial TV Korea? Kenapa nggak kita sekali sekali menawarkan sesuatu kepada dunia? Kenapa kita tidak bangga & percaya diri saja dengan bahasa Indonesia?”
Hayo. Kenapa coba?
PS: Tonton 23 video perjalanan Mesakke Bangsaku World Tour di sini
February 1, 2015
Persis
Terkadang, menjadi optimis itu sebuah kelemahan.
Saya paham, terkadang sulit pasti untuk berdebat dengan orang yang optimis seperti saya. Nggak membumi. Argumennya hanya berdasarkan keyakinan yang tidak berakar kepada fakta.
Tapi di sisi lain, sama sulitnya juga berdebat dengan orang yang pesimis.
Dengan argumen yang juga sama persis
January 30, 2015
#DJAWABDJI 3
Karena pertanyaannya banyak banget, saya kelompokkan pertanyaannya ke beberapa kelompok besar.
– Pandji sebagai rapper
– Past Work
– Tema
– Kolaborasi
– Album ke 5
– Konser
– Miscelanneous
Mari kita mulai 
PANDJI SEBAGAI RAPPER
@fuadhasan04: Bang @pandji knp lebih memilih jadi rapper , di banding jadi penyanyi yg lain ? #DjawabDji
@Purievy: @pandji Mas, Rap itu pilihan dari awal atau pilihan alternatif lain setelah udah nyoba genre selain Rap tapi ga sukses ? Monggo #DijawabDji
@CleverArief: Kenapa bang @pandji bermusik di aliran rap? Kan suaranye cocok jg buat nyanyi2 yg tipe kayak glenn fredly tuh? #DjawabDji
@AdnanditoNL: Gua akuin suara lu emang bagus dan bisa masuk kesemua aliran musik bang’ tapi kenapa lu lebih condong ke musik rapp? @pandji #DjawabDji
@yogie_rezki: @pandji sejak umur brp lu bisa ngerep? #DjawabDji
@m_arifrifaldi: @pandji pertama kali milih musik Rap, itu terinspirasi sama siapa? #DjawabDji
Mari saya mulai cerita asal muasal saya jadi rapper.
Dari SD saya menggilai musik. Kerjanya nempelin kuping ke speaker radio. Radio saya tidurin, lalu saya tidur berbantalkan radio tersebut. Nanti pas bangun di kuping & pipi ada bekas bolong bolong speaker tersisa.
Dari dulu saya senang dengan berubahnya mood & perasaan karena lagu lagu tersebut.
Memasuki SMP, kondisi di rumah jauh dari harmonis. Orang tua cerai, kondisi ekonomi turun drastis, berubah lingkungan tempat tinggal. Pada masa itu, hiphop meledak di Indonesia. Masuklah musik rap dengan nada selebratis seperti Hip Hop Hooray & Feel Me Flow-nya Naughty By Nature. Juga Run DMC. Juga DJ Jazzy Jeff & The Fresh Prince. Ini bahkan sebelum Vanilla Ice & MC Hammer masuk & ngacak ngacak hiphop dengan celana aladin mereka.
Lewat hiphop saya menemukan jalan keluar. Musik selebratis yang mengangkat mood gelap yang menyelimuti karena masalah di rumah.
Karena dari kecil fasih berbahasa inggris, saya tiba tiba jadi salah satu anak kelas 2 SMP yang paling bisa ngerap di kelas. Satu lagi namanya Ari Belo (tentu karena matanya memang belo) tapi Ari spesialisasinya ngerap lagu lagunya Iwa K. Maka kami berdua sering naik meja & ngerap di kelas. Tanpa musik. Hanya mulut kami saja.
The first stage experience for me was rapping. Panggungnya adalah meja. Penontonnya adalah teman sekelas.
Sejak itu saya jatuh cinta dengan hiphop.
Apalagi di Indonesia bertubi tubi dihajar oleh suksesnya Neo, lalu album Pesta Rap 1, 2, 3, lalu Saykoji juga Ebith Beat A memporakporanda musik Indonesia.
Hiphop menembus Indonesia & memutuskan untuk bertahan, selamanya.
Memasuki tahun 2007, saya sudah stabil ekonominya dengan suksesnya “Kena deh” dan “Ngelenong Nyok”. Setelah siaran sejak 2001, saya mulai merasakan keresahan keresahan yang tidak ada penyalurannya. Ada banyak topik yang saya tidak bisa bahas di siaran pagi kala itu karena terlalu berat & serius. Program pagi saya Good Morning Hardrockers harus membuat orang tertawa & membangun mood yang positif.
Pada masa bingung ini, datanglah Soul ID ke Hard rock FM Jakarta untuk wawancara. Single mereka saat itu, Branuday, membuat saya kagum. Musiknya keren, kombinasi 2 rapper & 2 penyanyi pas banget dengan lirik yang tidak asal-asalan.
Endru, salah satu personilnya saya tanya-tanyai soal bikin album hiphop. Dia mengajak saya datang ke kantor Rizky Rekordz, labelnya, di rempoa.
The rest, is history 
@Teguh7Augustira: @pandji apa si yg ada dipikiran lo pertama kali begitu masuk ke industri musik indonesia dengan genre yg lu pilih? #DjawabDji
Pikiran pertama, hanyalah untuk punya karya.
Pikiran ke dua, adalah untuk berkontribusi. Terus terang saya bingung kenapa di Indonesia tidak ada yang membahas hal hal yang saya ingin dengar. Jadi saya pikir saya bikin lagu lagu yang saya ingin dengar. Saya ingin dengar lagu tentang semangat kebangsaan, tentang masalah sosial, tentang keluarga, menjadi suami, tentang menjadi Ayah, tentang Indonesia.
@crusita_dwi: @pandji #DjawabDji sebenarnya apa sih yg dicari di dunia musik? Lagu blm meledak” jg trus kan jg uda trkenal jd mc dan comic kondang
Saya berkarya untuk berekspresi. Untuk mengutarakan keresahan. Rasanya kebanyakan seniman seperti itu kok.
Kalau Van Gogh berhenti melukis karena gak kunjung meledak kesuksesannya, maka hari ini kita tidak akan pernah dengar nama beliau. Van Gogh seumur hidup kesulitan menjual lukisannya tapi dia tetap melukis karena dia cinta melukis & ingin terus berekspresi & baru setelah meninggal, karyanya meledak & karyanya dibeli dengan harga yang luar biasa tinggi.
@ononggg: @pandji bang, lo yakin bakal terus ke jalur hip hop ? secara menurut gue peminat musik kek gitu agak susah di indo #DjawabDji
Yakin kok. Saya di hiphop bukan untuk jadi terkenal. Tapi saya kelak akan berkontribusi untuk kembali mengibarkan nama hiphop di musik Indonesia. Its not about what i want to get, its about what i want to give to hiphopindo.
@AnantyoGerardus: Bang nggak pengen bikin musik dangdut? @pandji #DjawabDji
Nggak. Setidaknya nggak sekarang. Lebih karena belum banyak mempelajari. Tapi saya suka dangdut. Agak sulit untuk gak goyang kalo dengar lagu dangdut hehehe
@Ambarmukti: @pandji bang dari ke-4 album’mu yang menurut’mu paling istimewa yang mana bang #DjawabDji
Album pertama istimewa karena ini karya pertama seumur hidup. Semua sisi dari seorang Pandji terwakilkan.
Album kedua istimewa karena paling paling personal. Kalo suka musik saya tapi gak punya album ke dua agak sia sia karena di album ke 2 saya membahas hal hal dari diri saya yang tidak pernah dibahas lagi di stand-up maupun buku saya yang manapun.
Album ke tiga spesial karena secara komersil ini paling laku. Di album ini ada lagu lagu monster macam “Menoleh” & “Lagu Melayu”
Album ke empat spesial karena paling tebal dengan muatan politik. Nulis lirik liriknya saja pake riset dulu dengan baca buku
@anggiherl: influence hip hop lo berkiblat ke siapa? mana yang lo suka antara Jay Z/Dr Dre/Eminem? @pandji #DjawabDji
Sebenarnya kalau dengar album pertama, terasa sekali di beberapa lagu influencenya justru Will Smith. Rapper pertama yang benar benar saya pelajari lagu lagunya.
@bilikbiri: @pandji lirik lagu lu kebanyakan keren,tp sayang ga berbanding lurus dgn musik nya,lu pernah aransemen musik lu sendiri? #DjawabDji
Masak sih? Hahahaha udah dengar semua album saya? Banyak banget yang musiknya keren abis menurut saya. Beberapa di antaranya “Maafkan Ayah” & “Babyplum” di album ke 2.
Sejauh ini belum pernah aransemen musik sendiri karena belum mampu. Mungkin kelak.
@dapidos: Di stand up, lu udh world tour. Nah kalo di rap, apa ekspektasi paling tinggi yg pengen lu capai? @pandji #DjawabDji
Paling tinggi? World Tour juga tapi dengan penonton internasional dan bikin konser di GBK.
@clover__moon: @pandji : punya rapper idola ngga bang? alesan ngeidolainnya? #djawabdji
Di luar negri, Jay Z lebih ke arah cara dia membangun karir & mengatur strategi personal brandnya. Secara musikalisasi Jay Z, Talib Kweli, Public Enemy, Immortal Technique, 50 cent, Eminem.
Dalam negri, Iwa K, Neo, Soul ID, Sweet Martabak, Black Kumuh, P Squad, The Native, JHF, Yacko, Endrumarch, Tabib Qiu, Saykoji, J Flow, Lazy P, dll
@oghasuck: Bang @pandji musik loe terinspirasi dari siapa? #DjawabDji
Secara khusus rasanya gak ada. Tapi saya punya prinsip, musik yang pop + lirik yang konseptiap = lagu legendaris macam Imagine, We are the world, dll.
Itulah yang saya incar. Coba perhatikan musiknya & liriknya. Liriknya serius tapi musiknya pop. Harapannya adalah pesan yang serius ini bisa menembus lebih banyak kuping dan dengan itu lebih luas dampaknya
@farid_efte: kalau gue gak salah, @pandji pengen dikenal sebagai rapper ketimbang profesi lo yg lain. alasannya? #DjawabDji
Karena saya memulai semua karya ini, dari menjadi rapper di tahun 2008. Karena pesan pesan saya dalam lagu lagu saya lebih lengkap & lebih serius.
@ErrindaF: @pandji bikin satu lagu biasanya berapa lama?dan dapet inspirasi dari mana aja? #DjawabDji
Seperti menulis materi stand-up, inspirasi datang dari pengalaman & pengamatan. Bikin lagu beda beda lamanya. Ada yang 1 malam selesai nulis liriknya. Ada yang seharian selesai 1 lagu. Ada yang free style & selesai rekaman dalam 2 jam. Ada juga lagu yang sebulan gak kelar kelar ditulisnya.
Biasanya karena feelnya gak dapet dapet.
@SyarifShoffan: bang @pandji lagunya pernah masuk chart di inbox atau dahsyat ga ? #DjawabDji
Belum & tidak perlu. Rasanya market musik saya bukan tipe yang suka nonton Dahsyat & Inbox. Kalau masuk Alhamdulillah, tidak juga tak apa.
@luvajeng: dari 1-100 berapa nilai yang akan dikasih ke bang @pandji sendiri untuk pencapaiannya di bidang musik?
60 saja. Masih banyak yang ingin dicapai walaupun dalam 7 tahun sudah banyak juga yang dicapai. Baca aja di bawah terus, nanti ketauan sendiri apa yang saya maksud dengan pencapaian.
@putri_isabel: @pandji apa prestasi atau hal paling membanggakan yg pernah lo dapet selama berkarya di bidang musik?
Waduh banyak banget.
“Kami Tidak Takut” jadi anthem #IndonesiaUnite tanpa saya rencanakan bisa jadi adalah salah satunya. Bahkan kayaknya cuma lagu “Kami Tidak Takut” yang bisa ditemukan di karaoke, saking suksesnya lagu itu hehe.
#TwivateConcert juga membanggakan. Di saat orang gak tau saya bermusik, di saat orang pesimis dengan apresiasi orang terhadap musik, saya bikin konser mini di tahun 2010 dari April – Desember & orang mau bayar 50 ribu untuk nonton. Bahkan tiketnya sold out dalam 1 jam pertama di buka. Tahun 2012 saya bikin lagi Twivate concert dengan harga 100rb, sama juga kisahnya. Ludes.
Ngerap di stadion GBK dalam pesta rakyat juga membanggakan.
@LeoBoy65: @pandji kenapa gak pindah aliran music aja bang, siapa tau lebih laku. #DjawabDji
Susah kayaknya untuk nerangin ke orang: Nggak semuanya harus diukur dengan uang. Saya lebih senang dengan pencapaian.
Kalau saya mau laku, tinggal jadi penyanyi dangdut saja.
Tidak. Saya bermusik tidak mencari “Laku”. Tapi saya mau berkontribusi untuk menjadikan hiphop kembali “Laku”.
@FeriNuril: @pandji sadar gak, kl lebih byk yg hapal lagunya Kangen Band drpd Lagu-nya kamu, Nji? #DjawabDji
Sadar. Tapi sadar juga gak ga ada lagunya Kangen Band yang jadi anthem pergerakan massa seperti “Kami Tidak Takut”?
Sadar gak Kangen Band ga pernah kolaborasi dengan Slank, Glenn Fredly atau Tompi?
My music isnt for 10.000 lambs but for 1000 lions.
@geeghaa: Bang @pandji knp bikin album terus? Padahal kan gak pernah nongol di Dahsyat. :/
Karena musik saya bukan untuk kamu para penonton Dahsyat.
Karena saya yakin yang nonton Dahsyat gak akan beli album saya.
Bahkan, saya yakin yang nonton Dahsyat gak beli album :)))
@tiarapratiwii_: Bang @pandji niat bikin lagu yg nge gambarin keadaan negara kita skrang ini g? #DjawabDji
Setiap album dari pertama sampai ke empat juga ngomongin kondisi negara pada masa album itu dibuat kok.
@dhikabimantara_: @pandji misal ada label luar negeri yg berani ngontrak lu mahal, tapi lu harus nge-rap ngejelek jelekin indonesia. Lu mau nggak? #DjawabDji
Nggak mau.
@Teguh7Augustira: Kl d compare sm rapper indo(ato bhkan intrnasional)apa istimewanya musik om @pandji ? Faktor pembedanya dimana? #DjawabDji
Gak ada yang istimewa.
Bedanya hanyalah bahwa musik saya membawa keresahan saya
@nikpraw: @pandji blg, keliling dunia krn standupcomedy rasanya tdk lbh hebat dr ngerap live. Knp? #DjawabDji
Karena saya bisa World Tour Stand-Up Comedy karena terdongkrak populeritas Stand-up. Kalau saya bisa World Tour Ngerap, tentu lebih luar biasa.
@nikpraw: Berkarya di musik lbh mahal dr jd comic, pendengarnya segelintir pula. Hw can you keep going? How investor believe on y @pandji? #DjawabDji
Di lagu “I Told You” di album ke 2 ada jawabannya: “Aku bekerja untuk membiayai karyaku. Tak ada yang salah dengan itu. Kelak karyaku yang akan balik membiayaiku. Itulah ganjaran akan keyakinanku”
@GracianoRaka: @Pandji kok lo gak punya alter-ego gitu sih dji, semacam Slim Shady-nya Eminem. Apa kek gitu ehehe… #DjawabDji
A) Saya tidak butuh alter-ego untuk mewakili apa yang kepala saya ingin katakan.
Yang ngomong adalah Pandji. Bukan alter-ego atau siapapun.
B) Karena orang udah tau nama saya duluan jadi aneh aja kalo pas ngerap saya pake nama lain
C) Kadang rapper punya nama alias hanya karena yang umum seperti itu. Berpikir beda dikit dong.
@AdieYasaFathand: @pandji bang inspirasi musik dari mana ? kenapa gak coba ala homicide bang sedikit metafor #DjawabDji
Saya tidak akan melebihi Homicide kalau ikut-ikutan Homicide.
Di lagu lagu saya juga ada metafornya walau tidak banyak.
Salah satu alasannya adalah untuk saya pribadi, yang TERpenting adalah pesannya sampai. Dalam pengamatan saya, banyak banget pesan yang keren tidak sampai kepada orang orang karena mereka tidak paham makna dari metafora yang begitu dalam. Jadi buat apa?
@yennisadja: @pandji lagumu yg mana yang bakal kamu rekomendasiin untuk orang yang sama sekali belum pernah denger lagumu, Bang? #DjawabDji
Menoleh dari album Merdesa
Lagu Putus dari album 32
Untuk Indonesia cari album Provocative Proactive
Penasaran dari album You’ll Never Know When Someone Comes In And Press Play On Your Paused Life.
Kalau mau beli 4 album sekaligus dengan harga spesial, klik ini
@lisahnyang: @pandji Salah satu hal penting dari rap itu lirik. Gimana cara ‘meramu’ materi mentah jd lirik yg lu mau? Siapa lyricist panutan? #DjawabDji
Lyricist panutan: Jay Z, Talib Kweli.
@thisisandri: Seberapa penting pengakuan dari local hip hop scene buat lo @pandji ? Brencana bikin kolabo terbuka? #DjawabDji #AwasKaloNgga
Penting sekali. Saya masuk hiphop karena ingin jadi bagian dari keluarga besar hiphopindo.
Kolabo terbuka itu apaan ya?
@mumuhihsan: Mnurut saya penikmat musik mas @pandji masih minim.. atau emg ga trlalu fokus kearah itu? mnurut mas gmn? Kl iy alsannya knp? #DjawabDji
Menurut saya karena saya belum terlalu niat dalam memasarkan musik saya. Dengan meledaknya stand-up, musil saya jadi sedikit telantar. Skarang saya kembali bermusik. Stand-up saya tinggal dulu. Kita lihat tahun ini dan kita lihat album ke 5 saya ini 
PAST WORK
@sande1304: Bang @pandji dimana gw bisa dpt informasi mengenai digital download resmi seperti yang lo lakuin di lagu menoleh? #DjawabDji
@alvifadhollah: Bang @pandji sejauh ini album mana yang menjadi favorit abang? #DjawabDji
@Rev_Abdoel: bang @pandji setelah 4 album, siapa producer yg paling keren menurut bg pandji dalam produce beat? #DjawabDji
@drg_diranaro: Lagu nya bang @pandji yang easy listening apa? #DjawabDji
@shandy_gafar: Bang @pandji ,lagu rap karya lo yg paling lo suka yg mana???Bngung mw download yg mna…:)))
@ekkyfeby: @pandji Bang inspirasi “Mulanya Biasa Saja” & “Dibayang Masa Lalu” itu siapa? Mbak Gamila? #DjawabDji
@budiman_arifin: Satu lagi bang @pandji ngomong2 lagu yg temanya selingkuh itu pengalaman pribadi sama Gamila ya bang? #djawabdji
@ria_andesita: @pandji ada gak lagu lu yang lu merasa gak puas sama hasilnya? #DjawabDji
@likelon: Klo dari lagu ciptaan @pandji Lagu apa yang paling ‘Ngena’ buat u bang? N kenapa?
Lagu orang juga boleh. 
#DjawabDji
@sigit_itusaya: @pandji ,bang gua suka tuh lagu “menolak lupa” bisa di downlod dimana ntu lagu ?
@sjauqie: @pandji lagu nya dari semua album nya, rap semua ? #DjawabDji
@piiandnoble: Bang @pandji lo udah pernah buat lagu religi belum bang #DjawabDji ?
@ucyucyucy: Bang @pandji, itu lagu “Main itu Hidup Hidup itu Main” pake musik game apa sih? Apa bikin sendiri? #DjawabDji
@DyanFajarL: @pandji bang lagu kami tidak takut itu dibuat khusus untuk bom jw mariot dan ritz ya? Atau emang udah ada sebelumnya? #DjawabDji
@meydasri: @pandji bang nemu lirik ini dmn si? *lirik ajaib* ”aku rasa tangan ibu, bumbu ajaib bu. paling tidak pasti ada endorfin ya bu” #DjawabDji
@nyotobagus: @pandji kenapa di album fisik 32 gak ada liriknya? Susah mau nyanyi naiveté. Di album berikutnya ada tante @gamilaarief lagi gak? #DjawabDji
@kkh_hrd: @pandji bang,ada keinginan buat lagu bertema basket atau bola nggak? #DjawabDji
@aldi_gp: Bang @pandji , lo bermusik itu karena emang hasrat lo atau mengeluarkan bagian dari bakat lo atau cuma aji mumpung ajah? Hehe #DijawabDji
@farid_efte: kalau gue gak salah, @pandji pengen dikenal sebagai rapper ketimbang profesi lo yg lain. alasannya? #DjawabDji
@ratnasubo: Pernahkah bang @pandji dlm menciptakan lagu hasilnya meleset dr motivasi ataupun ide awal? #DjawabDji
@hendrahwahyudi: Mas @pandji , karyamu dibidang musik yang paling berkesan buat sampean lagu apa mas? #DjawabDji
@ddian_p: Lebih susahan mana bang @pandji bikin lagu tema kritik politik, sosial, dll atau lagu bertema cinta? #DjawabDji
@nadipta: @pandji kira-kira LXIX bakal ada versi Indonesia nya nggak? X’) #DijawabDji
@nomien_13: Bang @pandji kaset & CD album lu, paling byak kejual berapa copy?? #DjawabDji
TEMA
@mr_setiabudhi: Apakah @pandji ada rencana utk nulis ulang lirik Lagu Putus dgn tema Nasionalisme? Trims. #DjawabDji
@miftahisdhiar: @pandji adakah keinginan bikin lagu tentang keluarga kecil abang? kan dulu udah pernah tentang orang tua
January 28, 2015
Ajak followers keliling dunia
Sepanjang 2014 ada beberapa followers yang terpilih untuk ikut ke luar negeri dalam rangkaian Mesakke Bangsaku World Tour. Berikut adalah blog post mereka yang menceritakan pengalaman ikut World Tour pertama oleh orang Indonesia.
Dadi Bangun: Singapore) =
Cindy Kusuma : Melbourne – Adelaide
Santi Fang: Brisbane
Bhagus Hernawan: London
Gilang Desnantia: Amsterdam – Berlin
Wira Nurmansyah: Guangzhou
Ari Murdiyanto: Beijing
Mereka bisa terpilih karena mereka telah membuktikan mereka menyukai karya karya saya.
Ingin juga?
Doain aja ya. Siapa tau dapat kesempatan lagi untuk bisa ajak followers keliling dunia.
January 26, 2015
Untuk membunuh saja
Ada perbedaan mendasar antara “freedom of speech” dan “hate speech”. Yg ke dua adalah konsekuensi dari yang pertama. Walaupun yang pertama, tidak selalu harus berwujud yang ke dua.
Charlie Hebdo, di mata saya adalah yang ke dua.
Sebagai stand-up comedian, ini topik yang dekat dengan saya. Setiap hari saya memikirkan, baik secara refleks maupun dengan dikondisikan, hal hal yang bisa membuat orang tertawa. Dalam komedi, selalu ada korban. Selalu.
Teman saya Sammy (@notaslimboy) bilang ada 3 jenis tertawa. Kita sebagai pelawak mengajak penonton menertawakan diri kita sendiri (self depracating), kita mengajak penonton menertawakan orang lain, dan kita mengajak penonton menertawakan diri mereka sendiri. Yang terakhir, paling sulit. Yg pertama, paling mudah.
Setiap kali anda tertawa, adalah karena ada sesuatu/seseorang yang DI-tertawakan.
Donald lebih lucu dari Mickey karena kita menertawakan Donald yang sial, pemarah, ceroboh, dll.
Jadi komedi, selalu memakan korban. Makanya saya selalu bingung kalo ada orang yang bilang “Gue suka nonton stand-up karena gak pernah ngejelek-jelekin orang”
Pernah. Selalu bahkan. Hanya saja caranya berbeda. Dan saya pribadi tidak menyebutnya “menjelek-jelekkan”, kalau diarahkan ke pihak lain, saya menyebutnya “kritik”.
Nah sebagai komika (stand-up comedian), sayapun sering kali mencoba mengambil topik topik yang sensitif. Bukan karena ingin mengolok, tapi karena saya percaya tawa lebih berhasil menyembuhkan luka daripada menghindar dan mendiamkannya.
Saya percaya bahwa hanya lewat tertawa saya bisa mengajak anda untuk masuk ke area area gelap & asing.
Tidak sehari hari kita bisa mendiskusikan pemerkosaan secara terbuka tapi lewat pertunjukan Mesakke Bangsaku saya mengajak anda untuk berargumen bahwa pemerkosaan bukanlah karena pakaian si korban seperti asumsi umum di Indonesia, tapi karena moral si pelakunya. Saya lakukan itu, lewat tawa.
Resiko, tentu ada.
Apalagi untuk komika seperti saya yang karyanya tersebar di mana mana.
Banyak kok komika yang jauh lebih sensitif dan kontroversial dari pada saya materinya. Tapi mereka lakukan pertunjukan itu di venue tertutup, di hadapan sekian ratus orang saja.
Materi saya tentang pemerkosaan, praktek beragama, politisi busuk, ditayangkan di televisi, ada DVDnya yang terjual sudah ribuan dan digital downloadnya juga sudah bisa dibeli, tersedia gratis di youtube, siap ditonton oleh siapa saja dan sudah saya bawakan di 20 kota di seluruh dunia dari Aceh sampai London.
Audience saya jauh lebih banyak.
Resiko terhadap saya jauh lebih besar.
Banyak yang protes? Banyak sekali.
Yang membenci saya? Ada
Yang berniat membunuh? Entahlah, tapi rasanya tidak.
Mengapa?
Karena materi saya, selalu siap saya pertanggung jawabkan. Saya punya prinsip “Semua orang bebas ngomong apapun, selama siap tanggung jawab atas omongannya. Kalau tidak, kelak akan ada yg minta pertanggung jawaban”.
Saya belajar soal batasan dalam melawak sejak lama. Tepatnya sejak siaran di Bandung tahun 2002. Waktu itu saya menertawakan teman saya yang botak dengan bilang “Elo kayak pasien leukimia!”. Pulang dari siaran, di kostan saya didatangi teman kostan dengan wajah kecewa tapi tidak marah. Dia bilang “Gue dengerin lo siaran tadi… Adik gue leukimia..” lalu seakan kehilangan kata dia meninggalkan saya yang menyesal. Saya tidak berniat sama sekali untuk menghina tapi ternyata itu yang terasa oleh teman saya.
Sekarang, semakin luas penonton saya, semakin teliti dalam menulis, tanpa kehilangan ketajaman.
Menusuk tapi dengan bertanggung jawab.
Itulah, yang terjadi pada Charlie Hebdo.
Resiko.
Pembunuhan tentu tidak bisa dibenarkan. Adalah sebuah tragedi terhadap setiap orang yang dibunuh & untuk keluarga yang ditinggalkan. Tentu kita semua ingin bahwa reaksi terhadap setiap lawakan bisa diterima dengan bijak dan dewasa. Tapi tentu GOBLOK namanya kalau berpikir semua orang di dunia ini isinya orang yang bijak & dewasa.
Saya selalu bilang “Orang yang menggunakan fisik untuk menyelesaikan permasalahan akal, menunjukkan dia kehilangan akal untuk menyelesaikannya secara intelektual.”
Nah masak kita mau pura pura lupa bahwa kadar intelektual orang orang berbeda?
Charlie Hebdo bebas untuk berkarya & berpendapat seperti apapun tapi kalau sudah dipublikasikan, mau tidak mau mereka akan dimintai pertanggung jawaban. Itulah resikonya. Wujud resikonya ya tentu beda beda.
Apalagi ketika orang tahu bahwa Charlie Hebdo pernah memecat kartunisnya karena mengolok olok Yahudi. (Baca di sini )
Jadi mengolok Yahudi dianggap melewati batas tapi mengolok Islam dianggap kebebasan berpendapat?
Bukan. Karikatur Rasulullah SAW yang mereka buat bukanlah wujud kebebasan berpendapat. They just hate, Islam. They just want to poke it for fun. They’re just bullies with pencils.
Wajar kalau orang orang, termasuk saya, merasa Charlie Hebdo lebih ke “hate speech” daripada mempraktekkan “freedom of speech”
Saya sih terus terang kesal dengan beberapa media yang berdiri bersama & membela Charlie Hebdo. How can they defend hate speech?
Ya mungkin karena perspektifnya beda dengan saya.
Pendapat anda-pun mungkin beda dengan saya.
Mungkin anda benci membaca tulisan ini.
Sah sah saja.
Asal tidak dijadikan alasan untuk membunuh saja.
Indonesia dalam diri kita
Terhitung mulai hari ini, saya menulis buku lagi. Ini akan jadi buku ke 6 saya setelah “How I Sold 1000 CDs in 30 Days (Gramedia), Nasional.is.me, Merdeka Dalam Bercanda, Berani Mengubah, Indiepreneur (Bentang Pustaka). Kalau mau beli buku buku tersebut silakan masuk ke toko online saya WSYDNshop.com
Judulnya, #MenemukanIndonesia. Mengenai pengalaman keliling dunia ketika Mesakke Bangsaku World Tour & menemukan artinya menjadi orang Indonesia.
Buku ini, secara garis besar akan terasa seperti buku travelling tapi seiring perjalanan tersebut perlahan lahan kita akan memahami apa yang jadi kekuatan kita, kelemahan kita dan menemukan karakter Bangsa Indonesia. Ya, Indonesia yang majemuk ini.
Buku ini akan membawa anda ke seluruh tujuan Mesakke Bangsaku World Tour: Singapore, Melbourne, Adelaide, Brisbane, London, Amsterdam, Berlin, Guangzhou, Beijing, Los Angeles, San Fransisco. Juga akan bercerita tentang Hongkong, Macau, Kyoto & Tokyo, yang jadi destinasi liburan saya & keluarga di tahun 2014.
Saya akan cerita tentang perjalanan ke sana, lokasi lokasi penting, tempat makanan unik, budaya setempat, sampai harga toilet. Dari menyusuri Tembok China, bermain salju di Kyoto, hingga cekikikan di red light district Amsterdam, ikuti perjalanan saya di 2014 & sama sama kita menemukan kembali Indonesia dalam diri kita.
PS: Kalau penasaran kapan terbitnya, yang pasti di paruh ke 2 tahun 2015 ini. Paruh pertama saya mau rilis komik fisik #H20 (juga bersama Bentang Pustaka). Langsung rilis 2 buku sekaligus. Kalau belum tahu apa itu komik H20, silakan masuk ke kolamkomik.com
January 23, 2015
Menyesal Memilih Jokowi
Sebelum saya memulai, ada baiknya anda baca dulu apa yang ada di kepala saya tentang Jokowi yg saya tulis tanggal 2 Juni 2014 di sini
Lalu dalam jeda 21 hari, ini pendapat saya akan Jokowi
Nah, skarang mari kita bahas realitanya. Apa saja yang sudah terjadi semenjak tulisan itu dan juga apa yang terjadi dalam pemerintahan semenjak di bawah Jokowi
Yang Mengecewakan:
Puan Maharani. Mungkin bukan Puannya secara spesifik tapi Puan jadi semacam simbol terhadap pembagian jatah politik yang sebelumnya sempat digadang gadang tidak akan dilakukan Jokowi. Ibu Puan dengan segala hormat mungkin tidak perlu menjelaskan kepada pak Jokowi, tapi publik gagal menemukan kepantasan beliau dalam jabatan mentri koordinator.
Terkait hal ini, di social media ada kubu yang secara konsisten menyindir fakta bahwa Jokowi ternyata bagi bagi kue ke partai. Siapakah mereka? Ya lihat saja yang tidak dapat jatah siapa 
Jaksa Agung Agung Prastyo. Kini kejaksaan agung dianggap rawan intervensi politik. Maklum, Prasetyo ini orang Nasdem. Tidak diperiksa dulu oleh KPK & PPATK (mungkin Jokowi sempat diberikan catatan oleh KPK & PPATK tapi publik tidak tahu, bisa jadi) dan walaupun dianggap banyak orang tidak ada dosanya, tapi juga tidak punya prestasi yang membuatnya layak jadi Jaksa Agung. Karenanya wajar orang merasa, lagi lagi ini jatah politik.
Pollycarpus. Mungkin bukan Pollycarpusnya yang jadi fokus karena bagaimanapun, Polly keluar lewat prosedur & tata cara yang sah. Tapi Polly jadi simbol akan lalainya Jokowi terhadap janji penuntasan kasus HAM. Apalagi dengan Muchdi PR yg erat dikaitkan dengan pembunuhan Munir masih “mondar mandir” di sekitar Jokowi.
Sementara itu, setiap Kamis aksi Kamisan tak putus dengan pesan & payung hitam di depan istana Presiden. Hingga muncul kejelasan.
Wantimpres. Ini juga teramat penting. Bayangkan, 9 orang yang jadi Dewan Pertimbangan Presiden. Yang berarti, setiap kali Jokowi butuh arahan atau usulan atau bahan pertimbangan terkait pengambilan keputusan & penyikapan isu, Jokowi akan bertanya kepada sebuah dewan yang 6 dari 9 adalah orang dari partai pendukungnya. Salah satunya adalah Jan Darmadi dari Nasdem yang disebut sebagai mantan bos judi. Kenapa mantan? Krn Jan Darmadi merupakan pengusaha begitu banyak rumah judi besar di Jakarta, ketika Ali Sadikin sebagai gubernur Jakarta mengijinkan perjudian & menarik pajaknya utk pembangunan Jakarta. Juga yang menjalankan Porkas & SDSB sebelum pada akhirnya program ini ditutup pemerintah krn kemudian melarang perjudian.
Terus terang saya pribadi masih bingung dengan masalah wantimpres. Karena mereka hanya bisa beri rekomendasi. Keputusan tetap di Jokowi. Kalau saya jadi Jokowi, saya butuh untuk dengar juga pendapat dari sisi yang tertutup bayang bayang. Tapi itu saya.
Entah apa pertimbangan Jokowi dalam memilih 9 nama tadi, tapi yang pasti kontrol rakyat harus tetap pada Jokowi.
Nah yang paling hangat, Kapolri.
Ini benar benar kekecewaan banyak orang. Budi Gunawan sudah pernah dapat raport merah dari KPK. Jokowi tau. Jokowi trima laporan tersebut di masa penyusunan kabinet. Tapi Jokowi tanpa nama lain & tanpa berkonsultasi dgn KPK & PPATK mengajukan Budi Gunawan jadi Kapolri. Yang lucu, SEMUA di DPR stuju (kecuali demokrat). Semua lho. Baik yang di kubu KMP maupun KIH. Semua setuju Budi Gunawan jadi Kapolri. PDI-P, PKS, Gerindra, Golkar, Hanura, Nasdem, dll… Semua setuju. Kompak bener nih. Tumben.
Akhirnya KPK menjadikan Budi Gunawan sebagai tersangka. Kemudian dimulailah drama KPK vs Polri. Samad kena kasus, Badrodin (plt Kapolri sementara BG masih dlm proses KPK) diindikasi rekeningnya lebih gendut dari BG, Bambang Widjoyanto ditangkap Polisi ketika mengantar anaknya yang masih SD ke sekolah, kemudian muncul ke permukaan yang melaporkan BW adalah mantan Anggota DPR RI dari PDIP lulusan SMEA bernama Sugianto Sabran. Dia pernah terlibat Kasus pembalakan Liar, pernah dilaporkan dalam kasus penyiksaan Aktivis. Bahkan memotong tangan aktivis Faith Doherty dari Enviromental Investigation Agency dan seorang aktivis Ruwidrijanto menjadi Korban. Dan juga terlibat dalam penganiayaan wartawan tabloid Abi Kusno Nachran yang ternyata kakeknya sendiri. Pusing kan?
Setelah melewati pemeriksaan panjang, BW dilepas Polri.
Jokowi? Sempat muncul sebagai cameo dalam drama ini dengan menyatakan bahwa semua pihak harus menghormati proses hukum yang berlangsung.
Sementara semua orang fokus pada drama ini, pertanyaan besar tidak dibahas banyak orang: Mengapa Sutarman diberhentikan dari jabatan Kapolri?
Masa jabatan masih hingga oktober 2015. Beliau tidak sakit. Tidak terkena kasus. Tapi sebelum usai masa jabatan, langsung ingin diganti. Bahkan ketika BG tidak jadi dilantik, Jokowi malah menunjuk Badrodin sbg plt Kapolri daripada membiarkan Sutarman tetap bekerja hingga akhir masa jabatan.
Kenapa?
Jawabannya, bisa membuka banyak hal termasuk terkait KPK.
Sekarang kita tinggalkan sejenak yang pusing pusing dan bahas yang satu ini.
Yang Melegakan dari Jokowi
Pengurangan subsidi BBM untuk infrastruktur. Kenaikan BBM akibat pengurangan subsidi sudah langkah yang tepat. Kalau Jokowi hanya peduli dgn citranya, dia tidak akan naikkan harga BBM di awal masa kepresidenan. Tapi toh tetap dia lakukan karena dia peduli sekali dgn Indonesia yang jelas sekali butuh margin pengurangan subsidi utk infrastruktur yang akan meringankan beban rakyat kecil.
Seperti yang sudah saya bahas di sini sejak lama
Mas Anies jadi mentri pendidikan sudah diprediksi di tulisan saya di atas. Hasilnya sejauh ini, sangat menyenangkan.
UN yang begitu meresahkan tidak lagi jadi syarat kelulusan
Kurikulum 2013 yang buat bingung murid, orang tua & bahkan guru juga pihak sekolah dibatalkan utk kebanyakan sekolah dan hanya sedikit yang jadi percontohan
Mengembalikan Persatuan antar umat beragama seperti yang pernah saya jelaskan di sini
Belum lagi Mentri Agama yang menyegarkan & mendamaikan dengan ikut mengucapkan selamat Natal. Juga Ibu Susi yang tegas & lugas menghajar pencuri ikan di perairan kita.
Setelah semua yang sudah kita bahas di atas, bagaimana penilaian saya terhadap Jokowi?
Terus terang, hiburan saya belakangan ini adalah orang orang yang mention saya di twitter menyindir “Kok mengkritik Jokowi? Udah gak mendukung ya? Menyesal ya?”
Karena pertanyaan itu, tanpa mereka sadari, membongkar borok mereka sendiri.
“Kenapa dulu mendukung & sekarang mengkritik Jokowi?”
Lah emang kalo presidenmu yang terpilih kemudian berbuat salah, tidak akan kamu kritik? Begitukah prinsipmu? Untung pilihanmu gak menang. Bahaya sekali menutup mata & membuang muka setelah memilih Presiden. Kelakuannya seperti anak yang baru ikutan pemilu. Memilih lalu berpikir tanggung jawabnya berhenti di situ.
Atau kamu yakin sekali kalau yang terpilih adalah Presiden pilihanmu, lalu dia PASTI tidak akan berbuat salah? Naif sekali.
Kalo pertanyaannya menyesal atau tidak milih Jokowi, jawabannya terlalu gampang.
Pilihannya saat itu hanya Jokowi & Prabowo.
Terlalu mudah. Jelas Jokowi lah pilihannya. Apalagi sampai hari ini belum ada yang mampu menjawab pertanyaan saya di akhir tulisan ini dgn lugas & jelas
Lagipula menanyakan apakah saya menyesal atau tidak adalah hal yang lucu karena saya sama sekali tidak ada pikiran ke arah sana. Lah memang mereka kalau memilih Presiden kemudian keadaan tidak berjalan dengan keinginan mereka, mereka akan menyesal?
Saya pernah menulis di Januari 2009, 6 tahun yang lalu, bahwa menyesal adalah sifat pecundang
Jaman sekarang, menyikapi politik itu harus realistis. Termasuk menyikapi Presidennya.
Presiden adalah bagaikan CEO-nya Politisi.
Dia adalah politisi terbaik sehingga bisa memuncaki jabatan tertinggi.
Maka naif kalau kita berharap Presiden Jokowi adalah aktivis atau negarawan. It doesnt even exist anymore in this modern time governmental playbook.
Yg Jokowi lakukan, serupa dengan yang SBY lakukan. Yaitu berkompromi. Seperti yang pernah saya tulis di sini
Bedanya dgn SBY, Jokowi memiliki fokus pembangunan terhadap sektor yang lain. Tapi sama sama kompromi. Ya memang begitulah cara bermainnya. Cara Jokowi bisa sampai posisi inipun ya begitu caranya.
Semua Presiden jaman sekarang juga pasti begitu.
Tau siapa yang gak begitu caranya? Yang jadi Presiden tapi bukan politisi? Gus Dur.
Akhirnya dipaksa turun karena tanpa kompromi.
Walau ada beberapa perubahan yang terjadi, tapi tidak seberapa dengan kalau beliau bisa menyelesaikan periodenya apalagi melanjutkan di periode selanjutnya.
Saya sebenarnya senang dengan kondisi sekarang. Kalau pemerintahan Jokowi adem ayem, maka pasti ada yang salah. Ramainya gejolak pemerintahan Jokowi adalah karena beliau sedang mengguncang keadaan.
The President is shaking things up. Dan itu hal yang benar. Dan berani.
Dan membuat saya, tidak menyesal memilih Jokowi
December 9, 2014
Hidup Beragama
Untuk yang sudah nonton Mesakke Bangsaku, harusnya tau apa pendapat saya mengenai alasan Indonesia sulit bersatu.
Alasannya adalah: Yang mayoritas belagu di hadapan yang minoritas. Yang minoritas merasa kerdil di hadapan yang mayoritas.
Belagu itu definisinya apa?
Menurut definisi saya, “Belagu” adalah perangai semau dirinya sendiri dan tidak mau memikirkan orang lain. Sombong, mungkin kata lain yang mendekati dengan Belagu.
Yang minoritas sebaliknya, merasa kerdil & tidak berani (atau mungkin tidak mau) membela apa yang jadi haknya.
Ambil contoh: Pengguna kursi roda.
Kita yang kakinya sehat mungkin tidak pernah berpikir bahwa saudara saudara kita yang menggunakan kursi roda tidak bisa mandiri hidup di Indonesia karena tidak ada infrastruktur yang mendukung mereka untuk bisa beraktivitas sendirian.
Trotoar saja banyak yang dipake dagang, atau di tengah-tengah ada pohon atau putus di tengah tengah & tidak ada lanjutannya.
Banyak gedung gedung sekolah yang tidak menyediakan ramp apalagi lift untuk pengguna kursi roda bisa naik ke kelas yang ada di lantai atas.
Saya punya teman pengguna kursi roda yang diusir dari Masjid ketika mau Jumatan karena Masjidnya tidak ada area untuk pengguna kursi roda & kursi roda tidak boleh masuk area shalat karena kotor.
Memang tidak semua masjid seperti itu, tapi justru ini poin yang saya mau bahas dalam blog ini.
Blog ini, adalah opini saya terkait kabar yang tersiar belakangan ini. Gosipnya Mas Anies Baswedan memutuskan untuk menghilangkan doa secara Islam setiap kali mau membuka pelajaran di sekolah.
Itu gosipnya.
Faktanya: “Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan mengatakan, saat ini masih ada fenomena sekolah negeri di Indonesia, yang sering menjalankan praktik agama sesuai agama mayoritas saja. Maka itu, hal ini tidak boleh terjadi lagi.”
Diambil dari sini
Apa maksudnya & apa latar belakang usul tadi?
Apapula hubungannya dengan mayoritas & minoritas?
Perkenankan saya cerita dulu…
Waktu SMA, saya sekolah di Kolese Gonzaga. Sebuah sekolah katolik.
Waktu saya diterima masuk Gonzaga saya kuatir sekali. Saya tidak pernah sekolah di sekolah Katolik sebelumnya. SD & SMP saya sekolah di sekolah umum & umumnya anak di sana adalah muslim. Pelajaran agama & kehidupan saya sebagai muslim tidak pernah terganggu.
Masuk sekolah Katolik, adalah sesuatu yang mencemaskan. Tapi karena saya tidak diterima di semua SMA inceran saya (SMA 82, SMA 6 & SMA 70) saya terpaksa ambil pilihan Kolese Gonzaga. Daripada nganggur. Niatnya, 1 tahun kemudian akan pindah ke sekolah negri.
Ternyata yang saya kuatirkan tidak terjadi sama sekali, entah dengan sekolah Katolik lain, tapi di Kolese Gonzaga hak saya sebagai muslim tetap dibela. Walaupun saya minoritas. Di kelas 1 tidak ada pelajaran Agama, adanya pelajaran Etika. Ketika kelas 2 & 3 ada pelajaran Agama Katolik, tapi saya diperbolehkan untuk keluar kelas. Bahkan guru tersebut menyuruh saya bawa Al Quran supaya ketika pelajaran agama Katolik, saya mendalami sendiri Islam. Ternyata kebutuhan saya tetap diperhatikan.
Ketika pelajaran pertama mau dimulai, 1 orang anak diminta guru untuk memimpin doa secara Katolik. Saya tidak perlu berdiri & ikut. Saya dianjutkan untuk berdoa secara Islam.
Bahkan pertemananpun sangat toleran. Saya ingat pernah main sepakbola di bulan Ramadhan, ketika Adzan Maghrib permainan dihentikan supaya saya bisa buka puasa dulu. Padahal saya satu-satunya yg muslim di lapangan. Semua rela menunggu.
Pengalaman saya di Gonzaga sayangnya tidak dialami oleh teman teman di sekolah lain. Ada sekolah katolik lain yang tetap memaksakan agar yang beragama lain tetap berdoa secara Katolik, ada sekolah umum juga yang memaksakan untuk berdoa secara Islam.
Bahkan saya punya teman beragama Katolik, namanya Christophorus Priyonugroho yang bisa Adzan, Shalat, Ngaji & khatam Al Quran. Saya tanya kenapa, jawabnya karena di kampung dia cuma ada 1 sekolah dasar. Di situ dia wajib ikut pelajaran agama Islam walau dia Katolik, “Kalo nggak, ga naik kelas gue..”
“Tapi kan elo Katolik”
“Emang, makanya gue sempet bingung”
Saya tanya pernahkah dia protes, dia menjawab “Pernah tapi ga ditanggepin. Cuma 2 yang bukan muslim di SD gue”
Nah. Kalau ada umat muslim yang kesulitan berempati dengan yang terjadi terhadap teman saya, bayangkan dibalik situasinya.
Bayangkan satu satunya SD di desa / kota anda adalah SD Katolik & anda dipaksa belajar Katolik. Gimana rasanya?
Kondisi ini yang diusulkan oleh Mas Anies agar diubah. Memang ada sekolah yang toleran dan mau memikirkan yang minoritas, tapi ada juga yang tidak.
Mas Anies ingin membuat peraturan agar semua sekolah mempraktekkan toleransi umat beragama & tidak memaksakan agar yang minoritas harus berdoa dengan ajaran mayoritas.
“Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan mengatakan, saat ini masih ada fenomena sekolah negeri di Indonesia, yang sering menjalankan praktik agama sesuai agama mayoritas saja. Maka itu, hal ini tidak boleh terjadi lagi.”
Jadi, bukan berarti berdoa dengan agama Islam dilarang. Tapi berdoa dibebaskan agar sesuai dengan agamanya masing masing tanpa harus ikut yang mayoritas.
Saat ini, lagi banyak sekali anak muda ngamuk, kesal, marah-marah.
Saya bisa memahami kemarahan mereka.
KALAU MEMANG BENAR DEMIKIAN. Masalahnya kan engga seperti yang digosipkan.
Saya cenderung kecewa dengan teman teman muslim yang cenderung berkesimpulan dari info yang sepotong.
Iqra.
Bacalah.
Baca dahulu yang lengkap & runut dari berbagai sisi, baru bentuk opini.
Ada lagi yang memang mau agama Islam tetap diwajibkan kepada semua anak sekolah termasuk yang tidak beragama Islam. Yang ini juga bisa saya pahami keinginannya… KALAU INDONESIA SUDAH JADI NEGARA ISLAM.
Tapi selama Indonesia belum jadi negara Islam, maka Indonesia harus toleran kepada semua agama yang ada di Indonesia.
Selama ini masih Indonesia yang menghargai keragaman & merayakan indahnya perbedaan, maka setiap individu memiliki Hak yang sama.
Termasuk dalam hidup beragama
Pandji Pragiwaksono's Blog
- Pandji Pragiwaksono's profile
- 130 followers

