Gue jarang kesel sama orang, sampai suatu hari, seorang wartawan yang kelar bertanya tentang hidup dan penyakit gue akhirnya menutup wawancara dengan satu pertanyaan yang membuat gue pengen ngamuk …
'Mbak Mel, kalo besok mati nih, mau diinget orang sebagai apa, Mbak? Apa yang udah Mbak lakukan selama ini?'
Dan untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue speechless dan kehilangan spontanitas gue menjawab pertanyaan. Dan sejak hari itu juga, dengan cara gue sendiri, gue berjanji akan menjadi orang yang berguna buat siapapun dalam apapun yang gue lakukan, dengan cara apapun yang gue mampu, baik musik maupun tulisan. Baik sebagai orang yang memberi motivasi, maupun kritik. And here I am."
***
"Melanie Subono adalah salah satu pribadi yang sangat dibutuhkan Indonesia. Genuine, kenal akan passion-nya, berkarya, dan yang terpenting; mau berbagi tentang itu semua untuk Indonesia melalui tulisan-tulisannya." - Pandji Pragiwaksono, Presenter, penulis Nasional.Is.Me
Penikmat musik rock Indonesia bisa cukup berbangga, bahwa akhirnya kembali ada seorang wanita yang menjadi ikon rock Indonesia, setelah posisi itu lama kosong di dunia musik rock Indonesia. Setelah mengantongi gelar “Best Solo Female / Male Rock Singer“ dari AMI award 2008 ini, dimana kategori Pria dan Wanita digabung menjadi satu, Melanie kembali di nominasikan di IKON ASEAN award 2008 yang mempertarungkan musisi dari 6 negara di Asia Tenggara, untuk kategori Penyanyi Solo terbaik. Mungkin ini juga yang membuat cewek yang memiliki8 tattoo kelahiran Hamburg 20 Oktober 1976 ini diajak berkolaborasi dalam album baru milik Pas Band, dalam lagu yang berjudul “Paris.”
Di sela–sela hari–harinya bermusik yang kadang menyisakan hanya satu sampai dua hari dalam seminggu untuk berada di Jakarta, cewek yang mengagungkan persamaan hak wanita ini tetap tidak lupa untuk terus berkeliling Indonesia secara sukarela untuk mengajak orang untuk menaikkan minat membaca, dan mengajarkan orang untuk belajar membaca. Setelah buku pertamanya "OUCH!!", di tahun in i juga tepatnya tanggal 1-1-11 pk. 11.11 pm Melanie kembali mengeluarkan sekuel dari "OUCH!!" yaitu "Liaison Officer Forever" yang hanya dijual online melalui website ini dan sms. Bersama dengan beberapa musisi lainnya juga dipilih menjadi duta dari SAMSUNG–Yayasan Cinta Anak Bangsa, untuk menjadi duta anti narkoba dalam program mereka. Melanie berhasil mencapai suatu prestasi yang langka, yaitu menjadi band pendamping artis–artis International lainnya di Singapore Festival, dimana dia akan memainkan lagu international koleksinya, karena dia sadar bahwa dia akan menghadapi masa International, dan bukanlah orang Indonesia di Negara orang seperti kebanyakan band yang ada (www.singfest.sg).
Mengukuhkan profesinya sebagai penyanyi, di tahun 2011 ini Melanie kembali mengeluarkan album ketiganya, berbeda dengan kedua album terdahulunya. Untuk album ketiga ini Melanie mempersilahkan untuk diunduh GRATIS di www.melaniesubono.com. Album yang didukung oleh banyak musisi seperti: Anda, Luks “SUPERGLAD”, Steven Jam, Achi “SHE”, Iwa K, Ivan “SLANK”, PAS Band, SID dan banyak lainnya ini membuat album yang diberi judul “Aku, Kamu, Mereka, Kalian” kaya akan berbagai jenis musik.
Dari album ini sudah ada 2 buah lagu yang bisa diunduh gratis di website Melanie yaitu “Dia Sahabat’ feat. Anda dan ”Aku Ada Untukmu” feat. Luks “SUPERGLAD”. Video klip dari kedua lagu tersebut juga sudah bisa dilihat di website ini.
Selain itu Melanie juga dikenal sebagai aktivis HAM, perempuan dan lingkungan hidup. MC dan model juga tidak ditinggalkan oleh Melanie
Waktu di Rumah Buku, janjian sama Aleetha. Nggak nongol-nongol. Adik saya yang muncul duluan. Trus, tau-tau tangan saya ditarik ke suatu rak. Trus dia ngambil buku "Cerita Segelas Kopi: Lessons from Love, Life, and Loss" tulisan Melanie Subono, diacungin ke saya.
Adek saya: "Beli ini, Mbak! Gue penasaran pengen baca." Saya: "ya, sok, sana beli. Kasirnya di situ." Adek saya: [mukanya nyureng] "lu yang bayarin." Saya: [bengong dengan sukses] "Maksud loooo?" Dia: "Ya beli. Lu yang beli, ntar gue nebeng baca."
Akhirnya, setelah berminggu-minggu nangkring di kamarnya dan tetep ga pindah-pindah halamannya, saya justru orang pertama di rumah yang duluan beres bacanya. XD
"Gue jarang kesel sama orang, sampai suatu hari, seorang wartawan yang kelar bertanya tentang hidup dan penyakit gue akhirnya menutup wawancara dengan satu pertanyaan yang membuat gue pengen ngamuk …
'Mbak Mel, kalo besok mati nih, mau diinget orang sebagai apa, Mbak? Apa yang udah Mbak lakukan selama ini?'"
Kayaknya kalo saya dapet pertanyaan serupa juga bete. Hahaha. Maksudnya, ngapain nanya-nanya kek gitu. Urusan gue, kan? Tapi hebatlah, dari pertanyaan itu jadi banyak perenungan buat Melanie Subono dan jadi satu buku sendiri. Trus buku ini jadi saya beli karena adik saya yang menodongnya untuk membeli.
Pas baca buku ini, saya banyak manggut-manggut. Kayak saya lagi diomelin sama kakak sendiri. *Emang punya?*
Hmmm... gaya nulis Mel tetep sama kayak buku serial Liaison Officer. Dengan alur ke sana ke sini, bahasa lo-gue, dan lain-lain khas Melanie Subono. Tapi itu memang ciri khasnya dalam menulis dan itu juga yang membuat buku ini terasa "dekat" dengan pembacanya. Bedanya, di buku ini, banyak perenungan yang dalam. Misalnya, tentang kerja keras, bersyukur, cinta sama negeri sendiri, sebagai perempuan, dan lain-lain.
Banyak kata-kata Mel yang ada benernya juga. Misalnya, kalo mau bantu orang itu nggak usah nunggu kaya atau besar dulu. Dari hal-hal sepele kita juga bisa bantu orang. Mulai mencintai produk atau budaya negeri sendiri, keburu diklaim negeri orang. Ada benernya juga.
Tapi saya agak sesak waktu di buku dibilang, "ngapain jauh-jauh bantuin orang-orang di Palestina, Somalia, kalo di negeri sendiri masih banyak yang perlu dibantu."
Ya, itu memang benar. Sebisa mungkin kita bantu tetangga kita dulu. Orang terdekat. Tapi kita juga sangat boleh bantu negara orang lain, kalo memang kita bisa dan mau bantu. Kita juga banyak dibantu sama negara lain, toh..
Trus trus... kayaknya saya banyak belajar juga dari penulis ini buat membuktikan bahwa mendingan banyak bekerja daripada banyak bicara itu lebih bagus. Not to mention someone yang kerjanya ngedumel sok-sok mengkritik ini itu, sih, tapi penulis ada benernya banget. Di luar sana, ada banyak orang yang demennya mengkritik pemerintah lewat status di pesbuk doang. Tapi giliran diajak kerja bakti di lingkungannya, misalnya, milih narik selimut dan sebisa mungkin ga muncul. Ha ha ha. *ketawa paling keras*
Overall saya suka sama buku ini. Cuma saya kepaksa nurunin dari 4 ke 3, karena saya pikir ada cerita tentang penyelamatan kopi atau apa gitu di dalamnya. Ternyata nggak ada sama sekali. Cuma judulnya aja Cerita Segelas Kopi. Yah, saya emang penikmat kopi dan saya suka sekali baca atau menyimak Coffee Story. Jadi, karena judulnya ini ada hubungannya sama kopi, saya langsung cari dulu artikel yang judulnya mengandung kata `kopi`. Ternyata saya harus kecewa, karena nggak ada artikel yang berhubungan dengan `kopi`. Heuheu....
Lugas dan mengentak-entak, dalam beberapa tulisan lumayan emosional. Saya ikut terentak-entak dan emosional juga bacanya. Sepertinya ini memang gaya tulisan Melanie. Sangat khas. (Saya baru baca bukunya yang bertajuk Liaison Officer Forever).
Pemikiran-pemikiran yang disuarakan Melanie banyak mengingatkan kita, yang di satu sisi berasa "nonjok". Tentang kebanggaan pada Indonesia, bangga sebagai wanita, mencintai apa yang kita kerjakan, kepedulian pada makhluk Tuhan (ya manusia, ya hewan), hingga kritik pada pejabat.
Satu yang saya nggak setuju, pemikiran penulis tentang "ngapain jauh-jauh bantu negara lain--Palestina, Somalia, dia menyebut 2 negara itu--kalau di negeri sendiri masih banyak yang perlu dibantu". Premis yang agak menyesatkan, menurut saya. Duh, Neng, kemanusiaan itu tak kenal batasan geografis. Kita hidup di semesta global. Mengotak-ngotakkan kemanusiaan adalah juga nasionalisme sempit.
Saya salah... Selama ini saya mengira bahwa Melanie Subono ialah seorang wanita yang arogan dan terkesan mau menang sendiri. Tetapi dalam buku "Cerita Segelas Kopi" telah secara jelas menggambarkan apa yang selama ini dirasakan dan dialami oleh Melanie membuat persepsi saya 180 derajat berubah terhadap Melanie. Melanie ialah sosok yang tegar dan kuat, hal ini terlihat dari cara menyikapi hidup dalam menghadapai keputusan bahwa dia tidak mungkin memiliki seorang anak. Namun hal itu ternyata tidak mengurangi rasa bersyukurnya kepada Tuhan bahwa dia ada didunia untuk berbuat hal-hal yang disukainya dan juga bermanfaat. Yup, sosok Melanie yang terkesan urakan ternyata mempunyai cara sendiri yang nyata untuk menunjukkan kecintaannya terhadap negaranya. Selain itu, dia juga mengajak para pembaca menyadari bahwa sebuah kehidupan itu sangat berharga, sering kali kita lupakan orang-orang di sekitar kita hingga ketika orang yang kita sayangi pergi, hanya rasa sesal yang tersisa. Gaya penuturan Melanie yang khas "Lue-Gue" dan penyusunan kalimat yang non-formal membuat kita merasa sedang ngobrol santai dengannya ditemani kopi manis di teras rumah seperti sehabat lama. Namun walaupun begitu, cerita yang diobrolkan mempunyai pelajaran-pelajaran yang berharga tentang apa itu arti cinta, hidup dan juga kehilangan.
Saya merasa begitu tertampar setelah membaca buku ini. Lagi-lagi kita memang sebaiknya tidak menilai orang dari kulit luarnya saja. Melanie Subono, cucu dari mantan presiden RI; B.J. Habibie yang dari luar terkesan urakan, perokok dan memiliki banyak tato ini memiliki pemikiran dan cara menyikapi hidup yang luar biasa. Seorang pribadi yang cenderung selalu menginstropeksi dirinya untuk menjadi lebih baik lagi. Ia memiliki rasa toleransi agama yang tinggi, tidak mengeluh dan menjadi sosok yang sok menderita manakala divonis terkena tumor dan harus menjalani operasi berulangkali selama beberapa tahun lamanya, bahkan membuatnya tak bisa memiliki keturunan lagi. Juga rasa kecintaannya yang luar biasa kepada Indonesia.
Terima kasih Mbak Melanie untuk menginspirasi banyak orang lewat tulisan sederhanamu tentang kehidupan...
Kayaknya, aku pertama kali "kenal" Melanie Subono ini saat nonton acara Penghuni Terakhir All Stars. Ya, acara lawas saat sekelompok orang dikumpulkan di satu rumah dengan kamera pengawas. Dulu juga pas pertama liat, "siapa sih nih orang? kok bisa ikutan acara edisi all stars?"
Ya ternyata beliau anak Adrie Subono, seorang promotor ternama yang sering mendatangkan pemanggung mancanegara ke Indonesia.
Saya suka dengan kepribadian Melanie yang apa adanya. Keliatan juga orangnya pintar dan kalau ngomong sih nggak asal bacot. Sesekali saya intip juga akun sosmednya. Kisah dia ketemu driver ojol yang ternyata anak yatim yang pernah dia ajak ke Ancol itu salah satu yang saya favoritkan dan sekaligus menunjukkan kebesaran dan kebaikan hatinya.
Denger Melanie nulis buku juga sejak lama. Tapi baru kedapetan obralannya lewat buku ini. Hehe. Ngarepnya sih ada cerita soal kegiatan dia selama jadi promotor. Ya ada tapi cuma secuil sebab kisah itu ada di buku-bukunya yang lain (yakni buku "Ouch!!" dan "Liaison Officer Forever").
Nah, di buku Cerita Segelas Kopi ini Melanie banyak cerita tentang dirinya yang rupanya sakit kanker sejak lama (dan alhamdulillah sampai sekarang tetap bertahan dan sepertinya udah sehat), lalu pemikiran-pemikirannya tentang orang sekitar, keluarga (ayahnya, bahkan eyang Habibie dan bu Ainun) musik, tentang Indonesia dsb.
Ada bagian-bagian yang saya suka, tapi ada juga yang bosen (pas bicara soal musik, ehm emang pada dasarnya saya gak begitu suka musik sih ya.) Trus, karena ini bukunya terbit 11 tahun lalu, jelas ada beberapa yang udah gak update dan jadinya emang basi. Dan, kayaknya sebagian tulisan diambil dari blognya yang ditampilkan apa adanya. Mentah.
Sehabis baca buku ini saya langsung cari bukunya yang lain. Alhamdulillah nemu yang Liaison Officer Forever. Dan kayakya buku itu jauh lebih seru karena Melanie banyak spill akan tingkah laku "ajaib" musisi mancanegara yang pernah dia undang hehe.
Saya selalu percaya setiap buku yang saya baca, saya baca tepat pada waktunya. Buku ini salah satunya, yang dicetak 6 tahun lalu tapi baru saya baca sekarang. Many things I've learnt from this book. I could only say : thanks for sharing, Mel :*
Trimakasih kepada para pedagang Timur yang telah memperkenalkan kopi ke nusantara pada awal abad 17. Kopi ini juga yang menjadikan VOC tertarik untuk mengekspornya dari Batavia ke Eropa. Dan sampai sekarang, kopi tetap memesona dengan wangi dan rasanya. Ketika orang-orang membicarakan sesuatu topik obrolan dengan secangkir kopi, saya pernah bercakap-cakap dengan ibu saya ketika membuat kopi dari mulai biji ke menjadi bubuk kopi yang siap diseduh. Untuk komoditas yang sama dengan pengalaman berbeda.
Melanie menulis buku ini dari kumpulan tulisannya di blog pribadinya di sini Kegelisahannya tentang makna hidup yang berguna tergambar pada sebuah pertanyaan yang membuatnya ia terdiam: "Mba, kalau besok mati, mau diinget sebagai apa sama orang? Apa yang udah Mba lakuin slama ini?" hal itu mungkin selaras dengan apa yang dikatakan oleh Reshad Field: "Benar-benar mengetahui dan menerima bahwa tubuh ini mati, dan hanya inilah satu-satunya waktu yang kita miliki, adalah senjata paling dahsyat yang mungkin kita punya." Bicara perihal kematian, itu sesuatu yang pasti. Karena itu, memaknai hidup yang terbatas, Melanie berbagi hidup melalui tulisan.
Topik-topik yang ditulis oleh Melanie adalah seputaran hidupnya. Hidupnya sebagai wanita, sebagai istri, sebagai anak, sebagai asisten pribadi artis mancanegara, sebagai pekerja seni, sebagai rakyat Indonesia, dan terutama sebagai manusia.Tulisan tersebut mencerminkan apa yang dialami oleh Melanie, termasuk orang-orang di sekitarnya. Pada tulisan berjudul Doa, ia mengisahkan tentang apa makna dari sebuah ulangtahun bahwa kepedulian lebih penting dari umur panjang. Pada tulisan yang berjudul "Nasiowhat" Melanie menunjukkan contoh-contoh nyata yang bisa harusnya dilakukan orang Indonesia tanpa harus dengan slogan "Indonesia Harus Menang" dalam konteks pesta olahraga Sea Games Tahun 2011 lalu.
Bagaimana Melanie memandang untuk menghargai kehidupan. Dalam "Aset Sekali Seumur Hidup", ia menekankan pentingnya peduli pada hidup dengan mengindahkan aturan-aturan keselamatan berkendara seperti mengenakan seatbelt, tidak mengebut di jalanan. Tentang pecapaian dirinya terlihat bahwa apa yang diraihnya bukanlah melalui kerja yang sebentar dan instan. Semuanya ia peroleh dengan kerja keras dan perjuangan. Dari tulisannya ini saya baru mengetahui kalau ia pernah menjadi asisten pribadi Mariah Carey. Ia berkisah menjadi asisten Mariah selama tiga hari rasanya sama dengan tiga bulan. Tentunya kiasan tersebut tidak bermakna bahwa selama tiga hari ia mengenal tiga bulannya Mariah, tetapi lebih pada kelelahan fisik dan mental dalam hal melayani kebutuhan sang artis yang kadangkala di luar logika, seperti mencari puluhan orang untuk mengelu-elukan Mariah di tempat-tempat yang dilalui oleh Mariah. Tentang karirnya di dunia musik, ia menceritakan kalau musik adalah dunia yang tidak dapat dipisahkan dari hidupnya, sampai kapanpun. Dengan bermusik ia dapat menyalurkan tentang semua apa yang dilihat, dirasakan, dan dipikirkannya. Dan iapun menjalani kehidupan bermusiknya dengan tidak mudah, walaupun dengan sangat bisa ia bisa menggunakan nama besar ayahnya, tetapi ia tidak melakukannya dengan alasan: idealisme.
Buku ini menjadi begitu personal karena Melanie menyapa para pembacanya dengan kata-kata sobat, elo, dan ia menulis dengan gaya yang menurut saya melompat dari satu pikiran ke pikiran lainnya tanpa mesti patuh pada aturan-aturan kesejajaran antar paragraf. Selain itu ada berbagai foto Melanie bersama para tokoh terkenal seperti Mariah Carey, Michelle Branch, Christina Millian yang boleh jadi adalah kebanggaan akan kerja keras dan pembuktian pencapaian idealisme.
Berhubung karena tulisan ini melompat dari topik ke topik lainnya, saya merasa kehilangan apa yang ada di benak Melanie melihat Indonesia ketika ia berada di luar negeri baik ketika ia sekolah maupun berkarir. Lalu, apa pandangan para orang luar terhadap Indonesia? Barangkali dengan pengalamannya pernah sebagai wartawan, adalah suatu hal yang bagus bila ia menuliskan hal tersebut.
Selain itu, yang paling saya tunggu tidak ada dalam buku ini. Apa itu? ternyata tidak ada satu tulisanpun yang membahas tentang kopi dan mengapa ia memberi judul cerita segelas kopi (dan mengapa mesti segelas?) tidak saya temukan di bagian buku ini. Tetapi paling tidak dalam menghabiskan membaca buku ini, saya menikmatinya dengan segelas kopi dari Tanah Gayo bersama beberapa keping roti gandum yang kemudian menjadikan jantung saya berdebar karena pengaruh kafeinnya :)
Buku Cerita Segelas Kopi nya Melanie Subowo ini selesai saya baca kurang dalam sehari. Bukan karena bagus banget, tapi karena pengen cepat selesai dan pindah ke buku lain. Bukunya melelahkan.
Saya tahu banyak blog bagus dan inspiring yang dibukukan. Dan buku ini sepertinya banyak mengambil dari blognya penulis, yang dirasa menggugah. "Seperti" karena saya ga tau alamat blog mbaknya yang mana, beliau punya banyak. Dan yang di blogdetik archievenya (daftar tulisan) ga ada. Ya masa mau ditelusuri satu-satu. Tambah lelah nanti.
Kenapa baca bukunya berasa baca blog aja? Karena alur cerita antar satu bab ke bab lain ga ada, banyak ide yang diulang di beberapa tulisan...berkali-kali, dan terakhir saya kebingungan apa yang ingin disampaikan penulis di setiap artikelnya. Idenya banyak dan ga terarah. Apalagi sepertinya ditulis dalam kondisi emosi. Akhirnya yang seperti saya bilang tadi, membaca buku ini menguras energi. Berasa temenan sama orang yang marah-marah melulu.
Padahal isinya inspiring loh, tentang hak asasi, perempuan, pantang menyerah, cinta indonesia, dan banyak lagi. Seandainya penulis, editor, dan penerbitnya mau menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengatur artikel-artikelnya. Biar ada benang merah, ga terlalu melebar ke mana-mana, dan lebih terarah. Marah-marahnya gak masalah lah kalau memang gaya mbaknya
Melanie Subono : Cerita Segelas Kopi Baru menyelesaikan membaca buku yang satu ini. Nice one. Melanie punya cara pandang yang berbeda dari 'orang kebanyakan' dalam melihat suatu peristiwa. Tapi dari buku ini aku bisa belajar banyak :
1. Bahwa setiap kesuksesan itu tidak diperoleh secara tiba-tiba tapi melalui proses yang panjang dan penuh perjuangan, bahkan untuk seorang Melanie Subono yang notabene menyandang nama belakang ayahnya yang sukses dengan Java Musikindo
2. Bahwa setiap orang punya cara pandang yang berbeda dan kita tidak perlu mengikuti cara pandang orang lain kalau memang tidak sesuai dengan cara pandang kita
3. Kalau kita menginginkan sesuatu, selalu usahakan yang terbaik dan bawa dalam doa
4. Family and best friends above all.. Dalam keadaan apapun mereka akan selalu mendukung kita
Masih ada banyak hal lagi yang bisa dipelajari dari buku ini, dan terutama seorang Melanie Subono.. So, thanks to her yang sudah membuka mata hati dan pikiran aku dengan bukunya.. ^_^
Jujur, malu banget sama diri sendiri setelah selesai baca buku ini. Selama 20 tahun saya hidup, saya ini udah ngapain aja sih? Saya pikir, saya ini siapa sih? Masih mau ngeluh, masih nggak mau buka mata?
Ada banyak hal dalam hidup saya yang harusnya bisa obvious enough untuk saya syukuri, dan saya belum melakukan itu. Ada banyak kejadian di hidup saya yang harusnya bisa saya jadikan pelajaran dan a way to improve myself, bukannya malah jadi topik marah-marah. Ada banyak sekali yang masih harus saya pelajari tentang diri sendiri, dan hidup, dan orang-orang banyak. Betapa saya ini masih sangat naif dalam memandang apa-apa yang terjadi di sekitar saya.
Buku ini adalah satu dari beberapa buku yang akan saya rekomendasikan untuk temen-temen dan keluarga saya, saking inspiring dan motivational-nya tulisan Kak Mel ini.
buku ini gue beli karena gw udah jatuh cinta sama buku Melanie 'OUCH' dan 'LOforever' dan dari buku ini gw tau banyak ttg kehidupan Melanie yg ternyata ga sebahagia yg gw kira. dia juga punya masalah. Melanie nasionalis banget. dan bikin gw 'jleb' karena banyak hal yg gue ga sadarin di sekitar gw yg diingatkan Melanie melalui buku ini. yg gw ga suka dari buku ini karena buku nya hitam-putih ga kyk buku 'LOforever' yg berwarna dan kata2 nya kurang bagus aja agak terlalu keras menurut gue, dan foto2 di buku ini bikin kecewa bgt. Melanie kurang perhatiin foto2 yg dia taro di buku ini kualitas gambarnya sangat jelek *sorry to say* dan ya.. kayak ga ada foto lain aja yg lebih layak buat di taro dalam sebuah buku. kecewa aja sih masalah foto2. buku ini menurut gw just 'so-so' not 'good' agak kecewa beli nya.
Buku ini mewakili pemikiran sang penulis di berbagai topik yang sebagian besar juga mewakili pemikiran gw. Bedanya, gw mikirnya setengah-setengah sementara penulis merangkumnya menjadi sebuah tulisan utuh yang ditambah dengan pengalaman yang beraneka ragam. Berbagai topik disentuh mulai dari yang personal, keluarga, teman, guru, politik/ pejabat, lingkungan hidup, agama... dan ga inget lagi. Membaca buku ini gw tergetar karena haru, tapi emang gw gampang terharu sih.., yang pasti gw merasakan sebuah kejujuran dan ketulusan bahwa buku ini benar-benar menuliskan perasaan si penulis dan apa yang ingin disampaikan ke pembacanya. Dan, sebagian besar pesan moral itu nyampe ke gw. Mudah-mudahan gw inget untuk membuat hidup gw lebih baik. Jauh lebih baik.
waaaa oke nih. meskipun frontal argumennya tp bener. ada bbrapa poin yg kudu diresapi. - nasionalisme : sbg ank muda uda smakin luntut di era skr - percaya : mau ngapa2in ya kudu percaya jgn ragu - bersyukur : hrs bersyukur dgn apa pemberian maha kuasa - hidup - keluarga : gimanapun apapun keluarga itu penting - menghargai : sesama makhluk ciptaan maha kuasa kuu menghargai
recommended bgt. real ceritanya. natural. bahasa yg dipake ga kaku. easy reading.
Melanie tipe rocker yang meski dihujam masalah pelik akan terus bangkit dan memotivasi yang lainnya. dari sosoknya, aku belajar bagaimana mencintai negaraku sendiri, Indonesia. dan belajar bahwa seberat apapun masalah yang aku hadapi, diluar sana ada jauh lebih banyak orang yang tak seberuntung diriku. darinya aku menyadari bahwa indonesia memang ibarat sebuah rumah. kalo bukan anggota keluarga yang merawat dan menjaga rumah, ya siapa lagi? I love Indonesia... :D
I'm a big fan of Melanie's writings. This one is no exceptional. More depth, more personal. Each chapter is worth self-reflecting. I agree with Me: the most precious things in this world are family and knowledge. Kudos, Mel. Thank you for sharing your thoughts. Can't wait for her new book.
Ada banyak hal yg bs kita syukuri kalau saja kita tdk menutup mata dgn kesinisan, kerakusan, dan keinginan yg berlebihan. Melanie Subono http://twitter.com/deedee_arie/status...